Chereads / My Fierce and Lovely Bodyguard / Chapter 20 - MOTIVASI YANG BENAR

Chapter 20 - MOTIVASI YANG BENAR

"Hoaaam!" Apple menguap dengan lebar ketika dia berjalan bersama dengan Jayden menuju ke tempat parkir setelah menemani pria itu meeting di beberapa tempat.

Apple sama sekali tidak habis pikir bagaimana Jayden mengikuti setiap meeting yang membosankan itu dalam keadaan kurang tidur? Apakah dia tidak mengantuk sementara mendengarkan presentasi yang sangat menjemukan itu?

"Bagaimana bisa kau mengantuk setelah seharian kau tidak melakukan apapun?" kritik Jayden pada gadis di sebelahnya.

"Mengikutimu seharian membuatku bosan," ucap Apple dengan jujur, dia lalu mengangkat tangannya dan meregangkan otot- ototnya yang kaku, lalu menatap waktu di jam tangannya. "Baiklah, waktu kerjaku untuk hari ini sudah selesai, aku akan pulang sekarang."

Apple baru akan melangkah ke sisi lain parkiran ini ketika Jayden justru mengaitkan jarinya ke kerah bajunya dan membuatnya berjalan mundur, kembali ke posisi awal.

"Hei!" Apple segera berkelit dan berusaha membebaskan dirinya dari Jayden. "Jangan menarik bajuku!"

"Kau mau kemana?" tanya Jayden. "Masuk ke dalam mobil." Dia lalu mengangguk kea rah mobilnya."

"Pulang," jawab Apple dengan polos. "Kau ingin mengantarkanku pulang?" Apple mengerjapkan matanya, dia tidak menyangka kalau Jayden akan cukup baik dengan mengantarkannya pulang.

Tapi, ternyata apa yang Jayden maksudkan sama sekali berbeda dengan apa yang Apple bayangkan.

"Tidak, urusan kita masih belum selesai, aku ingin kau ikut denganku ke suatu tempat," ucap Jayden sambil berjalan ke arah mobilnya, tapi dia justru mengambil posisi di kursi di samping pengemudi, yang mengindikasikan kalau dirinya ingin agar Apple lah yang menyetir mobil tersebut.

"Ini sudah lewat waktu kerjaku," Apple protes. Dia bersungut- sungut, melipat tangannya di depan dada dan menatap Jayden dengan kesal. "Kau harus membayar lemburanku kalau aku harus bekerja lewat dari jam ini."

"Okay," jawab Jayden dengan ringan. "Sekarang ayo kita pergi."

Dengan menggerutu, Apple berjalan ke arah mobil, menangkap kunci yang dilemparkan oleh Jayden padanya dan duduk di belakang kemudi.

"Kemana kita akan pergi?"

"Pakai sabuk pengamanmu dulu," ucap Jayden memberitahukan Apple.

"Aku tidak tahu kalau kau sangat perhatian pada pengamanan seperti ini." Apple lalu memakai sabuk pengamannya.

"Safety first, beautiful, remember that."

"Don't call me with that." Apple merasa tidak nyaman karena dengan Jayden memanggilnya sepert itu, mereka menjadi terdengar dekat dan akrab, sementara dirinya tidak ingin memiliki hubungan semacam itu dengan Jayden.

Pria ini dengan mudah mengatakan panggilan endearment semacam itu hanya akan membawa masalah bagi Apple kalau sampai dia jatuh pada keisengan sang pewaris Tordoff.

"Call you what? Beautiful?" Jayden mengangkat alisnya, dia lalu menatap Apple dengan cukup intense dengan sebuah senyuman di sudut bibirnya.

"Ya."

"Lalu aku harus memanggilmu apa?"

"Kau bisa memanggil namaku saja," gerutu Apple.

"Apple."

Hanya saja, setelah Apple mendengar namanya disebut oleh pria itu, entah kenapa kata 'beautiful' jauh terdengar lebih baik daripada saat dia memanggilnya dengan namanya.

