Chereads / My Fierce and Lovely Bodyguard / Chapter 29 - HATI-HATI PADANYA

Chapter 29 - HATI-HATI PADANYA

Misha memang sedang berada di dalam pusat perbelanjaan ini ketika dia melihat wajah- wajah pria yang dia kenal dan itu merupakan bodyguard- bodyguard milik Jayden, walaupun mereka mengenakan pakaian biasa yang tidak terlalu mencolok bagi orang- orang lainnya.

Maka dari itu dia berpikir kalau pria tersebut berada tidak jauh dari mereka, dan benar saja, sepupunya tersebut berada sedang menelepon seseorang sementara Apple berada di dalam sebuah toko pakaian.

Walaupun gadis itu mengenakan topi dan masker, tapi Misha dapat mengenalinya dengan baik dengan hanya sekilas melihat posture tubuhnya.

Awalnya, Misha hanya ingin melewatkan mereka berdua dan tidak ingin bertemu, karena memang tidak ada hal penting yang dia butuhkan, tapi ketika dia melihat keributan terjadi dan Apple berada dalam masalah, dia menjadi tertarik untuk berhenti sejenak dan mengamati apa yang akan sepupunya ini lakukan.

Misha pikir Jayden akan segera menyelesaikan masalah sepele tersebut, tapi ternyata dia justru hanya mengamati dari jauh dan menikmati apa yang terjadi.

Ini sangat tipikal Jayden ketika keusilannya sedang muncul.

Dan yang membuat Misha lebih terkejut lagi adalah bagaimana Apple handled the situation. Dia memerintahkan Jayden untuk membayar jaket di tangannya, tapi dengan nada seolah dirinya adalah sang bos dan Jayden hanyalah pesuruhnya.

Gadis kecil yang dulu dia kenal kini telah tumbuh mejadi wanita yang menarik.

Lalu ketika Jayden hendak maju untuk mengatasi situasi tersebut setelah perintah dari Apple, Misha justru mendapati dirinya maju lebih dulu dan menghampiri Apple.

Misha menarik tangan Apple dan membuatnya berjalan di sampingnya sementara dia mengambil jaket di tangannya untuk dibayar.

"Misha? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Apple dengan bingung.

"Menyelematkanmu dari kebodohan sepupuku," jawabnya asal dan baru melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Apple ketika mereka berada di depan kasir.

Misha segera memberikan jaket yang menjadi sumber permasalahan tadi dan menyerahkan kartunya juga.

Tapi, seseorang telah mengambil kartu tersebut sebelum sang kasir menerimanya.

"Kurasa tadi dia memintaku untuk membayarkan jaket ini dan bukan kau." Jayden menahan kartu Misha dan alih- alih menyerahkan kartu miliknya.

"Kupikir kau masih ingin menyelesaikan minumanmu dulu," jawab Misha.

Jayden menyeringai. "Jangan khawatir, aku terbiasa melakukan berbagai hal dalam waktu bersamaan."

"Kau akan memuat gossip baru di media bila mereka menangkap fotomu dengan gadis ini," ucap Misha.

"Tidak masalah, aku sudah lama tidak berada dalam berita, aku takut orang- orang akan mulai melupakanku," jawab Jayden dengan ringan. Setelah Jayden selesai menekan kode pin di kartunya dan mendapatkan jaket yang diinginkan oleh Apple, dia menarik gadis itu ke sisinya dan mereka berjalan menjauh setelah berkata, "See you at home, brother."

Sementara itu, Misha hanya bisa melihat sepupunya yang bertindak seenaknya saja tersebut berjalan menjauh dengan Apple berada dekat dengannya.

Tapi, tidak jauh dari mereka, tiga orang pria yang bersikap arogan tadi dan juga manager di store ini, mereka menatap Jayden Tordoff dan Misha Tordoff dengan wajah terkesiap dan tercengang, karena tidak menyangka kalau wanita yang terlihat biasa- biasa saja itu bisa berasosiasi dengan kedua pebisnis tersebut.

