Saat sampai di rumah aku langsung mencuci tasku, sedangkan Mamah langsung ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah itu Mamah menyiapkan makan, tapi kali ini aku tidak mencium aroma harum masakan Mamah, dan pada saat aku lihat ternyata Mamah menyiapkan menu diet untukku.
"Aku tidak suka Mah, aku enggak jadi saja dietnya ah," aku merengek manja.
"Tidak bisa, kamu kan ingin bertubuh ideal, jadi kamu harus makan ini," ucap Mamah sambil tersenyum.
"Apa benar kalau makan ini badan akan ideal?" tanyaku merasa ragu.
"Kalau kamu sering mengonsumsi ini dan olahraga teratur, badan kamu akan ideal di tambah lagi badan kamu akan sehat," Mamah memberiku penjelasan.
Karena aku ingin sekali bertubuh ideal, aku memaksakan untuk memakan makanan diet itu. Dan ternyata benar saja rasanya tidak enak, tidak seperti masakan Mamah yang sering Mamah masak untukku. Dan karena rasanya tidak enak, membuatku tidak nafsu makan. Selesai makan Mamah memotong buah-buahan untuk mengganti camilan, kalu makan buah-buahan aku bisa, tapi Mamah memberikan dengan porsi yang sedikit. Membuatku tidak kenyang, Mamah juga mengingatkanku apa saja yang tidak boleh di makan, dan kapan harus berhenti makan. Keesokannya aku tidak yakin bisa menahan lapar, satu jam saja berasa satu tahun bagiku.
Hari ini aku tidak mengerjakan tugas, karena besok libur Mamah mengajakku untuk pergi berolahraga, Karena belum mengantuk aku memilih untuk menonton TV sedangkan Mamah tidur lebih dulu. Saat sedang menonton perutku keroncongan, aku pergi ke dapur dan membuka kulkas. Banyak sekali makanan kesukaanku, tapi aku menahannya dan hanya memakan pisang. Aku terpaksa makan sesuatu karena perutku sangat lapar, lalu aku kembali menonton TV. Setelah acara selesai aku bergegas untuk tidur, tapi aku merasa tidurku sangat singkat. Karena terbangun mendengar alarm yang ternyata sudah pagi, dari luar aku mendengar seperti ada suara seseorang. Dengan cepat aku lihat dari jendela kamarku, ternyata itu Angga. Dia memakai baju olahraga, dan sepertinya dia juga akan berolahraga pagi.
"Angga ... Kok kamu ada di rumahku," aku menghampiri ke teras rumah.
"Iya tadi aku lewat dan tidak sengaja melihat Mamah kamu, jadi aku mampir sebentar," jawabnya.
"Kenapa kamu bisa tahu Mamahku?" aku penasaran.
"Aku pernah melihat kalian di pasar," baru kali ini aku di kira Anak Mamah, biasanya tidak ada yang percaya kalau aku Anaknya.
Mamah mengatakan kalau ada urusan mendadak, jadi kami tidak jadi berolahraga. Tapi tiba-tiba Angga mengajakku untuk berolahraga bersama.
"Kalau begitu kita olahraga bareng saja," aku sangat kaget saat Angga mengatakan itu.
"Iya kamu pergi dengan Angga saja, kan katanya ingin menurunkan erat badan," aku mencubit Mamah saat berkata begitu.
"Aw sakit," Mamah melihat sambil menggodaku.
"Sudah, sekarang ayo kamu siap-siap aku tunggu di sini," ucap Angga sambil tersenyum.
Aku tidak bisa menolak tawaran Angga, dengan cepat aku bersiap-siap. Aku tidak percaya kalau ini terjadi, hatiku rasanya sangat bahagia sekali.
"Ayo," ajakku setelah selesai.
"Cantik sekali Putri Mamah ini," Mamah mencubit dan Angga tersenyum melihat itu.
"Kami pergi dulu ya Tante," dengan sopan Angga pamit kepada Mamah.
"Iya hati-hati, tolong jaga Putri Tante ya," ucap Mamah sambil tersenyum ramah.
"Iya pasti Tante, jangan khawatir," kami pun berangkat.
"Ayo lari, katanya mau olahraga," dia mulai berlari pelan.
