Seiring satu bulan menunggu pengumuman kelolosan SNMPTN, akhirnya pengumuman telah dikeluarkan. Ana pergi ke rumah Asih atau teman sekolahnya dengan diantar oleh Ayahnya menggunakan motor, ia pergi ke sana untuk menumpang menyambung wi-fi karena dia tidak memiliki paket data untuk internetan . Setelah sampai dirumah temannya, dengan rasa tidak sabar dia langsung menyalakan HP nya dan segera melihat pengumuman kelolosan. Tubuhnya menjadi gemetaran 'ya tuhan, semoga aku lolos SNMPTN' gumamnya dalam hati ketika dia akan mengecek pengumuman kelolosan. Namun setelah pengumumannya di cek, ternyata Ana dinyatakan tidak lolos. Dia merasa sangat kecewa, dan sorort matanya terlihat seperti sudah tidak tahan untuk meneteskan air mata meratapi kenyataan yang tak sesuai dengan ekspetasinya saat itu.
"An, apakah kamu lolos?" tanya oleh Asih.
Ana hanya membalas dengan senyuman dan menggelengkan kepala yang menandakan bahwa ia tidak lolos SNMPTN.
"kamu harus bersabar ya" tutur Asih.
Ana kembali pulang ke rumah dan dijemput oleh Ayahnya. Sesampainya di rumah, dia langsung berlari masuk ke kamar tidurnya dan merebahkan tubuhnya di ranjang lalu menangis. Dia berkali-kali membuka HP dan mengamati tulisan 'Anda dinyatakan tidak lolos SNMPTN 2021' yang terpampang di layar HP miliknya,. Dia juga merasa bingung bagaimana menjelaskan hal itu kepada orang tuanya nanti, pikirnya orang tuanya pasti akan merasa kecewa jika mereka tahu anaknya tidak lolos SNMPTN.
Ana mengirimkan pesan WhatsApp kepada Ira. "Ira" tulisnya.
"iya An, apakah kamu lolos SNMPTN?" tanya oleh Ira.
"tidak" balas Ana
"yah! tapi tidak mengapa, harus tetap semangat karena kamu masih bisa mendaftar SBMPTN" tutur Ira sembari menyisipkan emoji sedih.
"aku merasa kecewa banget Ra, ternyata hasilnya tidak sesuai harapan yang aku inginkan selama ini" balas Ana sembari menyisipkan emoji menangis.
"jangan bersedih, coba bangkit dan berusaha kembali" tutur Ira.
"tidak bisa, aku tetap merasa kecewa dan sedih, dan jika orang tuaku tau akan hal ini, pasti mereka juga akan merasa sedih" balas Ana.
"iya juga sih, tapi kamu harus bisa meyakinkan diri sendiri, bahwa kamu pasti bisa mewujudkan cita-citamu kedepannya" tutur Ira.
Ana keluar dari kamar tidurnya dan berjalan menuju ruang tengah mengambil makanan di meja makan. Melihat sebungkus kopi susu kemasan yang tergeletak di atas meja makan, lalu ia segera memasak air di dapur untuk menyeduh kopi susu tersebut. Saat minuman tersebut telah ia sajikan, Ibunya datang menghampirinya yang tengah duduk di kursi meja makan.
"nak, bagaimana pengumumannya yang telah kamu lihat, apakah kamu lolos?" tanya Ibunya.
"aku tidak lolos Bu" jawab Ana dengan suara lemas.
"lalu, apakah kamu ingin mengikuti tes lagi untuk selanjutnya?, tes apa yang pernah kamu beritahukan kepada Ibu selain SNMPTN?" tanya Ibunya.
"SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Bu" jawab Ana. "iya InshaAllah aku ikut SBMPTN" lanjut balasnya.
Ana beredengung dalam hatinya 'ya Allah. Semoga di SBMPTN, aku bisa daftar di Fakultas Kedokteran'. Ia merasa khawatir jika di SBMPTN nanti tidak diperbolehkan mendaftar di Fakultas Kedokteran. Setiap waktu, Ana merenungi kehidupannya dengan penuh kegalauan akibat tidak bisa lolos SNMPTN, dan ia masih belum merasa ikhlas dan tidak bisa menerima kenyataan yang sebenarnya.
