Chapter 2 - Dua

Esok lusanya ketika Ana sedang asik rebahan di kasur, ia mulai membayang-bayangkan serunya jika telah menjadi seorang pilot. Dia merasa senang sekali terlelap dalam halunya, namun ia tersadar sulit bagi perempuan berprofesi sebagai pilot. Ia mulai merasa ragu dan keyakinannya perlahan mulai hilang. Gadis sepolos itu belum mengetahui bahwa tiddaklah sulit dan tidaklah mustahil jika perempuan menjadi pilot.

'apa aku bakal bisa jadi pilot ya?, trus di negara Indonesia ini emang ada pilot perempuan?. Boleh gak ya, perempuan jadi pilot?' gumamnya dalam hati

Ana tak henti terus bertanya-tanya dalam hati, hingga ia berpikir jika ia tidak bisa menjadi pilot maka ia akan menjadi yang lain. Tak lama, dia tersadar dalam haluan dan lamunannya karena terganggu oleh suara langkah kaki yang menghampiri kamar tidurnya, dia langsung bertindak dan mengintip dibalik pintu kamar, pikirnya siapa yang mau masuk ke dalam kamarnya dan ternyata itu Ibunya. Ibunya masuk ke dalam kamarnya dan menyuruhnya pergi untuk membelikannya bawang "Ana. Belikan Ibu bawang nak ke tokonya bu Mia, cepetan nak nanti keburu dimasak lauknya. Jangan lama-lama ya dan gak usah mampir kemana-mana sehabis dari toko". Ibunya berkata seperti itu, karena setiap disuruh pergi untuk membeli bumbu dapur, Ana selalu mampir ke rumah temannya sebelum pulang ke rumah.

"iyaa Buu, iyaaa" jawabnya dengan lembut dengan ekspresi tersenyum.

Ana bergegas pergi ke toko bu Mia langganan Ibunya membeli bumbu dapur. Setelah dari toko, dia langsung bergegas pulang mengingat suruhan Ibunya yang tidak memperbolehkannya mampir kemanapun seusai membeli. Sesampainya di rumah, ia segera menghampiri Ibunya di dapur yang sedang menyiapkan peralatan masak untuk memberikan bawang yang telah dibeli.

"Bu. Ini bawangnya" tuturnya sambil menodorkan kantong plastik berisi bawang ke Ibunya.

Setelah itu, Ana berjalan menuju ke kamar tidur dan rebahan kembali di kasur.