Aku menurutinya dan mulai berlari, baru saja beberapa meter jantungku radanya sesak, mungkin karena aku jarang olahraga.
"Kamu kenapa?" Angga menghampiriku.
"Aku hanya capek," jawabku sambil mengatur nafas yang sesak.
"Ayo kita duduk dulu di sana." Angga membantuku berdiri dan menyuruh untuk duduk di kursi taman.
Lalu Angga pergi entah ke mana, sekarang nafasku mulai teratur, dan tidak lama Angga datang membawa dua botol air minum.
"Ini minum dulu." Dia memberikan air minum itu.
"Terima kasih," aku gugup saat mengambil air itu, tapi karena aku merasa sangat haus aku mengambil dan meminum air itu.
Aku terpana saat melihat Angga minum, dia terlihat seperti Artis yang sedang Suting iklan. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya ideal, membuatnya benar-benar terlihat seperti Artis. Saat aku sedang menatapnya Angga menyadari hal itu, dia tersenyum dan menghampiriku. Badanku terasa kaku tidak bisa di gerakan, lalu dia memegang tanganku dengan lembut.
"Sayang," ucapnya membuat jantungku berhenti.
"Sayang ... Ayo bangun katanya kita mau olahraga," Mamah membuka gorden kamarku.
"Ah ternyata mimpi," aku refleks terbangun dan menyadari kalau itu hanya mimpi.
"Kamu mimpi apa," aku tidak menjawab dan kembali tidur.
"Ayo bangun nanti keburu siang," Mamah menarik selimutku.
"Aku tidak bersemangat Mah," ucapku lemas.
"Ayo bangun." Mamah membangunkan badanku dan menyuruh bersiap.
"Mah perutku lapar." Aku menghampiri Mamah setelah selesai bersiap-siap.
"Ini kamu makan pisang saja," Mamah memberikan satu buah pisang.
"Ini tidak akan membuat kenyang Mah," rengekku.
"Tapi ini cukup untuk mengganjal," ucap Mamah.
Aku memakan pisang itu karena sangat lapar, aku berharap mimpiku tadi jadi kenyataan. Tapi saat aku keluar rumah aku tidak melihat Angga, rasanya aku ingin tidur lagi dan melanjutkan mimpi tadi. Tapi ada kenyataan yang sama dengan mimpiku tadi, aku tidak kuat berlari.
"Ayo sayang ... Semangat," Mamah menyemangatiku.
"Aku sangat lelah Mah," nafasku tersengal-sengal.
''Ya sudah kita istirahat dulu di sana." Mamah menunjuk sebuah kursi yang sama persis seperti di dalam mimpiku.
"Mamah beli minum dulu," Aku mengangguk.
Aku menunggu Mamah dengan badang yang penuh dengan keringat, terutama wajahku seperti memakai masker minyak goreng, aduh rasanya aku ingin segera pulang dan mandi.
"Silva dengan siapa kamu di sini?" ada yang bertanya, dan saat aku lihat ternyata itu Angga.
"Ah Angga," aku sangat kaget.
"Siapa itu?" tanya Mamah saat kembali.
"Saya Angga Tante," jawab Angga sopan.
"Kamu satu sekolah dengan Silva?" tanya Mamah.
"Iya Tante," jawabnya.
"Kamu berolahraga dengan siapa?" Mamah banyak bertanya.
"Sendiri Tante," tapi Angga tidak terlihat keberatan Mamah banyak bertanya.
"Wah kamu sangat rajin ya, kalau Silva harus di temani, ini juga di mau karena ingin menurunkan berat badan," aku mencubit Mamah saat berkata begitu.
Angga hanya tersenyum mendengar perkataan Mamah, sedangkan aku sangat malu. Apalagi dengan wajahku yang sangat berminyak ini.
"Mah ayo kita pulang, sudah cukup larinya," ajakku.
"Tapi kan baru sebentar," ucap Mamah.
"Tapi aku sangat lelah," jawabku, aku berkata begitu agar Mamah setuju untuk pulang.
"Baiklah kalau begitu kami pulang dulu ya," ucap Mamah kepada Angga.
"Iya Tante," jawabnya dengan senyum ramah.
Sampai di rumah aku beristirahat sejenak untuk menurunkan suhu tubuhku, baru setelah itu aku mandi.