[Pahlawan nomer 3, Arjuna Barayudha Wisesa]
Sang pahlawan yang sedang menikmati makanan kesukaan teman lamanya di kediaman rumahnya, seorang perempuan kecil menyentuh kaki dari pahlawan tersebut dan dia sangat mirip dengan orang yang fotonya di pajang di ruangan tersebut.
"Sini nak Salma, paman gendong." ucapnya dan Sukma yang masih tak banyak bicara diantara anak seumurannya hanya mengikuti perintah pamannya.
"Kau harusnya tidak sering mengunjungi diriku, Arjun." ucap perempuan yang mengenakan jas hitam yang keluar dengan membawa apel yang merupakan kesukaan Pahlawan Over~Man di masa lalu.
"Ini adalah hari dimana Gees pergi, Karina." ucapnya berbicara kepada istri dari mendiang pahlawan Over~Man.
"Benar juga, pantas saja aku banyak membeli apel hari ini, ternyata, sudah dua tahun sejak dirinya pergi." ucap Istrinya dan menatap daun yang terbang diudara mengalir ke tanah begitu saja.
Karina menangis kencang dihadapan Arjun dan Sukma, anak gadisnya itu diarahkan Arjun untuk memeluk ibunya yang sedang menangis kencang disana.
***
"Hebat!"
Pertarungan yang sedang berlangsung membuat jantungku berdebar lebih kencang, kekuatan yang dimiliki oleh Bima begitu hebat, arena ini sudah menjadi begitu rusak karena kekuatan getaran yang menciptakan tekanan dan retakan sekaligus disana.
"Nakula, tukar senjata!" ucapku melempar katana yang aku milik dan dirinya melemparkan tombak yang sejak awal adalah sebuah senjata normal yang disimpan dalam harta milik Nakula, White Baron.
"Aku pinjam percikan petirnya ya, saudaraku!" ucap Nakula yang meminta pedangnya untuk dialirkan kekuatan Deus.
"Silahkan!" ucapku sembari mengalirkan petir ke tombak yang sedang aku genggam.
"Pelapisan Energi? Kalian sudah mencapai tahap itu, ya?"
Sadewa memulai serangannya kembali setelah mengisi energi yang hilang tadi, dia mengobrak-abrik material yang dirusak Bimam dan dia menembakan ya begitu cepat dengan angin yang dia miliki.
Nakula maju menahan serangan Sadewa yang beruntun dengan memanfaatkan tameng yang menghisap setiap serangan yang ada, teknik getaran milik Bima juga perlahan dihisap oleh kekuatan dari Living Treasure miliknya.
Sadewa mengeluarkan begitu banyak angin yang mendorong sosok Nakula yang mendekati dirinya, namun tameng itu cukup menahan angin yang dilepaskan oleh Sadewa.
"Tameng yang bagus!" ucap Sadewa dan dia maju mendekati Nakula yang masih menahan angin dan dalam jarak dekat, Sadewa melakukan pukulan dengan angin yang membuat Nakula terpental jauh.
"Sekarang, Bima!" Perintah Sadewa yang memberikan aba-aba kepada Bima.
"Jumping shock!" teriak Bima melesat dengan satu kali lompatan dan menciptakan getaran besar di sekitar Nakula dan dirinya hampir menginjak Nakula jika tidak diselamatkan pedang yang melindungi Nakula.
Sadewa segera mendekati Nakula yang sedang terjatuh karena efek getaran milik Bima yang sampai sekarang masih berlangsung karena aura shock yang merupakan teknik area of effect.
Aku segera memainkan tombak miliknya dan melapisi petir yang cukup banyak dan menyerang Sadewa yang fokus mengincar Nakula.
Sadewa membaca semua gerakanku, dia menangkis pola serangan tombakku dengan angin yang membentuk sebuah pedang yang dia gunakan di tangan kirinya.
"Lemah sekali!" ucap dirinya melempar jauh diriku dengan angin yang dia lemparkan kepada diriku saat ada dihadapannya.
Nakula dengan katana yang memiliki percikan petir melesat setelah kearah Sadewa yang fokus mengejar diriku, target kami berdua sejak awal adalah mengalahkan otak dari serangan ini.
"Wind of Zoning area!" ucap Sadewa yang melempar jauh Nakula dengan angin kejutan yang muncul dari bawah tanah dan melemparnya cukup jauh.
Namun berkat itu, aku sudah menyelesaikan rangakaian teknik yang aku siapkan untuk melawan Bima yang benar-benar diam saat tak ada perintah, hal ini dikarenakan juga Bima sedang menciptakan Medan getar diseluruh arena yang merupakan teknik area of effectnya.
"Thunder Stab!" ucapku melakukan tusukan kilat mengarah ke Bima yang dengan cepat ditahan oleh angin yang datang dari Sadewa.
Sadewa dengan kekuatan Lycius miliknya membuat barier disekitar tubuh Bima dan dia menyeringai saat seranganku tak sampai.
"Maaf, Kak Yudhis!" ucap Nakula yang merubah Perisai dan membuang katana yang aku berikan kepadanya.
Nakula tau kalau Resonansi tahap 2 lebih aman dibanding tahap 1, tapi kekuatannya sangat berbeda, Dia menurunkan Resonansi miliknya dan menggunakan kekuatan yang belum bisa dia kuasai sepenuhnya.
"Black... Hole!" teriak Nakula mengarahkan kekuatannya ketengah arena.
"Bima, hentikan kekuatan Aura Shock milikmu!" perintah Sadewa namun terlambat, bola hitam muncul ditengah arena melakukan tugasnya.
