Chereads / Sejuta Mimpi Calon Sang Pemimpin / Chapter 18 - Delapan belas

Chapter 18 - Delapan belas

Tiba saat pengumuman SBMPTN akan diberitahukan. Ketika seusai melaksanakan sholat dhuhur, Ana segera bergegas pergi masuk ke dalam kamar tidur dan merebahkan tubuh dengan posisi tengkurap sambil terus memantau kea rah layar HP nya, tidak ada paket data/kuota dan hanya mengandalkan wi-fi milik tetangga dengan sinyal yang cukup lambat agar bisa mengecek hasil pengumuman SBMPTN. Beberapa menit lamanya, portal pengumuman SBMPTN masih belum bisa terbuka akibat kelambatan akses oleh sinyal wi-fi, memang Ana adalah tipe orang yang sangat irit hingga ia amat enggan untuk membeli paket data. Setelah setengah jam berlalu, portal pengumuman SBMPTN belum kunjung dapat dibuka, maka Ana memutuskan untuk cek pengumuman kelolosan pada saat keesokan lusanya ketika ia berada di sekolah untuk menghadiri acara wisuda.

Tiba saat keesokan lusa, jam masih menunjukkan pukul 05.27 pagi, dan Ana langsung meminta Ayahnya untuk mengantarkanya ke pondok pesantren yang masih bernaungan dalam satu yayasan dari sekolahan tempat Ana menimba ilmu di jenjang SMK, tujuan ia berangkat ke sana untuk merias wajah bersama 2 orang temannya. Sekitar 1 jam lebih 7 menit, Ana dan temannya menunggu sang perias di aula pondok pesanten untuk mempersiapkan semua peralatan make-up. Hingga selang satu jam, akhirnya mereka dirias di ruang aula. Dan tak lama, satu teman Ana yang lainnya telah datang dan langsung menyelonong masuk ke dalam, lalu duduk sembari menepuk betisnya Ana.

"bagaimana hasil pengumuman SBMPTN kamu, apakah lolos atau tidak?" tanya oleh Nia/temannya Ana.

"belum, karena aku tak punya paket data, makanya aku belum bisa cek pengumuman kelolosan SBMPTN. Kira-kira nanti kalau sudah sampai di sekolahan, aku bakal langsung cek" sontak sahutan dari Ana.

"yeh!, setelah kamu dirias, nanti aku pinjamin HP, lalu kamu coba cek hasilnya" sahut Nia.

Beberapa jam berselang, Ana telah selesai dirias dan bertindak dari tempat rias lalu menghampiri Nia dan mempersilahkannya bergantian untuk dirias. Nia menodorkan HP nya kepada Ana agar bisa cek dan melihat hasil pengumuman SBMPTN.

"yah!, aku tak lolos SBMPTN" tutur Ana kepada Nia dengan pandangan mata penuh kesedihan, "Ha! tidak lolos"sahut Nia dengan ekspresi kaget lanjut tuturku. "tidak mengapa An, tetap semangat untuk mendaftar kuliah lagi melalui jalur-jalur yang lainnnya" lanjut tutur oleh Nia.

Meskipun Ana merasa sedih karena tidak lolos seleksi pada jalur SBMPTN, namun kenyataannya Ana tidak begitu merasa amat sangat sedih dan terpuruk karena ia memang tidak terlalu suka terhadap jurusan yang dia pilih pada pendaftaran SBMPTN.

Mereka segera meninggalkan pondok pesantren dan berangkat menuju sekolahan seusai dirias, Ana berangkat diantarkan oleh Fila yang merupakan santriwati dari pondok pesantren tersebut sekaligus adik kelasnya Ana, mereka berdua berangkat dengan meminjam dan menaiki motor milik Silvi, sedangkan Silvi diantarkan oleh pacarnya yang masih tinggal satu pondok pesantren dengannya, dan Nia diantar oleh Kakak perempuannya. Di perjalanan menuju sekolahan, Ana begitu cerewet dan banyak melontarkan komentar kepada Fila karena mengendarai motor dengan lumayan kencang, sehingga membuat bulu mata palsu yang terpasang di matanya hampir lepas karena terkena kibasan angin.

"Fil, kalau mengendari motor pelan-pelan saja, bulu mata aku sampai hampir lepas gegara diterpa angin. Mana terasa berat banget di mata, jadinya aku susah untuk melek" tutur Ana kepada Fila.

"iya, aku turunkan kecepatan laju kendaraannya kak, dan ini sudah yang paling pelan ya, anginnya saja yang kencang" sahut Fila.

"mana ada angin kencang, aku bisa merasakan kok, kamu masih terlalu kecepatan mengendari motornya, pelan-pelan sedikit dong" tutur Ana.

