Chereads / Sejuta Mimpi Calon Sang Pemimpin / Chapter 15 - Lima belas

Chapter 15 - Lima belas

Hari dimana kegiatan UTBK SBMPTN telah dilaksanakan untuk sesi ketiga. Menjelang jam 2 pagi, Ana dibangunkan oleh Ibunya dan diminta untuk makan lalu mandi berangkat jam setengah 5 pagi, seleksi kala itu diberlangsungkan tepat pada jam 7 pagi. Ana berangkat untuk mengikuti UTBK SBMPTN di Universitas Airlangga dengan diantar oleh Kakaknya, Kak Syahrul, dan Pak Mus dengan menaiki mobil. Di tengah perjalanan menu kampus, Ana menatap pada celah kaca mobil yang setengah terbuka, menikmati dinginnya hembusan angin pagi untuk sekedar mencoba merilekskan pikiran. Selama diperjalanan menuju kampus, Ana mencoba untuk tidak memikirkan hal-hal negatif yang membuat pikirannya akan semakin menjadi kacau. Ia sampai di kampus pada pukul 06.28.

"Kak, tolong antarkan dan temani aku pergi menuju gedung Fakultas Farmasi" pinta Ana kepada Kakaknya.

"pergi saja sendiri, belajar memberanikan diri untuk pergi ke sana (gedung Fakultas Farmasi) sendiri" sahut Pak Mus kepada Ana.

"iya, beranikan diri untuk pergi ke sana sendiri" ucap Kak Syahrul.

"benar apa yang dikatakan oleh Pak Mus dan Kak Syahrul" Tutur Kakaknya.

Akhirnya Kak Syahrul yang mencoba untuk mengantarkan Ana menuju ke gedung Fakultas Farmasi, karena ia masih belum berani untuk pergi ke sana sendirian. Ketika berjalan menuju gerbang masuk yang dijaga oleh bebrapa satpam, ternyata satpam penjaga tidak memperbolehkan orang lain masuk selain peserta ujian.

"Pak. Gedung Fakultas Farmasi dimana ya?" Tanya Kak Syahrul kepada satpam.

"gedungnya di sebelah kanan dan paling pojok, terlihat dari sini gedungnya warna biru" jawab oleh satpam sambil menunjuk gedung megah Fakultas Farmasi yang terpandang dai jarak jauh. "Mohon maaf, yang hanya diperbolehkan masuk ke sana hanya peserta SBMPTN, untuk pengantarnya silahkan tunggu di luar saja" lanjut ungkap oleh satpam.

"terima kasih Pak" ucap Kak Syahrul kepada satpam.

"An, kamu ke sana sendiri ya. Satpamnya bilang yang hanya boleh pergi ke sana ialah peserta ujian saja. Nanti aku, Pak Mus, dan Kakak mu akan menunggu di dalam mobil" tutur Kak Syahrul.

Ana pun memberanikan diri dan mulai pergi ke sana sendirian. Sedangkan satpam penjaga mengarahkan ketiga pengantar yaitu Pak Mus, Kakaknya Ana, dan Kak Syahrul untuk memarkir mobil dan menunggu di suatu tempat di luar dari loksi gedung Fakultas Farmasi.

"Pak. Saya ingin bertanya, gedung Fakultas Farmasi di sebelah mana ya?" ucap Ana ketika menghampiri salah satu satpam yang berdiri di sisi jalan.

"dekat dari sini, gedungnya di sebelah kanan" jawab pak satpam dengan menunjuk gedung Fakultas Farmasi.

Ana kembali melanjutkan perjalanannya, sesampainya di depan gedung yang terlihat sangat megah, dia bertanya kepada satpam penjaga untuk memastikan jika itu benar gedung Fakultas Farmasi.

"Pak. Apakah benar ini gedung Fakultas Farmasi?" Tanyanya.

"iya benar" jawab satpam penjaga sembari menunjukkan kepala.

Sebelum masuk ke dalam lobi gedung Fakultas Farmasi, seluruh peserta yang telah datang di sana disuruh untuk mencuci tangan dahulu lalu panitia ujian menyuruh untuk menunggu di teras gedung dan membentuk dua barisan peserta sesuai dengan kelompok ruangan ujian masing-masing. Ana mendapatkan ruang ujian CBT 2 di lantai 6 gedung Fakultas Farmasi. Peserta kelompok ujian CBT 2 dipersilahkan masuk ke dalam lebih dulu, lalu menyerahkan berkas kelengkapan ujian kepada panitia ujian di lobi. Peserta yang telah menyerahkan berkas kelengkapan ujian dipersilahkan untuk menunggu di lobi untuk menunggu selama beberapa menit kemudian mendapatkan instruksi ujian dari panitia. Setelah setengah jam menunggu, seluruh peserta diberikan instruksi tata tertib selama ujian dari panitia lalu masuk ke dalam ruang ujian masing-masing. Ana mendapatkan tempat duduk di pojok kanan dan paling belakang, dia hanya duduk sendiri karena tidak ada peserta lain yang menduduki bangku tepat di sebelahnya.

