Chapter 2 - Bab 2

"Bagaimana makannya enak?" tanya Mamah.

"Masakan Mamah selalu enak," jawabku dengan lahap makan.

Selesai makan aku duduk di ruang tengah sambil menonton TV.

"Mah aku mau bicara," aku langsung bicara saat Mamah duduk

"Mau bicara apa Va?" tanya Mamah.

"Aku ingin diet Mah." Jawabku sambil memegang lemak di perutku.

"Kenapa kamu ingin diet?" tanya Mamah penasaran.

"Aku hanya ingin sehat saja dan bertubuh ideal seperti Mamah." Aku memegang tangan Mamah.

"Ya sudah nanti Mamah bantu." Mamah mengelus kepalaku.

Aku sangat senang sekali karena Mamah akan menolongku, aku sengaja tidak bilang kau alasanku ingin diet karena seorang Laki-laki karena malu. Bukan karena itu saja, aku juga tidak ingin di hina terus menerus karena badanku yang gendut. Karena aku akan diet, Mamah tidak memberikan camilan, tapi diganti dengan buah-buahan, senang sekali rasanya memiliki Ibu yang sangat pengertian.

Keesokannya di sekolah

"Hey lihat itu si Badak," ucap seorang Siswi sambil tertawa terbahak-bahak.

Siswa itu hendak melempar sesuatu ke arahku tapi Angga menahan tangannya.

"Jangan suka mengganggu Perempuan, itu sangat kekanak-kanakan," ucap Angga.

"Waw! Kenapa kamu membelannya? Jangan-jangan kamu suka sama si Badak itu?" Siswa itu mengejek Angga.

"Kalau kalian terus seperti ini, aku akan melaporkan kalian kepada Guru," Angga mengancam mereka.

Dan ternyata itu berhasil, dan membuat mereka pergi. Lagi-lagi aku berterima kasih. Setelah itu kami pergi ke kelas masing-masing, aku terus memikirkan kenapa Angga menolongku. Dia sangat baik, saat aku hendak duduk, mejaku sangat kotor dan penuh dengan tulisan makian untukku. Ini pasti ulah Teman-teman sekelasku, saat Guru masuk, melihat mejaku yang sangat kotor. Bu Guru menyuruhku untuk membersihkan mejaku di luar kelas, aku mengangkat meja keluar kelas. Semua orang di kelas tertawa melihatku, tak terkecuali Bu Guru, bahkan ada yang menyebutku Hulk. Tapi aku mencoba untuk tidak menghiraukan perkataan mereka, walaupun itu sangat menyakitkan. Saat aku sedang membersihkan meja, dari kejauhan aku melihat Angga yang keluar dari Ruang Guru. Dan sepertinya dia juga melihatku, aku menunduk karena malu, tapi ternyata Angga menghampiriku dan membantuku.

"Tidak usah ... Biar aku saja," ucapku sambil tetap menunduk.

"Tidak apa-apa, kalau ada yang bantu akan lebih cepat," jawabnya sambil membersihkan meja.

"Tapi bagaimana kalau kamu nanti di marahi Guru, karena lama tidak kembali ke kelas?" tanyaku khawatir.

"Guru di kelasku tidak datang, jadi kamu jangan khawatir,"

Setelah selesai aku bermaksud untuk mengangkat meja itu ke dalam kelas, tapi Angga mencegahku dan malah dia yang mengangkat mejaku. Sontak saja hal itu membuat semua orang di kelas geger.

"Apa-apaan ini, kenapa Angga membantu si Badak?" Lisa merasa kesal.

"Sepertinya si Badak menggunakan pelet," Nina memfitnahku sangat kejam.

"Ayo silakan duduk, nama kamu siapa?" Angga bahkan menanyakan namaku yang membuatku syok.

"Silva," aku menjawab setengah kaku.

"Baiklah Silva selamat belajar," ucap Angga dengan manis.

