Satu jam kemudian, Jayden kembali ke ruang kerjanya setelah menyelesaikan masalah yang harus dia urus dan mendapati Apple justru tengah tertidur di kursi yang sama, dimana dia meninggalkannya tadi.
Sepertinya dia sangat mengantuk sehingga dapat terdengar suara dengkuran halus dari bibirnya yang sedikit terbuka, sementara kertas- kertas perjanjian yang tadi dia minta untuk dirinya baca, telah berada di atas meja dengan beberapa coret- coretan yang menjelaskan point- point yang tidak dia sukai dan perlu untuk dikoreksi.
Jayden lalu mengambil kertas tersebut dan duduk di atas meja, menghadap ke arah Apple yang masih tertidur sambil membaca kertas- kertas tersebut.
"Hey, bangun," panggil Jayden sambil menendang kaki Apple dengan pelan untuk membangunkannya, tapi gadis itu justru menggeliat dan kembali tertidur. "Apa maksudmu kau ingin mendapatkan libur selama dua hari dalam seminggu? Itu terlalu berlebihan, bahkan Pyro saja hanya mendapatkan libur dua kali dalam sebulan."
Tapi, gadis yang Jayden ajak bicara sama sekali tidak menanggapinya karena dia masih tertidur dengan nyenyaknya.
Apple bangun terlalu pagi hari ini, jadi wajar saja kalau dirinya masih mengantuk sekarang.
Di sisi lain, melihat Apple tertidur, Jayden hanya bisa menghela nafas dalam- dalam, bagaimana bisa dia tertidur begitu pulas di tempat yang belum pernah dia datangi sebelumnya? Bahkan bersama pria yang baru dia kenal beberapa waktu.
Tepat pada saat itu, ponsel Jayden berbunyi dan dari layar ponselnya, dia dapat melihat kalau yang meneleponnya adalah Pyro.
"Apple?" ulang Jayden ketika pria itu menanyakan putrinya. "Wait." Jayden lalu mengubah mode panggilan tersebut menjadi panggilan video dan menunjukkan wajah Apple yang tengah tertidur.
"Kau apakan putriku?" tanya Pyro.
"Tentu saja aku tidak apa- apakan dia, kalaupun ada yang menjadi korban di antara kita berdua, maka sudah bisa dipastikan itu adalah aku," jawab Jayden dengan suara yang tenang. Dia terus menunjukkan wajah Apple yang tertidur dan menoel pipinya dengan gemas, membuat gadis itu mengerutkan keningnya.
"Berhenti melakukan hal itu, dia akan marah kalau dia terbangun nanti dan mendapati kau sedang menjahilinya," Pyro berkata dengan tidak berdaya. Dia tidak yakin kalau mereka berdua dapat akur, mereka berdua seperti air dan minyak berdasarkan karakter mereka masing- masing.
"It's fun," Jayden berkata dengan ringan, tapi kemudian dia menghentikan tindakannya yang kekanak- kanakkannya tersebut dan kembali mengalihkan perhatiannya pada Pyro. "Jadi, kau tahu siapa pria yang berada di bar tadi malam itu? Mereka benar merupakan anggota dari organisasi tersebut?"
Seketika itu juga, sikap tenang dan playful yang tadi Jayden tunjukkan, berubah. Dia kini terlihat serius dan menakutkan.
"You got a jackpot," jawab Pyro dengan serius.
"Hm?" Jayden mengangkat alisnya ketika mendengar kata- kata tersebut. "Apa maksudmu?"
"Slaah satu dari tiga pria yang kau tangkap saat berada di bar adalah sepupu dari ketua organisasi tersebut," Pyro mengatkaannya dengan suara yang excited, tapi ada sedikit keraguan di sana.
"Darimana kau tahu?"
"Pria lemah itu mengakuinya sendiri." Tentu saja setelah 'sesi membujuk' yang panjang.
