4,5 tahun kemudian.
Di tahun itu, Ana telah menduduki bangku kelas 8 SMP, dia mulai memiliki cita-cita menjadi pengusaha sukses dan ternama. Tak pernah luput dari bayang-bayanganya, dirinya selalu saja berhalu seakan benar-benar menjadi seorang pengusaha. Kala itu, dia sedang belajar saat malam hari tepatnya setelah sholat isya' usai. Ia belajar di ruang tamu, saat tengah sibuk membaca buku-buku pelajaran, dia mulai kembali membayang-bayangkan serunya menjadi pengusaha, dan membuat ia menjadi tidak fokus belajar. Kala itu, dia menghalu dan duduk di sofa dengan badan tegap memperagakan seperti halnya seorang pengusaha yang sedang duduk di kursi kantor. Di tengah haluannya tersebut, tiba-tiba kakaknya lewat di ruang tamu tanpa ia sadari sebelumnya, ia menjadi keteteran dan malu sendiri jika semisalnya kakaknya mengetahui kalau dia sedang asik berhalu. Saat tidak ada lagi orang yang lewat dari ruang tamu, dia mulai menghalu kembali dengan sok sibuk mengamati serangkaian tulisan yang tercantum di buku dan menulis-nulis seakan seperti pengusaha yang sedang mengerjakan proyeknya. Sekitar setengah jam berlalu, dia pun menyudahi halunya, karna dia tak ingin waktu belajarnya habis hanya dibuat untuk menghalu saja dan dia kambali belajar lagi. "Ah udahlah. Yang ada nanti aku gak jadi belajar dan keburu mengantuk kalau mengehalu terus" gumamnya dalam hati sembari mengelus rambutnya. Seusai belajar, ia bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan dilanjutkan sholat isya', lalu setelah sholat ia pergi menuju kamar tidur dan segera tidur agar bisa bangun shubuh dan tidak terlambat berangkat ke sekolah.
Setiap hari, aktivitas sama yang dilakukannya yakni menghalu menjadi pengusaha tiap jika ada waktu kosong. Namun, dia sendiri malu untuk mengatakan kepada orang tuanya tentang hal yang sebenarnya bahwa cita-citanya ialah menjadi pengusaha. Memang anaknya sangat pemalu, makanya dia selalu merasa sungkan dan enggan untuk mengatakan hal yang dia sukai. Akan tetapi dia selalu mengungkapkan sesuatu yang diinginkannya dengan menuliskannya di dalam lembar buku diary miliknya. Bukan hanya untuk menuliskan segala keinginanya saja, akan tetapi jika sedang mendapatkan sesuatu yang membuatnya merasa senang maupun merasa sedih maka selalu dia tulis di buku diary.
Tuhan.
Kabulkanlah segala cita-cita yang Hamba inginkan.
Kabulkanlah keinginan Hamba untuk menjadi orang sukses.
Permudahkanlah jalan Hamba dalam menggapai cita-cita.
Ridhoilah segala hal yang Hamba lakukan untuk menggapai cita-cita, selama hal yang Hamba jalankan itu baik pula.
Tabahkanlah hati Hamba dalam menghadapi segala resiko yang mungkin akan Hamba terima.
Lancarkanlah usaha serta perjuangan Hamba untuk meraih cita-cita.
Engkau yang maha kuasa, pengabul segala doa baik dari Hamba-Hambanya dan Hamba percaya tidak ada yang mustahil jika Engkau telah berkehendak.
Kutipan serangkaian kalimat tentang pengharapannya yang ditulis dalam sehelai lembar buku diary agar Tuhan dapat mengabulkan segala impian yang ingin ia wujudkan. Rangkaian kalimat tersebut ia tulis setelah belajar di malam hari dan saat sedang berada di dalam kamar tidur dengan posisi berbaring tengkurap di kasur.