Sebelum mengerjakan soal ujian, peserta ujian disuruh untuk menunggu agar mendapatkan instruksi cara mengerjakan soal ujian serta penyampaian tentang hal yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan selama ujian berlangsung dari pengawas dan panitia ujian. Setelah itu masing-masing dari peserta ujian diberikan kertas buram untuk digunakan sebagai coretan hitungan.

"Pak, mohon maaf. Bisakah anda ke sini" panggil oleh Ana kepada pengawas ujian sembari mengacungkan tangannya. Lalu pengawas ujian datang menghampirinya.

"apakah username harus ditulis di bawah nomor ujian?" tanya oleh Ana.

"iya benar" jawab oleh pengawas ujian.

Selama kurang lebih 15 menit menunggu, akhirnya ujian dimulai. Ditengah ketika sedang mengerjakan soal ujian, tiba-tiba Ana merasakan perut mulas, hal tersebut membuat konsentrasinya sangat terganggu Dengan bercucuran keringat dingin, Ana berusaha menahan agar tidak pergi keluar ruangan untuk BAB karena peserta ujian tidak diperkenankan keluar ruangan jika waktu ujian belum selesai. Sampai jam ujian akan berakhir, perutnya masih saja terasa mulas, dia hanya bisa berpasrah berapapun nilai yang dia dapat dari ujian tersebut. Apalagi saat panitia ujian menghampirinya untuk menengoknya mengerjakan soal, tubuhnya semakin merasa tegang dan gemetaran.

Beberapa jam kemudian, akhirnya pun ujian telah selesai dan tiap peserta ditertibkan untuk meninggalkan ruangan ujian mulai dari peserta yang duduk di bangku depan hingga yang paling belakang. Pikiran Ana sudah mulai sedikit lega dan tenang, namun anehnya ketika waktu ujian telah berakhir, dia sudah tidak merasakan perut mulas lagi. Ada salah satu panitia pengawas ujian yang datang menghampiri Ana.

"kamu asalnya dari mana?" tanya oleh Bapak pengawas ujian.

"saya dari Gresik Pak" jawab Ana.

"datang ke sini dengan sendiri atau diantarkan?" lanjut tanya oleh Bapak pengawas ujian.

"saya datang ke sini dengan diantarkan oleh Kakak saya Pak" jawab Ana.

"kamu mendaftar di kampus apa?" tanya oleh Bapak pengawas ujian.

"saya daftar di kampus ini (Universitas Airlangga) dan Universitas Padjajaran" jawab oleh Ana.

"mendafar di jurusan apa?" tanya Bapak pengawas ujian.

"Fakultas Kedokteran Hewan" jawab oleh Ana.

"wah! keren dan bagus sekali memilih Fakultas Kedokteran Hewan. Semoga nanti di terima ya, terutama di kampus ini" sahut Bapak pengawas ujian.

"Iya. Aamiin pak" ucap Ana. 'sesungguhnya saya tidak suka dengan jurusan Kedokteran Hewan Pak' gumamnya dalam hati.

Ana meninggalkan ruangan ujian dan turun ke lantai paling bawah. Dia merasa bingung dengan tempat yang dilaluinya karena awalnya dia masuk melalui lobi gedung namun dia keluar melalui ruang belakang tempat parkir motor 'Ha!ruang apakah ini?, kok banyak motor di sini, apakah ini tempat parkir motor?, perasaan tadi saya masuk bukan melalui ruangan ini' gumamnya dalam hati. Tak lama akhirnya dia menemukan arah menuju keluar gedung karena mengikuti dari belakang peserta ujian yang juga melalui ruangan itu,. Segera dia berjalan menuju halaman gerbang utama masuk ke kampus C. Dia melihat mobil yang mengantarnya tidak ada di tempat lagi, dia segera menghubungi kak Syahrul lewat telpon agar menjemputnya di tempat itu, sembari menunggu ia duduk di lorong taman kampus. Tak lama kemudian, mobilnya Pak Mus datang menjemputnya. Ketika Ana sedang menghampiri mobil, dia nyaris tertabrak oleh mobil yang sedang melaju karena teledor melihat situasi jalan.

"Mbak, stop!. Lihat situasi di kanan dan kiri jalan terlebih dulu sebelum ingin menyebrang" ucap oleh Pak satpam.