====================
Baru sekitar dua jam kemudian Apple akhirnya terbangun dari tidurnya yang nyenyak dan menatap ke sekelilingnya, hanya untuk mendapati kalau dia hanya berdua saja dengan Jayden yang tengah sibuk dengan laptopnya dan panggilan telepon.
"Ya, aku ingin acara nanti malam dibatalkan," ucap Jayden ketika dia menelepon seseorang melalui ponselnya, tapi dia juga melihat Apple yang kini telah bangun dari tidurnya dan tengah menggosok- gosok matanya yang masih mengantuk. "Ya, pindahkan ke hari kamis dan aku akan menemuinya di jam dua. Ya. Ya. Lakukan itu."
Setelah beberapa kalimat yang Apple tidak begitu perhatikan, Jayden lalu menutup panggilan teleponnya dan mengalihkan perhatiannya pada gadis di hadapannya.
"Bagaimana tidurmu?" tanya Jayden. "Aku bilang aku akan kembali dalam satu jam, tapi kau justru tertidur."
Apple melirik Jayden dengan tatapan malas dan masih mengantuknya, rambutnya yang ikal menempel di sisi wajahnya dan menurut Jayden dia tampak lucu dengan ekspresi wajah seperti itu.
"Kau bilang kau akan kembali dalam satu jam, tapi tidak melarangku untuk tidur." Apple menggeliatkan tubuhnya sampai dia mendengar suara tulangnya yang berkeretakkan. "Tidurku sama sekali tidak nyaman dari semalam karena harus tidur di sofa tahu," gerutu Apple dengan sebal.
"Ya, aku tahu," jawab Jayden dengan ringan. "Maka dari itu aku tidak ingin tidur di sofa."
Apple tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis ketika mendengar komentar Jayden tersebut. Pria ini benar- benar tidak tahu malu untuk terlihat begitu bangga karena telah membiarkan seorang gadis tidur di sofa.
"Jadi, ayo kita kembali membahas perjanjian ini." Jayden mulai menyodorkan dokumen- dokumen yang tadi telah Apple corat- coret dan menambahkan beberapa point yang dia inginkan. "Apa maksudmu dengan libur dua kali seminggu?"
"Memangnya kenapa?" tanya Apple dengan wajah polos. "Karyawanmu mendapatkan jatah libur dua kali dalam seminggu, lalu kenapa aku tidak bisa mendapatkannya?" protesnya.
Jayden ingin menutup wajahnya sendiri sekarang. "Kau seharusnya, kurang lebih, sudah tahu bagaimana cara kerja para bodyguard dari Pyro, bukan? Tidak mungkin aku memberikanmu dua hari libur dalam seminggu."
"Aku hanya menggantikan ayahku, jadi aku bukan benar- benar bodyguardmu," jawab Apple dengan suara yang penuh dengan kejujuran.
"Bagaimana kalau aku berada dalam bahaya ketika kau tidak ada?"
"Selama itu bukan jam kerjaku, berarti bukan tanggungjawabku."
"Kau sama sekali tidak bertanggung jawab."
Apple menyeringai ketika dia mendengar kalimat tersebut, dia lalu berjalan mengelilingi meja untuk berdiri tepat di samping Jayden, tangannya terlipat dan dia menatap pria itu dengan sorot mata penuh kemenangan.
"Boleh saja aku bekerja di jam tersebut, tapi itu berarti kau harus membayar waktu kerjaku pada saat itu dengan menghitungnya sebagai jam lembur," ucap Apple dengan santai.
Dan barulah pada saat itu Jayden menyadari permainan licik Apple.
"Maka dari itu kau meminta upah triple untuk waktu lemburmu?" Jayden memicingkan matanya pada Apple dengan tidak percaya karena dia merasa gadis ini sedang mempermainkannya.
"Business is business Mr. Tordoff, take it or leave it." She shrugged her shoulder. "It's up to you."