Chereads / My Fierce and Lovely Bodyguard / Chapter 30 - HARI HUJAN

Chapter 30 - HARI HUJAN

Pagi itu, Apple mamasuki ruang kerja Jayden dengan wajah bersungut- sungut, dia sangat kesal karena berita yang beredar dan membuat dirinya menjadi pusat perhatian, walaupun bisa dikatakan kalau tidak ada satu orang pun yang mengenali dirinya, tapi tetap saja ini membuatnya merasa tidak nyaman.

Terutama setelah obrolan pagi ini dengan ayahnya.

Entah apa yang Pyro ketahui mengenai Jayden hingga memberikan Apple peringatan semacam itu untuk menjauh dari Jayden, tapi yang pasti Apple pun tidak berniat untuk memiliki hubungan yang romantis dengan pewaris Tordoff tersebut.

Ini benar- benar kacau.

Apple dapat merasakan tatapan penuh pertanyaan dari karyawan- karyawa di sana, mereka berbisik- bisik pada satu sama lain dan menunjuk- nunjuk dirinya dengan sembunyi- sembunyi, berpikir kalau Apple tidak menyadari hal tersebut.

Bagi orang- orang yang telah melihat dirinya berlalu lalang di dalam kantor ini dan sering melihat dirinya dengan Jayden, tentu mereka akan segera menyadari kalau wanita di dalam foto tersebut adalah dirinya.

Tapi, beruntungnya mereka telah menandatangani perjanjian yang dapat mencegah mereka untuk berbicara pada pihak lain di luar dari perusahaan ini dan itu terbukti sangat membantu dalam situasi sekarang.

"Jayden!" seru Apple begitu dia memasuki ruang kerjanya dan mengetahui kalau pria itu hanya sendirian di sana dan telah datang sejak pagi sekali.

Tapi, yang dia dapati adalah; pria itu tengah tertidur di sofa, dengan baju yang dia kenakan kemarin dan sepatu yang terlepas begitu saja.

Ini bukanlah pemandangan yang dia harapkan untuk dirinya lihat begitu bertemu dengan pria bermasalah ini.

Tampaknya, Jayden bukannya telah datang sejak pagi sekali, tapi memang dia tidak kembali ke rumahnya dan justru tertidur di sini.

Seketika itu juga, Apple memberengut, karena dia tidak bisa melampiaskan kekesalannya pada Jayden dan menghampirinya perlahan.

"Katanya dia tidak bisa tidur di sofa," gerutu Apple. "Lalu ini apa?"

Kemudian, gadis itu menghenyakkan dirinya di sofa di samping Jayden dan merasakan kalau kepalanya terasa sedikit pusing karena tidak berhasil untuk melampiaskan kekesalannya pada pria satu ini, yang mana dia justru tertidur dengan nyamannya.

"Dasar menyebalkan," rutuk Apple, dia menjulurkan lidahnya pada Jayden.

Dan setelah itu, suasana di dalam ruangan tersebut kembali hening, sementara di luar sana, langit pagi yang seharusnya cerah dan memiliki matahari yang bersinar dengan terik, justru mendung, menandakan kalau hujan akan turun.

Apple memikirkan rencana mereka nanti malam untuk menyergap orang- orang dari organisasi yang telah diincar oleh Jayden sejak lama.

Entah yang dikatakan Richard Anderson itu adalah benar atau tidak, tapi yang pasti, Jayden mendapatkan informasi yang dapat dipercaya kalau memang nanti malam akan ada pengiriman beberapa kargo besar di pelabuhan.

Pelabuhan…

Apple tidak tahu pasti mengenai apa yang telah terjadi antara Jayden dengan pelabuhan, tapi tempat itu merupakan salah satu tempat yang membuatnya trauma dan Apple telah melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana ketika trauma tersebut memicu sesuatu di dalam dirinya.

