Chapter 12 - Bab 12

Awalnya aku takut untuk memberitahu Bu Ima, karena aku takut Nina dan Lisa akan berbuat yang lebih kejam lagi kepadaku. Tapi kalau dibiarkan mereka akan terus bersikap seperti itu, aku menceritakan semua perilaku Lisa dan Nina kepada Bu Ima.

"Bu boleh saya minta tolong," ucapku.

"Iya boleh,"

"Tolong jangan beritahu Ibu saya," ucapku.

"Kenapa? Ibu kamu tahu harus apa yang menimpa kamu," ucap Bu Ima.

"Saya tidak mau memberikan beban pikiran kepada Mamah saya, lagian pihak sekolah juga sudah membantu saya mengatasi masalah ini," jawabku.

"Baiklah kalu ini mau kamu, tapi kalau Nina dan Lisa mengganggu kamu lagi, segera laporkan ke Ibu ya," wajah Bu Ima terlihat sangat serius.

Setelah itu aku kembali ke kelas, dan sudah ada Dea di kelas. Aku senang karena Dea sudah mulai masuk sekolah lagi, dan juga mulai sekarang aku memiliki Teman sebaik dan peduli seperti Dea.

"Kamu baru datang?" tanya Dea.

"Aku sudah datang dari tadi kok." Jawabku sambil duduk.

"Terus kamu dari mana?" tanyanya.

"Tadi aku di panggil Guru," jawabku.

"Benarkah?" Dea kaget dan aku hanya mengangguk.

"Apakah Guru membahas tentang masalah kamu?" tanyanya.

"Iya dan aku di suruh untuk memberitahu Guru kalau Lisa dan Nina menggangguku lagi," jawabku.

"Kamu jangan khawatir kalau mereka mengganggu kamu lagi, akan aku beri pelajaran mereka," ucap Dea bersemangat.

Lalu datang Angga, di sini sangat terlihat kalu Angga menyukai Dea. Aku mencoba untuk tidak menyukai Anggak lagi, tapi ternyata itu sulit. Bel masuk berbunyi, Dea menyuruh Angga untuk kembali ke kelasnya.

"Tapi kamu tidak apa-apa kan?" Angga belum mau kembali sebelum tahu keadaan Dea.

"Iya aku enggak apa-apa," jawab Dea, lalu Angga pergi.

"Dia masih saja bawel seperti dulu," ucap Dea.

"Mungkin dia mengkhawatirkan kamu," ucapku.

"Tapi akan aku baik-baik saja," ucapnya, laku Guru datang dan kami mulai belajar.

Sepulang sekolah Dea mengajakku ke sebuah tempat.

"Tempat apa ini?" tanyaku merasa heran.

"Sudah ikut saja," jawabnya.

Lalu kami masuk dan ternyata ini tempat perawat kecantikan, aku baru pertama kami pergi ke tempat seperti ini. Kami masuk ke sebuah ruangan, lalu kulitku diperiksa oleh Dokter. Aku juga sempat pergi ke sebuah Klinik untuk mengobati jerawatku, hanya saja waktu itu pengobatannya hanya untuk menyembuhkan saja. Beda dengan yang di Klinik ini, setelah kulitku di periksa, Dokter memberikan satu paket Skincare yang cocok untuk jenis kulitku. Dokter juga menyarankan agar aku tidak makan makanan yang menyebabkan kulit berjerawat, setelah selesai kami keluar dan mulai melakukan pembayaran.

"Maaf Kak, kami hanya menerima uang tunai," ucap Kasir di sana.

"Kalau begitu saya ambil uang dulu," ucapku.

"Ayo aku antar," ucap Dea.

"Kamu tunggu saja di sini, aku tidak akan lama," kasihan kau Dea ikut, dia kan baru sembuh.

"Baiklah," Dea kembali duduk dan aku langsung pergi.

Untungnya aku punya tabungan yang bisa aku gunakan untuk membeli Novel, tapi kali ini aku gunakan untuk membeli Skincare. Setelah mengambil uang, uang tidak sengaja berpapasan dengan Nina dan Lisa, rupanya mereka melihatku keluar dari ATM. Dengan cepat mereka merebut tasku, aku mencoba mempertahankan tasku sekuat tenaga.

"Apa yang kalian inginkan?" aku terus menahan agar tasku tidak di ambil.