"oh iya Pak" sontak sahutan dari Ana sembari kaget karena gertakkan dari Pak satpam.

Saat berada dalam mobil. "apakah kamu menunggu dengan lama? Tanya oleh Pak Mus. "tadi saya diarahkan oleh satpam ke tempat parkir di luar yang jaraknya juga lumayan jauh dari sini, karena tidak diperbolehkan parkir di sini" lanjut ungkap Pak Mus.

"gak lama juga kok nunggunya, hanya tadi saya kira pak Mus parkir mobilnya masih disekitaran lokasi ini" jawab dan ucap oleh Ana.

"apakah kamu bisa mengerjakan ujiannya dengan mudah?" tanya Pak Mus.

"soalnya lumayan susah Pak" jawab Ana sembari tertawa malu.

"lumayan susah, tapi bisa menjawab soal yang mudah kan?" lanjut tanya oleh Pak Mus. Dan Ana membalasnya dengan menganggukkan kepala.

Ketika selama ada di dalam mobil tengah menuju perjalanan pulang ke rumah, pikiran Ana menjadi tampak risau, ia khawatir tidak lolos seleksi dan berakibat membuat orang tuanya semakin kecewa. Pak Mus memecah keheningan dalam mobil dengan mengajak Ana mengobrol.

"Apakah kamu ingin mampir? ke Sunan Ampel atau kemana begitu?" tawar Pak Mus kepada Ana. "Kalau mau, maka saya akan putar balik arah mumpung masih belum jauh" lanjut ucap Pak Mus.

Ana tampak ragu menerima tawaran dari Pak Mus, lalu ia meminta keputusan kepada Kakaknya.

"Kak. Apakah kita mampir dulu atau tidak?" tanya Ana kepada Kakaknya.

"tidak usah Pak, kita langsung pulang saja" sahut Kakaknya kepada Pak Mus.

"oke, kita langsung pulang saja ya" ucap Pak Mus.

Ana memandangi keramaian mobil-mobil yang melintas di jalan tol dari balik kaca jendela mobil sambil sekali-kali memejamkan matanya sejenak dengan menyendarkan kepalanya pada bantal jok mobil untuk sedikit menghilangkan penatnya. Dia berpikir memasrahkan apapun hasilnya kepada tuhan, namun masih meyakinkan diri jika ia bakal lolos SBMPTN, sekedar demi membahagiakan orang tua walaupun dia tidak menyukai jurusan Kedokteran Hewan.

Jam 11.15, Ana telah sampai di rumahnya. Kepada Ibunya, ia bercerita panjang lebar tentang kegiatan ketika menjalani seleksi di kampus mulai dari awal sampai akhir kegiatan. Setelah puas bercerita, dia tertidur dengan pulas di ruang tengah hingga menjelang sore hari. Ibunya membangunkannya ketika menjelang sore hari, Ana bangun dan pergi menuju ruang tamu untuk mengintip Ibunya yang sedang berbincang-bincang dengan tetangga dari balik jendela.

"apakah Ana sudah pulang Mbak Deya?" tanya Bu Lifa kepada Ibunya Ana.

"sudah Fah, tidak lama sehabis adzan dhuhur, ia sampai di rumah" jawab oleh Ibunya Ana.

"apakah temannya juga banyak yang ikut tes?" lanjut tanya oleh Bu Lifa.

"bukan temannya sih, tetapi orang-orang yang berasal dari berbagai daerah, juga banyak yang ikut tes. Kata Ana saat bilang ke saya, peserta tes juga lumayan banyak" jawab oleh Ibunya Ana.

Setelah 4 hari berlalu, saat sedang tadarussan, Ana ditanyai oleh tetangganya yang juga pernah menjadi gurunya mengaji.

"apakah kamu lulus seleksi?" tanya oleh Bu Biroh.

"pengumuman kelolosannya masih belum keluar, tanggal 14 Juni baru dikeluarkan" jawab Ana.

"oh. Jadi harus menunggu dulu ya pengumumannya. Saya kira begitu selesai tes maka langsung diumumkan kelolosannya" sahut Bu Biroh.

Setiap hari, Ibunya Ana selalu mengingatkan kepada anaknya untuk berdoa supaya lulus SBMPTN. Padahal yang sebenarnya Ibunya tidak mengetahui jika anaknya masih mendaftar jurusan kedokteran hewan, dia kiranya bahwa anaknya mendaftar di jurusan kedokteran umum. Setiap saat, Ana juga selalu terngiang atas kekhawatirannya, dia merasa bersalah karena telah menyembunyikan suatu kebenaran dari kedua orang tuanya demi menekan kekecewaan dari mereka.