Laku dia pamit kepada Guru dan kembali ke kelasnya, semua orang tidak berhenti membicarakanku. Aku hanya bisa menahan tangisan dan tidak melawan perkataan mereka, Lalu Bu Guru menyuruh agar semua berhenti berbicara dan melanjutkan belajar lagi. Kenapa Angga begitu baik kepadaku, dan membuatku semakin menyukainya. Tapi perlakuan Angga terhadapku membuat semua orang semakin membenciku, tapi aku tidak peduli semua orang membenciku, asalkan Angga selalu baik kepadaku. Sebentar lagi bel pulang, tapi aku ingin buang air kecil, dan setelah selesai dari toilet bel pulang berbunyi. Saat aku kembali ke kelas, tasku tidak ada, aku mencari ke seluruh sudut kelas tapi tidak ada. Aku mencari ke luar kelas juga tidak ada, bahkan aku mencari ke tempat sampah tetap tidak ada. Aku melaporkan kehilangan tasku kepada Satpam Sekolah, untungnya dia baik, jadi dia bersedia menolong mencari tasku. Kami mencari ke semua tempat di sekolah, tapi tasku tetap tidak ditemukan. Aku bingung karena di dalam tas itu ada Hp dan dompetku, tiba-tiba Angga datang menghampiri kami.

"Kalian sedang apa, sepertinya sedang mencari sesuatu?" tanyanya.

"Neng ini kehilangan tasnya, kami sudah coba mencari di seluruh tempat tapi tidak ada," jawab Satpam itu yang sudah mulai lelah.

"Kenapa tas kamu bisa hilang?" tanya Angga.

Aku menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, dia menanyakan apakah aku menyalakan GPS di Hpku. Dan seingatku aku selalu menyalakan GPS, angga menanyakan alamat emailku untuk mencoba melacak keberadaan Hpku. Aku memberitahunya, dan benar saja titik lokasinya ditemukan, dan saat di perinci ternyata letaknya di belakang kelas paling ujung. Kami bertiga bergegas ke sana lalu Angga meminta nomorku untuk menelepon agar Hpku berbunyi, dan tersengar suara Hpku tapi seperti tertimbun. Kami mencari sumber suara itu dengan teliti, dan Satpam menemukan tasku di tumpukan sampah yang membuat tasku kotor dan bau.

"Ya ampun tega sekali orang yang melakukan ini," ucap Satpam itu.

"Keterlaluan sekali mereka, ini harus di laporkan kepada Guru," ucap Angga.

"Tidak usah, saya sudah biasa kok," jawabku.

"Ini harus dilaporkan ke Guru Neng, dan Orang tua juga harus tahu," ucap Satpam itu sambil memegang pundakku.

"Saya tidak mau Mamah sampai tahu karena hal itu akan membuatnya sedih, dam saya tidak mau Mamah saya sedih karena saya," ucapku.

"Ya sudah sekarang kalian pulang saja,"

Kami berjalan bersama saat menuju tempat parkir, tapi kami tidak bicara apa-apa. Mamah meneleponku dan akan menjemput, untung sekali Mamah menjemputku, kalau naik angkot pasti Penumpang akan terganggu dengan bau tasku. Angga bilang tidak keberatan untuk mengantarku pulang karena dia membawa motor, tapi aku malu dan juga Mamah akan menjemput.

"Tidak usah aku akan di jemput Mamah," ucapku grogi.

"Ya sudah aku pergi ya," ucapnya.

"Iya terima kasih sudah menolong,"

Sekarang ini aku sering mengucapkan terima kasih kepada Angga karena dia sering membantuku, tidak lama Mamah datang dengan mengendarai motornya. Keadaan ekonomi kani belum bisa sampai membeli mobil, tapi aku akan berusaha keras agar berhasil dan sukses agar bisa membahagiakan Mamah.

"Kamu menunggu lama ya," tanya Mamah.

"Enggak kok Mah," jawabku sambil memakai helm.

"Kenapa tas kamu kotor sekali?" Mamah memegang tasku.

"Tadi aku terjatuh saat sedang buang sampah Mah," jawabku.

"Kok buang sampah bawa tas?" tanya Mamah seperti tidak percaya dengan ucapanku.

"Iya tadi aku buang sampah setelah pulang pelajaran selesai, karena haru ini aku piket, jadi aku membuang tas sambil membawa tas agar tidak perlu kembali ke kelas untuk membawa tas," aku menjelaskan panjang lebar agar Mamah percaya.

"Ya sudah lain kali hati-hati ya," ucap Mamah sambil mengelus pipiku.

"Iya Mah sekarang ayo kita pulang saja," ajakku.

Rasa sedihku hilang seketika saat Mamah datang menjemputku.