Dua hari sebelum penutupan pendaftaran SBMPTN, Ana pergi ke rumah Asih pada malam harinya. Sudah biasa ia pergi ke rumah Asih hanya untuk menumpang menyambung wi-fi saat ia sedang tidak punya kuota/paket data. Sesampainya di rumah Asih, Ana langsung menyalakan HP dan membuka akun LTMPTN miliknya untuk memilih jurusan pada pendaftaran SBMPTN. Ternyata benar, Fakultas Kedokteran dan bahkan Fakultas Kedokteran Gigi tidak disediakan bagi lulusan siswa-siswi yang berasal dari SMK. Hingga Ana merasa kebingungan untuk memilih jurusan yang lain selain kedokteran dan kedokteran gigi. Ia beralih membuka portal KIP Kuliah untuk mensikronisasi pendaftaran SBMPTN ke akun KIP Kuliah agar ia tidak membayar biaya seleksi ketika ingin mengikuti SBMPTN. Jam di HP yang telah menunjukkan pukul setengah 10 malam, akhirnya ia memutuskan pulang dari rumah Asih.
Tepat pada saat hari terakhir pendaftaran SBMPTN akan ditutup, malam harinya Ana bergegas pergi ke counter untuk membeli kuota. Sesampainya dari sana, ia masuk ke dalam kamar tidurnya dan kembali membuka akun LTMPT miliknya untuk memilih jurusan pada pendaftaran SBMPTN. Tidak lama kemudian, tiba-tiba listrik mendadak padam dan secara otomatis sinyal berubah menjadi tidak stabil dan lambat, apalagi daya baterai HP nya hanya tinggal 15% saja. Ana merasa sangat panik karena pendaftaran akan ditutup pada jam 23.00 malam, sesangkan kala itu jam telah menunjukkan pukul 21.34 dan dia sama sekali belum memilih jurusan. Ia bergegas dengan membuat keputusan dengan sangat terbuuru tanpa pertimbangan yang baik karena ia merasa cemas jika HP nya mati akibat daya baterai mulai berkurang. Ia pun langsung memilih dua jurusan yang sama yaitu kedokteran hewan di dua kampus berbeda yakni Universitas Airlangga dan Universitas Padjajaran. Padahal Ana sangat tidak suka dengan jurusan kedokteran hewan, sengaja dia memilih jurusan tersebut hanya karena terhimpit waktu yang terus mendekati deadline dan kecemasan HP miliknya akan mati. Ana sudah pasti merasa sangat menyesal karena memilih jurusan tersebut.
Sehari berlalu, Ibunya bertanya kepadanya, "kamu jadi memilih jurusan apa?".
"Aku pilih jurusan kedokteran hewan Bu, Aku sudah mencari diseluruh kampus yang ada di daftar SBMPTN tetapi tidak ada yang memperbolehkan murid lulusan SMK untuk mendaftar jurusan kedokteran bahkan juga di jurusan Kedokteran Gigi" jawab Ana.
"Ha! Kok memilih jurusan kedokteran hewan sih, kalau nanti lulus kerjanya bagaimana?. Di desa tempat tinggal kita, peluang membuka praktik dokter hewan itu sangat sedikit nak, jarang ada warga desa yang ingin memeriksakan hewan ke dokter hewan." tanya dan tutur Ibunya.
"kan nanti, aku bisa praktik di luar kota dan desa tempat tinggal kita Bu" jawab Ana.
"jika kamu mendapatkan peluang kerja atau membuka praktik di luar kota. Tapi kalau tidak, lalu bagaimana?". sahut dan tanya Ibunya.
Ana tidak bisa menjawab pertanyaan yang terus dilontarkan oleh Ibunya. Ibunya sangat tidak mengizinkannya mendaftar di jurusan kedokteran hewan. Tetapi, Ibunya menyuruhnya untuk mendaftar di jurusan yang lain yakni keperawatan dan farmasi, namun Ana tidak mau menuruti perkataan Ibunya karena ia juga tidak suka dengan jurursan keperawatan ataupun farmasi. Namun karena ia sudah terlanjur mendaftar jurusan kedokteran hewan, mau siap atau tidak siap ia harus mengikuti SBMPTN pada jadwal yang telah ia peroleh.