"iya deh" sahut Fila.

Sesampainya di sana, sekolahan sudah ramai dikunjungi oleh para jajaran tenaga pendidik dari jenjang play group hingga jenjang SMK/MA/SMA. Setelah mengantarkan Ana hingga ke sekolahan maka Fila segera kembali pulang ke pondok pesantren. Karena merasa kebingungan ingin masuk dan berteduh dimana, maka Ana pun memutuskan untuk menunggu teman-teman lain yang belum datang di halaman sekolahan, dan tak lama kemudian Nia datang.

"An, apakah teman-teman kita yang lain belum ada yang pada datang? Tanya oleh Nia.

"Belum, masih sepi nih, mungkin yang lain proses riasnya juga belum selesai, tenang saja walaupun sudah jam 7 acaranya juga belum dimulai" sahut Ana.

Ana dan Nia berteduh di halaman kantor sekolahan untuk menunggu sembari melihat lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang datang ke sekolahan.

"siapa ini?, Nia dan Ana ya?, yuk masuk ke dalam kantor saja, sambil menunggu teman kalian di dalam saja" sontak ajakan Bu Mira kepada Ana dan Nia.

"iya Bu" sahut Ana dan Nia sembari menganggukkan kepala.

"Nia. Yuk kita masuk ke dalam kantor saja" bisik oleh Ana di telinga Nia.

"di sini saja, karena lebih nyaman di sini" balas oleh Nia.

"bukannya lebih nyaman di dalam saja, malu tau kalau di sini tuh, kita pada dilihat oleh banyak orang, berasa kita nih artis dadakan yang baru muncul" sahut Ana.

"ya sudah deh, yuk! masuk ke dalam".

Ana dan Nia bergegas masuk ke dalam ruangan kantor sekolahan, mereka pun langsung dipersilahkan oleh kepala sekolah untuk duduk di meja rapat guru. Sekitar hampir setengah jam menunggu, akhirnya Silvi datang lalu menghampiri Ana dan Nia.

"kamu pergi ke mana saja?, sedari tadi ditunggu malah baru datang sekarang" tanya oleh Ana kepada Silvi.

"Iya, tadi aku masih menunggu si Ivan untuk bersiap-siap dahulu, dia yang lama" sahut Silvi.

"Yaelah!, aku kira karena motor Ivan yang bermasalah, kan biasanya motor Ivan sering timbul masalah" ucap Ana. "kamu tau dari mana kalau aku dan Nia ada di dalam kantor?" lanjut tanya oleh Ana kepada Silvi.

"Tadi aku bertanya kepada Bu Mira tentang keberadaan kalian berdua, dan dia menjawab jika kalian ada di dalam kantor" jawab oleh Silvi.

"Oh begitu, aku kira kalau kamu langsung menyelonong masuk ke dalam kantor" gurau Ana.

"ya enggak lah" sahut Silvi.

Satu persatu temannya Ana mulai datang, lalu mereka semua duduk berkumpul di meja rapat guru. Ana menyalakan HP nya dan membuka google untuk mencari cara melihat skor dan mengunduh sertifikat UTBK SBMPTN. Sedangkan Indi, Nia Dan Ira, mereka duduk di lantai dengan posisi melingkar dan secara diam-diam menggosipkan Ana yang tidak lolos SBMPTN.

"Apakah Ana kamu lolos SBMPTN?" tanya oleh Ira melalui Nia sembari beribisik-bisik.

"tadi aku tanya ke Ana, katanya tidak lolos" jawab Nia dengan nada suara rendah.

sontak Ira dan Indi merasa kaget mendengar jawaban dari Nia. "Ha! apakah benar?" tanya oleh Ira.

"Iya, coba kalian tanya lansung ke orangnya" tutur Nia.

Ira menoleh ke arah Ana dan menanyainya ketika sedang sibuk dengan HP nya. "Ana, apakah kamu lolos SBMPTN?" tanya oleh Ira dan Ana menjawab dengan menggelengkan kepala.

"ya sudah tidak apa-apa An, tapi kamu harus tetap semangat" ujar oleh Indi dan Ana merespon dengan senyuman.

Indi, Nia dan Ira kembali melanjutkan obrolan, sedangkan Ana masih berlanjut untuk segera mengunduh sertifikat hasil UTBK SBMPTN. Kepala sekolah menghampiri Ana dan delapan temannya yang lain sambil menodorkan alat pelindung wajah dan disuruh untuk merakit alat tersebut, memang pada waktu itu masih maraknya wabah virus corona dan semua orang yang hadir dalam acara wisuda diwajibkan untuk memakai alat pelindung diri seperti masker dan alat pelindung wajah yang terbuat dari bahan plastik. Seusai merakit alat pelindung wajah, staff tata usaha meminta mereka membentuk barisan yang rapi untuk dipotret dan dijadikan sebagai dokumentasi.

