Seberapa pentingkah pemahaman tentang Ruang dan Waktu untukmu, kawan? Ah, Sepertinya itu tak terlalu berguna untuk memperbaiki nasibmu, kawan. Tapi bagiku, itu seperti duri yang mengganjal di gigiku setelah makan ikan. Malah terkadang justru mengganjal di tenggorokanku hingga aku tak nyaman untuk menelan. Namun beruntung aku memiliki kawan seperti Rere, dan Mandria. Jenis anak muda berselera langka. Aku menyebutnya, pemuda Sapioseksual.
"Kaulah Lelaki Neika, itu!" kata lelaki tua pada kami dengan sorot mata tajam dalam gelap.
Untuk sebagian orang, menyesali masa lalu kemudian kembali untuk memperbaiki adalah hal menarik. Tapi bagi kami, merubah masa depanlah yang lebih asyik. Untuk apa memperbaiki masa lalu jika masa depan tetap suram? Kurasa hanya buang waktu saja. Kabar baiknya, kami tidak sendirian. Beberapa orang dari belahan dunia pun tertarik tentang itu. Tapi kabar buruknya, mereka bukan untuk merawat semesta. Itulah yang membuat kami lelah. Ah, tapi cukup menyenangkan. Berselisih dan adu strategi dengan elit mafia jaringan bawah tanah. "Adrenaline Booster tingkat lanjut adalah melawan musuh jenius!" Kata Mandria.
"Kaulah Lelaki Neika, itu!" teriak lelaki tua pada kami dengan sorot mata tajam dalam gelap.
Sepertinya lelaki tua itu terus saja meneror kami dengan kata-kata Lelaki Neika itu. Entah siapa yang ia maksud. Aku ataukah Mandria.
Di sudut kota yang kata orang selalu memanggil untuk pulang lagi ini aku belajar tentang arti seorang kawan, kebesaran leluhur, juga cinta. Tapi yang utama, aku merasakan apa itu makna bersembunyi dalam waktu. Katanya, waktulah yang akan menjawab. Sepertinya itu benar, Sang Kala sendiri yang akan menjelaskan semua. Dari balik semesta, Dia ada tak tersentuh dan mutlak utuh. Dari Sang Kala pula, yang terpisah jadi utuh, yang angkuh ditelan runtuh, yang terluka disapu sembuh.
Dari Sang Kala pula aku mendengar rintihan bait yang sebenarnya menyenandung dalam hatiku. Ia berkata, "Dalam gelap aku memujamu, agar engkau tak terganggu. Meskipun kadang aku cemburu, tapi tetap kan ku tunggu."
Kelak, masing-masing kita akan merasakan sang waktu sejati menyeruak dalam jantung yang merenung, dalam hening yang berdenting.
"Kaulah Lelaki Neika, itu!" Kata lelaki tua pada kami dengan sorot mata tajam dalam gelap.
Sepertinya lelaki tua itu terus saja meneror kami dengan kata-kata 'Lelaki Neika'. Entah siapa yang ia maksud. Aku ataukah Mandria. Tapi, untuk apa pula?