Chapter 6 - Bab 6

Sepertinya tidak ada kesempatan untukku, karena Dea jauh segalanya dariku. Apakah usahaku diet akan sia-sia? Karena Angga sudah menyukai Perempuan lain, mulai hari ini aku tidak akan memikirkan Angga lagi. Bel masuk berbunyi semua murid kembali ke kelas, Nina dan Lisa menghampiriku dan mengambil kotak bekalku.

"Kamu makan ini?" tanya Nina

"Sini aku lihat," Lisa langsung mengambil kotak bekalku dari tangan Nina.

"Ha ... Ha ... Ha ... Kamu diet, biar apa? Biar enggak jadi Badak lagi?" Lisa mengejekku.

Tiba-tiba Dea datang dan mengambil kotak bekalku.

"Jangan ganggu dia!" ucapnya.

"Eh Anak baru jangan ikut campur!" bentak Lisa.

"Kalau kalian mengganggunya lagi kalian akan berurusan denganku," ucap Dea terlihat serius.

"Barani ya kamu sama kita!" Lisa hendak menampar Dea, tapi Angga datang dan menahan tangan Lisa.

"Jangan coba-coba!" Angga menatap tajam kepada Lisa.

"Ini, kamu enggak apa-apa kan?" Dea mengembalikan kotak bekalku.

"Iya terima kasih," ucapku.

"Seharusnya kamu jangan ikut campur," ucap Dea kepada Angga dan terlihat kesal.

"Mana bisa aku membiarkan ada orang yang kurang ajak kepada kamu," Angga mengacak-acak rambut Dea sambil tersenyum.

"Ih berantakan," Dea semakin kesal.

Mereka memang pasangan yang serasi, Dea juga sangat baik. Tapi aku tidak mau berteman dengannya, karena kalau hal itu terjadi aku akan sering patah hati karena terus melihat kedekatan mereka.

"Ada Guru datang, sana kamu kembali ke kelas," Dea mengusir Angga.

Angga kembali mengacak-acak rambut Dea, sebelum dia kembali ke kelas. Dea terlihat kesal, berbeda dengan Angga, dia terlihat senang melihat Dea kesal seperti itu.

"Ih kelakuannya tidak pernah berubah," ucap Dea, mendengar hal itu aku pikir mereka sudah mengenal sangat lama.

"Kamu sudah mengenal Angga dari kapa ?" tanyaku penasaran.

"Kamu sudah saling mengenal dari kecil, karena Orang tua kami berteman," jawabnya ramah.

"Apakah kalian memiliki hubungan serius?" tanyaku.

"Pacaran maksudnya?" aku mengangguk.

"Banyak yang berpikir begitu, karena kami sangat dekat, tapi hubungan kami hanya sebatas Sahabat, dan akan seperti itu selamanya,"

Menurut Dea mereka sudah lama menjadi Sahabat, akan beda rasanya kalau hubungan mereka berubah jadi Pacar. Aku sedikit senang mendengar hal itu, aku merasa ada kesempatan untukku memiliki Angga. Tapi aku harus berusaha keras untuk memperbaiki tubuh dan wajahku, tapi sepertinya Angga menyukai Dea lebih dari sekedar Sahabat. Hanya saja Dea yang tidak ingin memiliki perasaan seperti itu, sehingga dia tidak merasakan perasaan Angga kepadanya. Jadi aku harus terlihat cantik seperti Dea, agar Angga bisa melirikku sebagai Wanita. Dan mulai sekarang aku semakin bersemangat untuk menurunkan berat badanku, aku juga akan melakukan perawatan untuk tubuh dan wajahku agar putih mulus seperti Dea.

"Kamu melamunkan apa?" Dea mengagetkanku.

"Eh bukan apa-apa," jawabku.

Lalu aku kembali fokus memperhatikan Guru, saat pulang sekolah aku mampir ke toko kecantikan dan membeli lulur badan juga krim wajah. Toko itu merekomendasi produk itu kepadaku karena katanya produknya berbahan alami dan sangat bagus, jadi aku membelinya. Aku segera pulang karena ingin segera memakai produk itu, sesampainya di rumah ternyata Mamah belum pulang. Sambil menunggu Mamah pulang mandi dan mulai memakai lulur yang tadi aku beli, saat aku masih mandi Mamah pulang.