Tiba- tiba, dalam keheningan yang tenang tersebut, ponsel Jayden berbunyi. Bunyi tidak terlalu kencang, tapi seharusnya itu cukup untuk membangunkan Jayden karena suasana di dalam ruangan ini sangatlah hening dan dia seharusnya telah terbangun ketika mendengar dering ponselnya.

Tapi, nyatanya tidak. Jayden bahkan tidak bergerak sama sekali, tidak ada tanda- tanda kalau dia mendengar dering ponselnya sendiri.

"Hei, ponselmu berbunyi, angkat dulu, mungkin itu panggilan telepon yang penting." Tapi, tidak ada jawban dari Jayden, dia masih saja terbaring di atas sofa, tidak bergerak.

Hanya gerakan dari dadanya yang naik dan turun saja yang menandakan kalau pria ini masih hidup dan tidak membuat Apple berlari keluar dan memanggil ambulan.

Tapi, walaupun begitu, hal tersebut tetap saja mencurigakan. Bagi seseorang yang sangat waspada seperti Jayden, bukankah sangat aneh kalau dia tertidur tanpa memperhatikan sekitarnya sama sekali?

Barulah saat itu Apple tersadar kalau ada Sesuatu yang salah dengan Jayden. Wajahnya terlihat jauh lebih merah dari seharusnya dan tubuhnya berkeringat walaupun air conditioner menyala dan terasa cukup dingin dengan hujan yang mulai turun secara perlahan di luar sana.

"Jayden," Apple berusaha untuk mengguncangkan tubuhnya, tapi dia tidak juga bergerak ataupun bangun dari tidurnya. "Jayden!" suaranya terdengar lebih keras sekarang.

Oh, sh*t!

Apakah sesuatu terjadi padanya? Apakah dia keracunan? Atau ada orang yang menyerangnya sebelum dirinya datang ke sini? Tapi, itu tidak mungkin, tidak ada tanda- tanda perkelahian di sini dan lagipula dia tidak terluka sama sekali.

"D*mn it, Jayden! Apa yang terjadi padamu?!" Apple lalu mengeluarkan ponselnya sendiri dan berniat untuk menghubungi Adrian.

Tapi, sebelum teleponnya tersambung, Jayden telah membuka matanya dan mengerang sambil mendorong tubuhnya ke posisi duduk.

"Tidak perlu memanggil seseorang," gerutu Jayden, suaranya terdengar lemah dan dia tidak terlihat baik- baik saja sekarang. "Matikan panggilan teleponmu itu."

Apple menuruti apa yang dia inginkan dan mengakhiri panggilan telepon yang belum sempat diangkat tersebut.

"Kau berisik sekali," gerutunya. "Kau mengganggu tidurku."

"Oh, kau tidur? Kupikir kau mati," ucap Apple dengan nada yang sinis. "Aku sudah berusaha membangunkanmu beberapa kali tapi kau tidak juga terbangun."

Jayden menggelengkan kepalanya, seolah ingin menyingkirkan awan mendung yang melingkupi pikirannya tersebut.

"Ambilkan obatku di kamar itu." Jayden menunjuk ke arah kamar yang biasa dia gunakan untuk beristirahat. "Ada di laci ke dua di bagian kiri."

Walaupun Apple memiliki beberapa pertanyaan untuk ditanyakan pada Jayden, tapi dia menahan dirinya dan menuruti apa yang diinginkan pria itu.

Tidak lupa, dia membawa segelas air untuk Jayden juga.

"Itu obat penenang," Apple stated, setelah Jayden telah selesai meminum dua butir dari obat tersebut.

"Kau tahu?" Jayden mengangkat alisnya, sedikit terkejut ketika mengetahui bahwa Apple mengetahui obat ini.

"Tentu saja aku tahu," jawab Apple, dia menyandarkan tubuhnya ke belakang sofa dan menatap hujan yang mulai turun deras di luar sana.

Keadaan di pelabuhan nanti akan bertambah sulit kalau nanti malam hujan turun seperti ini juga.

"Kau pernah meminum obat ini?" Jayden menebak.

"Hm," jawab Apple dalam sebuah gumaman.