Selama beberapa hari menunggu pendaftaran mahasiswa baru gelombang ketiga di Universitas Muhammadiyah Surakarta yang tak kunjung dibuka, maka Ana memutuskan untuk mendaftarkan diri di kampus lain sebelum seluruh pendaftaran mahasiswa baru dibeberapa kampus ditutup. Ana menemukan lampiran poster pemasaran Institut Transportasi dan Logistik Trisakti melalui postingan seseorang dari facebook, Ana segera mengirimkan pesan pribadi tentang keinginannya untuk mendaftar kuliah kepada orang yang telah menyebarkan poster promosi kampus tersebut, obrolan ia dengan tim promosi yang ia hubungi dilanjut melalui whatsapp, tim promosi mengirimkan link pendaftaran mahasiswa baru secara on-line, Ana mengikuti setiap panduan dari tim promosi untuk diarahkan hingga ke tahap pendaftaran ujian mandiri. Nama Ana berhasil terdaftar sebagai peserta ujian mandiri calon mahasiswa baru Institut Transportasi dan Logistik, beberapa hari sebelum ujian ana mengalami sakit, bukan hanya dirinya bahkan Ibu serta Ayahnya juga terdampak sakit, satu-persatu dari keluarganya mulai mengalami gejala sakit yang sama, awalnya Ibunya yang terlebih dahulu sakit lalu berlanjut Ana dan disusul oleh Ayahnya, mereka sekeluarga mengalami sakit hingga belasan hari. Tidak ada yang mampu mengurus rumah, bahkan untuk beranjak dari tempat tidur pun rasanya cukup berat, tidak ada yang menjaga dan merawat saat sakit dan maka diri sendiri lah yang harus beejuang dan bertahan ketika sakit, selama sekitar dalam 3 hari ayahnya Ana bolak-balik pergi ke desa Weru untuk meminta ramuan bedak sawan. Pada pagi hari, Bu Deya memaksa Ana memanggil tukang pijat meski Ana dalam keadaan sakit.
"Ana, panggilkan Ibu Mina agar datang ke sini dan memijat Ibu" pinta oleh Bu Deya.
"tapi kan aku sedang sakit Bu, kepala aku juga terasa sangat pusing" sahut Ana.
"cepetan An, sekarang kamu berangkat ke rumahnya dan minta dia datang kesini" pinta kembali oleh Bu Deya dengan memaksa.
Ana menuruti kemauan Ibunya untuk pergi ke rumah tukang pijat dan meminta untuk memijat Ibunya, Ana berjalan sempoyongan sembari mentutup setengah mukanya dengan kerudung karena malu dipandang oleh orang yang lewat di jalanan dengan keadaan wajahnya yang kusam karena tidak mandi selama beberapa hari akibat sakit.
"Assalamu'alaikum, tolong Ibu Mina agar berkenan datang ke rumah saya untuk memijat Ibuku, karena ia sedang sakit" pinta Ana.
"Saya tidak bisa memijat Ibumu, karena saya juga sedang tidak enak badan" ucap Ibu Mina.
"Iya An, Ibuku tidak bisa untuk memijat Ibumu karena dia sedang tidak enak badan, tolong sampaikan maaf kepada Ibu mu ya" sontak sahutan anak gadis dari Ibu Mina.
"iya mbak, aku pasti sampaikan ke Ibu" tutur Ana lalu ia berjalan pulang masih dengan sempoyogan karena merasa pusing. Sesampainya di rumah, Ana pun langsung menyampaikan hal tersebut kepada Ibunya.
"Ibu. Bu Mina tidak bisa memijat Ibu, karena dia sendiri sedang tidak enak badan" tutur Ana pada Ibunya dengan ekspresi jengkel namun Ibunya tidak merespon maupun tidak membalas dengan ucapan apapun. Ana langsung menumbangkan dirinya di atas kasur lalu tertidur pulas. Keesokan lusa, Bu Deya meminta kepada Ana untuk membelikannya buah pepaya di toko kelontong. Permintaan Bu Deya membuat Ana merasa semakin jengkel apalagi ia tidak bisa mengendarai motor dan harus berjalan kaki untuk pergi ke toko kelontong yang jaraknya lumayan jauh untuk ditempuh. Di sela-sela perdebatannya dengan Ibunya, Ayahnya datang untuk melerai dengan menawarkan jika dirinya yang akan membelikan papaya. Setelah Pak Marbun datang dari toko kelontong dan memberi papaya kepada Bu Deya, maka Bu Deya langsung pergi ke dapur mengambil pisau untuk mengupas papaya dan ia memakannya dengan sangat lahap. Siang harinya, Ana bangun dan beranjak dari tempat tidur lalu pergi menuju dapur, yang ia lihat di dapur tidak ada makanan sama sekali yang disajikan, hanya separuh potongan pepaya yang tergeletak di atas meja makan dan tertutupi oleh tudung saji. Karena Ana sudah merasa sangat lapar, maka ia berkeinginan untuk memakan pepaya milik Ibunya meski ia merasa malu karena tidak ingin menuruti permintaan Ibunya untuk membelikannya pepaya.
"Bu, bolehkah aku minta sedikit papaya milik Ibu" pinta Ana.
"boleh, kamu ambil saja" sahut Bu Deya. Meski Ana tidak mau membelikan pepaya, tetapi Bu Deya tidak melarang dan tidak memarahi Ana untuk memakan sepotong pepaya miliknya.