Cara Jayden menyebutkan namanya terdengar begitu intim…

Atau mungkin ini hanya bayangan Apple saja? Apapun itu, dia berharap kalau malam ini tidak seperti malam sebelumnya.

===================

Jayden membawa mereka ke sebuah gedung, yang berada cukup jauh dari pusat kota, dimana Apple dapat melihat kalau tempat itu adalah sebuah tempat yang digunakan bagi orang- orang Jayden untuk berkumpul.

Tempat ini seperti sebuah gedung gym yang luas dengan segala macam alat olahraga dan angkat besi berada di sana.

Apple baru kali ini memasuki tempat seperti ini dan dia langsung merasa tidak nyaman, terutama ketika dia menjadi satu- satunya wanita yang berada di sana.

Ya, dia adalah satu- satunya wanita dari sekitar seratus orang pria bertubuh kekar yang berada di sana.

Tentu saja Apple merasa sedikit takut. Untuk melawan tiga atau empat pria sekaligus, mungkin Apple masih bisa mengatasinya, tapi lebih dari itu, dirinya harus menghadapi kenyataan bahwa itu adalah hal yang tidak mungkin.

"Kalau kau mau membawaku ke sarang penyamunmu, sebaiknya berikan senjata yang dapat membuatku merasa aman," ucap Apple pelan, ketika dia berjalan di samping Jayden, sehingga hanya pria itu saja yang dapat mendengarnya.

Apple memang merasa takut, tapi dia tidak menunjukkannya di wajahnya, terutama ketika seluruh mata mengarahkan pandangannya padanya. Dia tidak akan sebodoh itu untuk menunjukkan rasa takutnya pada orang lain.

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, mereka akan kehilangan tangan mereka kalau ada yang berani menyentuhmu." Tapi Jayden mengambil sesuatu dari kantong celananya dan memberikan sebuah pisau kecil ke tangan Apple.

Apple segera mendongakkan kepalanya ketika merasakan dinginnya pisau kecil itu against her skin, da juga karena dia merasa aura yang Jayden pancarkan sedikit berbeda. Dia tidak lagi tampak playful, tapi seperti seorang bos dari organisasi gelap.

"Dimana dia?" tanya Jayden pada seorang pria yang menghampiri mereka, dia bertubuh besar dan memiliki tato di sekujur sisi kiri tubuhnya.

"Dia ada di bawah, pingsan, tapi aku akan membangunkannya ketika kau berada di sana," ucap pria itu, lalu matanya mengarah pada Apple. "Siapa gadis ini?"

"Pengganti Pyro," jawab Jayden singkat.

Tapi, pria itu justru tertawa mengejek dan menatap Apple dengan pandangan mencemooh, membuat gadis itu mengerutkan keningnya.

"Tapi, dia seorang wanita, tidak mungkin dia dapat menusuk dan membunuh pria seperti yang dilakukan oleh Pyro…"

Tapi, sebelum pria itu menyelesaikan kalimatnya, Apple bergerak dengan cepat dan menghujamkan pisau kecil yang sebelumnya diberikan Jayden padanya.

Apple bergerak begitu cepat sehingga pria itu tidak menyadari apa yang terjadi, dan baru sadar ketika pisau tersebut hanya berjarak satu inchi dari matanya, yang mana membuatnya terkejut dan melompat ke belakang dengan sigap.

"Aku tidak suka dipertanyakan mengenai kemampuanku," ucap Apple dengan dingin,dia lalu menurunkan pisaunya dan menatap pria tersebut dalam- dalam. "Seorang wanita dapat membunuh dengan mudah, dengan motivasi yang benar."

Ada sebuah seringai kepuasan di sudut bibr Jayden ketika dia melihat bagaimana Apple menangani situasi ini dengan baik dan membuat anak buahnya tersebut gasped in shocked.

Seperti yang dia duga, Apple sangat cocok dengan pekerjaan ini.