Acara wisuda akan segera dilangsungkan, mereka para peserta wisuda diminta untuk segera pergi ke tenda wisuda yang didirikan di halaman depan sekolahan SMK, Ana beserta delapan temannya duduk di kursi pada barisan yang paling depan. Acara wisuda dimulai dengan memberikan sambutan yang disampaikan oleh kepala Yayasan dan dilanjut dengan memanggil masing-masing nama peserta wisuda secara berurutan mulai dari jenjang play group hingga ke jenjang Madrasah Aliyah untuk naik ke atas panggung dan menerima penyerahan map. Seusainya acara wisuda, Ana beserta teman-temannya yang lain disuruh oleh kepala sekolah untuk berkumpul di lapangan sekolahan dan melakukan pemotretan bersama, masing-masing dari mereka saling ber-pose foto dan dengan suasana ria saling melemparkan topi wisuda ke atas secara bersamaan. Setelah kegiatan pemotretan selesai, masing-masing dari mereka memutuskan untuk pulang ke rumah, Ana dan Silvi masuk ke dalam aula sekolahan dengan maksud berteduh sambil menunggu jemputan dari pacar Silvi untuk diantarkan pulang. Ana dan Silvi duduk di lantai sembari makan jajanan yang diperoleh dari acara wisuda tersebut, di sela-sela saat sedang makan, Silvi melontarkan permintaan kepada Ana untuk memotret dirinya setelah menghabiskan makanan. Setelah makan, maka Ana pun langsung memotret Silvi, lalu kakak kelas datang untuk memberikan bucket bunga sebagai hadiah kelulusan kepada Silvi, dan Ana diminta oleh Silvi untuk kembali memotret dirinya bersama dengan kakak kelas. Beberapa menit kemudian, kakak kelas tersebut pamit kepada Silvi untuk meninggalkannya pulang terlebih dahulu, sedangkan Ana dan Silvi masih menunggu si Ivan yang tak kunjung datang untuk menjemput. Sinyal wi-fi sekolahan susah dijangkau dari aula, maka Ana segera berpindah tempat ke teras aula agar dapat menjangkau sinyal wi-fi dan langsung membuka aplikasi youtube mencari tontotonan seru untuk menghibur dirinya sendiri. Hampir satu setengah jam berlalu, Ivan tak kunjung datang untuk menjemput Ana dan Silvi. Ana meminta Silvi untuk menelpon Ivan, lalu Silvi menelpon Ivan tetapi tidak diangkat.

"tak diangkat nih, tadi aku chat melalui Whatsapp, katanya masih ada kegiatan mengaji bersama di Pondok" ujar Silvi.

"ha! pantas lama, berarti masih lama lagi dong kalau ada mengaji bersama di Pondok?" tanya Ana.

"tidak, katanya sudah selesai dan barusan dia balas chat aku, bilangnya mau sholat dhuhur dulu" jawab Silvi.

"ya sudah deh, tolong sampaikan seusai sholat dhuhur langsung pergi untuk jemput kita, jangan terlalu lama, aku juga sudah mengantuk nih" ujar Ana.

"iya, bakal aku sampaikan kok" sahut Silvi.

Setengah jam lebih telah berlalu, Ivan tetap tak kunjung datang menjemput, Silvi sibuk membalas pesan masuk di Whatsappnya, Ana berkali-kali menguap karena telah merasa sangat mengantuk "Silvi, bagaimana dengan si Ivan, dia jadi jemput tidak?, coba kamu hubungi lagi deh" tanya dan pinta oleh Ana kepada Silvi.

"Iya aku akan chat dia lagi" jawab Silvi.

"Coba kamu langsung telpon saja, supaya cepat mendapatkan respon" ujar Ana.

"chat saja, khawatirnya dia ada kesibukan lain di Pondok setelah sholat" sahut Silvi

Beberapa menit kemudian "nih Ivan sudah balas chat aku, katanya mau bersiap-siap berangkat menjemput" ujar Silvi.

"Oke deh" sahu Ana sembari tersenyum karena merasa lega setelah berjam-jam menunggu si Ivan.