"Kamu sudah buat kita di panggil Guru, jadi kamu harus membayar itu," ucap Nina sambil terus menarik tasku.

"Jangan ini uang tabunganku!" Aku memohon.

"Kami tidak peduli!" ucap Lisa.

"Copet!" Dea berteriak yang membuat Lisa dan Nina melepaskan tasku.

"Siapa itu," Lisa melihat sekeliling, lalu Dea menghampiriku.

Dea mengancam akan melaporkan mereka ke Polisi kalau mereka tetap ingin mengambil uangku, lalu mereka takut dengan ancaman itu. Lalu mereka pergi, aku dan Dea kembali ke Klinik untuk membayar Skincare tadi. Kali ini Dea mampir dulu ke rumahku, tapi saat sampai Mamah belum pulang, aku membuka pintu dengan kunci serep yang sering aku bawa. Aku mengajak Dea ke kamarku, dia terlihat senang saat melihat koleksi buku-bukuku.

"Wah aku ingin baca yang ini, aku boleh pinjam tidak?" tanyanya.

"Tentu saja boleh," jawabku.

Dea mulai membaca buku itu, sedangkan aku mulai mencari informasi tentang diet yang benar untuk menurunkan berat badan. Aku menemukan salah satu Web yang menjelaskan tentang diet yang tepat, ada juga beberapa gerakan yoga yang bisa mengecilkan badan.

"kamu lagi apa?" tanya Dea.

"Aku lagi lihat cara untuk mengecilkan badan," jawabku.

"Bagaimana, sudah dapat?" tanyanya.

"Iya sudah dapat, sekarang aku mau mencatat dulu," jawabku.

"Semangat!" Dea menyemangatiku.

Tak lama terdengar suara mobil berhenti di depan rumahku, aku pikir itu orang yang sedang dekat dengan Mamah.

"Va siapa itu yang mengantar Mamah kamu?" tanya Dea.

"Mungkin orang itu yang sedang dekat dengan Mamah," jawabku.

"Sepertinya dia masuk rumah," Dea masih mengamati.

"Benarkah?" aku penasaran dan melihat dari jendela.

Dan benar saja laki-laki itu masuk ke rumah bersama Mamah, apakah mungkin Mamah akan memperkenalkannya kepadaku.

"Va, kamu temui saja mereka," ucap Dea.

"Nanti saja kalau Mamah ke sini," jawabku.

Saat kami akan melanjutkan kesibukan kami lagi, Mamah mengetuk pintu kamarku.

"Tok! Tok! Tok!" aku menyuruh Mamah masuk.

"Eh ternyata ada Teman kamu," ucap Mamah kaget.

"Halo Tante nama Saya Dea," Dea memperkenalkan diri.

"Oh ini yang namanya Dea," ucap Mamah ramah.

"Iya Tante,"

"Ada apa Mah?" tanyaku.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Mamah dan aku mengangguk.

"Dea tunggu sebentar ya," Dea mengangguk lalu aku dan Mamah keluar kamar.

Mamah mengajak bicara di meja makan dan Laki-laki itu menunggu di ruang tamu.

"Mamah mau bicara apa?" tanyaku.

"Mamah mau memperkenalkan kamu dengan Om David," jawab Mamah.

"Baiklah," ucapku bersedia, laku kami menghampiri Om David di ruang tamu.

"Mas," ucap Mamah.

"Iya," jawabnya.

"Perkenalkan ini Anakku Silva," ucap Mamah.

"Perkenalkan nama saya Silva," kami saling berjabat tangan.

Om David menanyakan di mana aku bersekolah dan kelas berapa, mungkin agar kita bisa akrab. Setelah itu aku izin kembali ke kamar karena Dea masih di kamarku, saat kembali ke kamar Dea menanyakan apa saja yang kami bicarakan. Aku memberitahunya semua percakapan kami, Mamah dan Om David kembali mengobrol. Menurutku Om David kelihatannya orang baik, dan dia terlihat sangat peduli kepada Mamah. Tapi semuanya kembali lagi kepada Mamah, aku akan tetap mendukung setiap keputusan Mamah.

"Sudah sore, aku pulang dulu ya," ucap Dea.

"Mau aku antar?" Tanyaku.

"Enggak usah, aku di jemput kok sebentar lagi juga datang," jawabnya.