"Va kamu sedang apa? Masih lama tidak, mamah ingin pipis," tanya Mamah.

"Sudah selesai kok Mah, tunggu sebentar." Aku segera mengambil handuk setelah selesai membasuh badanku.

"Ya ampun kamu sakit?" Mamah kaget melihatku.

Mamah menyuruhku untuk segera berpakaian lalu Mamah masuk ke kamar mandi, saat di kamar aku mengambil kacamataku dan bercermin. Aku kaget karena badanku tidak putih, tapi malah berwarna seperti orang yang sedang sakit kuning, aku langsung kembali ke kamar mandi.

"Va kamu kenapa kok badan kamu menguning seperti ini?" tanya Mamah saat keluar dari kamar mandi.

"Nanti aku jelaskan Mah, sekarang aku mau mandi lagi," dengan cepat aku masuk kamar mandi dan mandi lagi dengan sabun yang sangat banyak agar warna kuningnya hilang.

Tapi efek dari sabun itu tidak langsung hilang, badanku masih berwarna kuning. Aku bingung harus bagaimana, aku takut kalau besok badanku masih seperti ini. Semua orang akan mengejekku habis-habisan, tapi besok ada ujian praktik jadi aku harus sekolah.

"Va kamu kenapa? Kamu belum jawab pertanyaan Mamah dari tadi," tanya Mamah.

"Mah tadi aku beli lulur, dan saat pulang aku langsung pakai," jawabku.

"Lulur apa yang kamu pakai?" aku mengambil lulur itu.

"Kata Pedagangnya lulur ini bisa kulit putih bersih, tapi saat aku pakai malah begini," aku memberi Mamah penjelasan.

"Untuk apa kamu beli barang seperti ini? kulit kamu kan baik-baik saja," ucap Mamah.

"Aku ingin punya kulit seperti Gadis lain Mah," jawabku dan tidak terasa air mataku keluar.

Mamah memelukku dan menyuruh untuk berpakaian, setelah itu kami pergi ke toko kecantikan tadi untuk menanyakan kenapa badanku berubah warna seperti ini. Tapi ternyata tokonya sudah tutup, Mamah memutuskan besok akan ke toko ini lagi. Tapi aku masih tidak bisa tenang, karena kulitku masih belum berubah seperti semula.

"Kalau besok kulit kamu masih seperti ini, kamu jangan masuk sekolah saja, biar Mamah telepon Wali kelas kamu," Mamah mencoba menenangkanku.

"Tapi besok aku ada praktik yang sangat penting Mah," aku resah.

"Ya sudah mudah-mudahan besok kulit kamu tidak seperti ini lagi," lalu kami pulang ke rumah.

Mamah menyiapkan makan, sedangkan aku terus bercermin, karena aku tampak aneh. Semua badanku kuning kecuali wajahku, sambil menunggu makanan siap aku berlatih untuk ujian praktik besok. Ternyata menjadi cantik itu tidak semudah yang aku bayangkan, apalagi orang sepertiku yang sudah jelek dari lahir.

"Sudah jangan terlalu dipikirkan, sekarang kamu makan dulu." Mamah meletakan makanan.

"Iya Mah." Aku duduk di meja makan.

"Nanti Mamah buatkan camilan yang enak dan sehat buat kamu," Mamah mencoba agar aku semangat lagi.

Setelah makan aku masih merasa lapar, sudah beberapa hari aku diet tapi badanku masih belum berubah sama sekali. Apa mungkin karena aku jarang olahraga, mulai besok aku bertekad akan bangun pagi-pagi sekali dan berolahraga dulu sebum berangkat sekolah. Sambil kembali berlatih aku tidak henti-hentinya melihat kulitku yang membuatku tidak fokus, sepertinya besok aku akan masih seperti ini. Mau bagaimana lagi, daripada nilaiku jelek lebih baik aku pergi sekolah saja dan jangan menghiraukan perkataan orang-orang ,lagian aku sudah terbiasa dengan hinaan mereka.

"Nah camilannya sudah jadi," Mamah membawa sepiring camilan.

"Tapi camilan ini tidak akan membuatku gendut kan Mah?" aku berjaga-jaga.

"Jangan khawatir bahannya tidak akan bikin gendut," ucap Mamah