Tak lama kemudian Ivan datang dengan membawa bucket berisi makanan ringan kepada Silvi sebagai hadiah untuk kelulusannya, sebelum berangkat pulang Ana diminta oleh Silvi untuk memotret dia bersama Ivan di samping gedung aula dengan background lukisan indah di dinding gedung, lalu setelah itu mereka langsung memutuskan untuk segera pulang, Ana dan Silvi bersama Ivan masih ribut karena bucket milik Silvi tidak muat untuk dimasukkan ke dalam bagasi motor, lalu mereka mencari penyelesainnya dengan masing-masing Ana dan Silvi membawa dua bucket. Ivan mengantarkan Ana pulang ke rumahnya terlebih dahulu.

"makasih ya untuk kalian berdua yang berkenan mengantar aku pulang" ucap Ana kepada Ivan dan Silvi sesampainya di depan rumah.

"ya, aku juga berterima kasih sama kamu karena repot-repot mau membantu membawa bucket ku" sahut Silvi.

Lalu Silvi dan Ivan bertolak dari rumah Ana untuk pulang bersama menuju pondok "sampai jumpa kembali" ucap Ana sembari melambaikan tangan.

Ana berjalan masuk ke rumah "Bu, aku datang nih" tutur Ana kepada Ibunya.

"kok pulangnya lama nak, sudah menjelang siang tapi baru pulang" ucap Bu Deya.

"lama karena tadi masih menunggu temannya Silvi untuk menjemput aku dan Silvi" balas Ana.

"ya sudah sana ganti pakaian mu dan mu bersihkan make-up mu" pinta Bu Deya.

Setelah Ana melepas kostum yang ia pakai pada acara wisuda tadi, ia langsung berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan make-up nya dan sekalian mandi siang. Hampir setengah jam lebih Ana berada di kamar mandi karena cukup lama membersihkan make-up tebal yang menempel di wajahnya, setelah keluar dari kamar mandi maka Ana bergegas menuju ruangan sholat untuk menjalankan ibadah sholat dhuhur. Pada saat malam harinya, Ana merenungi atas kegelisahannya sendiri ketika telah mengetahui bahwa ia tidak lolos SBMPTN. Kala itu ia merasa ambigu, merasa senang juga merasa sedih karena tidak lolos SBMPTN juga di sisi lain karena memang ia tidak berminat masuk di jurusan kedokteran hewan, ia khawatir atas kekecewaan orang tuanya nanti ketika tau bahwa anaknya tidak lolos SBMPTN, lama merenungi hal tersebut hingga membuat dirinya tertidur.

Keesokan lusanya, Ana kembali berangkat ke pondok pesantren untuk merias wajah dan menhadiri acara wisuda kedua kalinya di sekolahan, acara wisuda tersebut hanya diperuntukkan bagi peserta wisuda hanya dari SMK. Seperti hari lusa kemarin, sesuasinya merias wajah, Ana dan teman-temannya langsung berangkat ke sekolahan, namun kala itu Ana berangkat ke sekolahan naik motor bersama dengan Silvi, sedangkan Nia tetap diantarkan oleh kakaknya, sebelum itu Ana dan Silvi berangkat menuju rumahnya Ana untuk mengambil kalung wisuda milik Ana yang tertinggal di rumah. Saat sesampainya di sekolahan, Ana bersama dengan semua temannya berkumpul di teras kantor, tak lama selanjutnya wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menyuruh mereka masuk ke dalam kantor untuk menjalani kegiatan pemotretan. Lalu seusainya, mereka dan seluruh orang tua mereka yang datang di acara wisuda tersebut diminta masuk ke dalam ruangan aula, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan mengatur barisan secara rapi untuk peserta wisuda agar duduk di kursi barisan depan sedangkan seluruh orang tua dipersilahkan duduk dibelakang para peserta wisuda. Kepala sekolah terlebih dahulu memberikan sambutan dan dilanjut dengan pemanggilan nama masing-masing wisudawan dan wisudawati untuk maju ke depan menerima penyerahan map. Mereka para peserta wisuda diminta berkumpul di depan untuk menyayikan lagu dan membaca ikrar alumni. Saat kegiatan wisuda telah selesai, seluruh peserta wisuda bersama dengan orang tuanya diminta masuk ke dalam ruangan kelas yang kosong untuk makan bersama, dan setelah kegiatan tersebut usai, peserta wisuda bersama dengan orang tuanya masuk ke dalam kantor untuk kembali menjalani pemotretan, dan setelah itu masing-masing dari peserta wisuda memutuskan untuk pulang bersama dengan orang tuanya. Ibunya Ana pulang terlebih dulu dengan diantarkan oleh suaminya, sedangkan Ana juga pulang bersama ayahnya setelah mengantar Ibunya. Sesampainya di rumah, Ana langsung masuk ke dalam kamar tidurnya untuk melepas kostum kebaya yang ia pakai dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan make-up.