Siapa sebenarnya gadis itu?

=====================

"Kau tidak perlu bersikap seperti itu terhadap sepupumu, bukan?" tanya Apple ketika mereka berada di dalam mobil dan seperti biasa, dirinyalah yang berada di belakang kemudi, sementara Jayden tengah asyik memainkan game yang di ponselnya.

"Bersikap seperti apa?" tanya Jayden tanpa mengalihkan perhatiannya dari game yang sedang dia mainkan.

"Bersikap seperti seseorang yang menyebalkan," jawab Apple dengan nada yang ringan, dia pikir Jayden akan marah atau merasa tersinggung dengan kata- katanya yang kasar, tapi tampaknya dia terlalu menganggap tinggi hal tersebut, karena kenyataannya pria itu justru tertawa.

"Dia memang seseorang yang menyebalkan," ucap Jayden. "Jangan tertipu dengan sikap dingin dan tidak pedulinya, dia bisa berubah menjadi sosok yang kejam dalam hitungan detik."

Apple memicingkan matanya dan menatap Jayden instead. "Maksudmu sama seperti dirimu? Atau saat ini kau sebenarnya sedang membicarakan dirimu sendiri?"

Jayden mengangkat kepalanya dan menatap Apple dengan sorot mata seksama. "Kurasa itu kutukan di keluarga Tordoff, kami para pria memiliki darah yang sedikit sadis daripada pria dari keluarga lainnya."

"Kata 'sadis' sepertinya terlalu menbagaikan mengenai apa yang bisa kalian lakukan."

Jayden mengangkat bahunya dengan sikap acuh tak acuh. "Aku akan mengambil itu sebagai sebuah pujian."

"Aku tidak sedang memujimu," Apple berkata dengan ketus, dia menatap galak pada Jayden, tapi pria itu telah kembali kepada mainan di ponselnya. Dia benar- benar tidak peduli dengan apa yang Apple katakan.

====================

Sepertinya apa yang diprediksi oleh Misha adalah benar, karena dimana ada keramaian, maka disitulah ada kamera, yang mana akan menangkap setiap momen yang ada, terutama momen- momen yang tidak biasa dan spektakuler.

Unfortunately, kejadian saat Jayden menarik Apple ke sisinya dan membuat gadis itu berada di sampingnya dengan cara yang sedikit intim, menjadikannya berita dimana- mana.

Mereka menyebut kalau sang bachelor telah memiliki wanita impiannya dan went too far until they memberikan informasi yang menyesatkan such as, they would get married soon.

"What the hell!?" Apple hissed ketika dia melihat berita pagi tersebut yang menayangkan foto dirinya berada dalam pelukan Jayden dengan wajah yang tertutup masker dan topi.

Karena wajahnya yang tidak terlihat, maka orang- orang mulai semakin menggila dengan memberikan asumsi yang aneh- aneh.

Mereka mulai menduga- duga siapa gadis tersebut dan mulai mencari posture tubuh gadis dari keluarga kalangann atas mana yang sesuai dengan wanita yang berada di dalam foto bersama dengan Jayden.

"Kau seharusnya sudah menduga akan hal itu," ucap Pyro, suaranya penuh concern, sambil meminum kopi paginya. "Aku sudah memperingatkanmu kalau kau seharusnya menjaga hubungan kalian berdua sebagai sebuah hubungan kerja."

Apple menurunkan ponsel dari wajahnya dan menatap ayahnya dengan sorot mata tidak percaya. "Lihat ini!" dia lalu menyorongkan ponsel tersebut tepat ke bawah hidung ayahnya. "AKu tidak memeluknya, dia yang memelukku. Jadi, kau tidak bisa menyalahkanku."

"Aku tidak menyalahkanmu sayang, ayah hanya bilang untuk berhati- hati pada Jayden Tordoff."