Aku segera berlari kearah Nakula yang terjatuh saat dirinya berada di ujung dinding setinggi 10 meter dengan badan yang begitu lemas.
Angin dan aura shock milik Sadewa dan Bima dihisap abis-abisan black hole, Bima tak sempat mengakhiri serangannya dan energinya terkuras begitu banyak karena energi itu dihisap oleh black hole itu.
Aku menangkap Nakula yang terjatuh dengan harta yang sudah menghilang, kekuatannya yang begitu hebat sebanding dengan resiko yang sangat besar, kini dia tak sadarkan diri karena serangan itu.
Para penonton kini menyahuti pertandingan itu, hanya tersisa Aku saja melawan dua orang yang mana Bima hanya memiliki sedikit energi dan Sadewa masih memiliki energi yang banyak.
"Anak itu, sepertinya dia punya kekuatan yang hebat, tapi bagaimana teman, kau hanya sendiri sekarang." ucap dirinya saat aku sedang mengendong Nakula ke pintu keluar arena.
"Tolong jaga adikku." ucap diriku kepada penjaga dan masuk kembali kedalam arena dan menggerakkan seluruh pedang yang berjatuhan di tanah.
"Resonansi tahap 3, Lord Deus." ucapku dan pedang itu satu persatu menyatu diudara dan membentuk senjata baru.
"Pedang tujuh bintang!" ucapku mengenggam pedang yang menyala ungu saat percikan petir muncul disekitar bilahnya.
Sadewa melayang diudara dengan angin yang membuat dirinya dapat melayang diudara, dia meminta Bima untuk keluar dari arena dan ingin menikmati pertarungan satu versus satu dengan lawannya ini.
"Sepertinya sekarang baru menarik." ucap Sadewa dan cincinya bersinar dan membentuk sebuah pisau yang memiliki guratan kecil yang halus.
"Wind of cutter!" ucap Sadewa membuka pisau itu dan menebas-nebas udara menciptakan lesatan angin yang sangat kuat kearah diriku.
Aku menahan satu persatu tebasan yang mengarah pada diriku dan mengabaikan yang tak mengarah sedikit pun kearahku, dirinya berjalan menjaga jarak saat aku melakukan tebasan menghancurkan wave yang dia buat.
"Wind of Dragon Slash!" ucap dirinya yang ternyata menciptakan clone angin mengecoh pengelihatan diriku sejak tadi, dia yang asli dari atas awan sedang melesat kearahku dan serangannya melesat begitu tipis saat detik-detik aku sadar bahwa yang menyerang diriku adalah clone dirinya.
Spirit naga angin masih mengalir dalam gerakannya dan dia kesana kemari sembari melesatkan wave, thypon dan juga menyerang diriku dari jarak dekat saat aku tersadar.
"Hebat, kan?" ucap dirinya saat dia muncul diudara melakukan Bash kepadaku dengan aura angin yang berhasil mendorongku cukup jauh.
"Hebat, hebat." ucapku tersenyum dan sekarang berat pedang yang masih membebaniku sudah bisa aku kuasai, Resonansi ketiga adalah menyatukan 7 pedang menjadi satu, dan berat pedangnya yang sangat fantastis membuat aku malas menggunakannya.
Namun, sejak pelatihan kak Sri, kekuatanku sudah bertambah dan aku bisa menggunakannya.
Aku menyesuaikan dirimu memasang kuda-kuda milik Over~Man, Sadewa yang tak membiarkan dirimu melakukannya terus menyerangku dan sekarang tubuhku dipenuhi luka akibat angin tipis yang menyilet tubuhku dan angin besar yang menerpa tubuhku agar aku terdorong.
Ingat perasaan saat dulu aku menonton gerakan Over~Man paling hebat, teknik pamungkas yang dia gunakan mengalahkan beribu lawan saat masa peperangan melawan villain dimasa lalu.
"Over Extension!" teriakku melesat cepat seraya ingin mengakhiri pertarungan ini dengan mengalahkan pria yang sedang mengekang keberadaan Kontraktor The Great Sage, Gatot Kaca.
/DUARRRRRRRRRRRR
Ledakan hebat terjadi, sosok yang sangat menakutkan muncul di hadapanku, Sadewa mencekal sebuah sabit yang dipenuhi oleh angin yang sangat besar dan dia terbang melayang dengan sayap angin yang sangat dipenuhi oleh debu dalam angin tersebut.
"Hentikan pertarungannya!" teriak kepala akademi yang datang saat acara orientasi dimulai, aku melihatnya diantara kesadaran yang naik turun, seluruh tubuhku terluka dengan seragam sekolah yang sudah compang-camping karena ledakan yang diakibatkan oleh Resonansi tahap 3 milik Sadewa memblok teknik bertarung milikku.
"Berdiri sialan! Lawan aku dengan seluruh kekuatanmu!" teriak Sadewa yang menambah barrier agar pertarungan tak diganggu siapapun.
Aku berdiri dihadapan orang yang kekuatannya lebih gila dariku, Sadewa, Pria dengan kekuatan lebih monster yang pernah aku lihat, mirip seperti esensi kekuatan Alatas saat itu.
Aku melepas semua beban yang aku gunakan untuk menahan beban berat Resonansi tiga milikku dan mengembalikan semuanya kebentuk lama, Old Deus.
"Mari kita selesaikan dengan gaya lama, Sialan!" ucapku mengalirkan seluruh petir dalam diriku dan membiarkan esensi old Deus muncul di tempat ini.
(Pertarungan ini, aku harus memenangkan dirinya...)