Chapter 13 - Bab 13

Dan tidak lama datang mobil Dea yang hanya dikendarai Sopirnya saja, sebelum pulang Dea pamit kepada Mamah dan Om David. Setelah Dea pulang aku kembali ke kamar, Mamah mengajak aku bergabung mengobrol dengan mereka tapi aku memilih ke kamar saja.

Setelah Dea pulang Mamah menyiapkan makan malam dan kami makan malam bersama.

"Va, ayo makan." Mamah masuk ke kamarku.

"Apakah ini harus Mah? Aku malu," ucapku.

"Malu kenapa? Ayo kita makan bersama Om David pasti senang," bujuk Mamah.

"Baiklah," dengan berat hati aku mau makan bersama.

"Tapi aku ganti baju dulu," ucapku.

"Baiklah jangan lama ya." Mamah keluar kamarku.

Sebenarnya badanku sangat gerah karena belum mandi, tapi mereka akan menunggu lama kalau aku mandi dulu, "Nanti saja setelah makan aku akan mandi," ucapku dalam hati. Saat aku menunu meja makan, Mamah dan Om David sudah menungguku.

"Maaf membuat menunggu lama," ucapku sambil duduk.

"Enggak kok," jawab Om David.

"Enggak kok kita juga baru duduk," ucap Mamah.

Aku tersenyum canggung, kami mulai makan, Mamah melayani kami makan dengan ramah. Tapi aku merasa tidak nyaman dan risi, mungkin karena aku baru melakukan makan malam bersama lagi seperti ini. Terakhir kali aku makan malam bersama seperti ini saat aku masih kelas tiga SD dan itu bersama Papah, setelah Papah pergi aku hanya makan berdua bersama Mamah. Tapi aku berusaha untuk terlihat menikmatinya agar Mamah tidak kecewa, karena Mamah pasti merasakan kebahagiaan malam ini. Selesai makan Mamah dan Om David kembali mengobrol santai, sedangkan aku pergi mandi karena badanku sangat berkeringat. Pada saat aku sedang mandi Om David pamit pulang, selesai mandi dan berpakaian aku ke ruang tengah untuk menonton TV.

"Bagaimana menurut kamu Om David?" Mamah tiba-tiba datang.

"Mengagetkan saja, sepertinya Oma David orang baik," jawabku.

"Iya dia memang orang baik," ucap Mamah sambil tersenyum.

"Apakah kalian akan menikah?" tanyaku.

"Mamah tidak tahu, kami belum membicarakannya," jawab Mamah.

"Oh seperti itu," aku lanjut menonton.

"Memangnya kamu tidak keberatan kalau kami menikah?" tanya Mamah.

"Aku tidak keberatan, asalkan Mamah bahagia, aku juga akan bahagia," jawabku.

Mamah terlihat senang mendengar perkataanku, sebenarnya aku belum 100% setuju dengan hubungan mereka karena perasaanku tidak enak. Tapi Mamah bilang Om David baik, jadi aku harus percaya perkataan Mamah, karena Mamah lebih mengenalnya daripada aku. Sudah jam 21:00 WIB, waktunya tidur, tapi sebelum tidur aku mencuci mukaku dulu dengan sabun yang satu paket dengan Skincare yang aku beli tadi.

Dan ternyata krim ini cukup nyaman di wajahku, mudah-mudahan saja wajahku cepat sembuh dan mulus. Keesokannya aku bangun pagi dan mulai melakukan gerakan yoga, tapi ternyata gerakannya cukup sulit saat aku mencobanya. Mungkin karena badanku yang besar membuat tidak leluasa untuk melakukan gerakan-gerakan itu, setelah selesai aku pergi mandi, selesai mandi aku berpakaian dan sarapan.

"Va, nanti Mamah akan pulang agak telat," ucap Mamah.

"Apa Mamah akan pergi dengan On David?" tanyaku.

"Iya, boleh kan?" Mamah balik bertanya.

"Iya boleh," aku tidak bisa berkata tidak boleh, apalagi kalau hal ini membuat Mamah bahagia.

"Nanti kamu beli makanan cepat saji saja ya." Mamah memberikan uang.

"Aku akan mulai diet lagi Mah," ucapku.

"Kenapa diet lagi? Bagaimana kalau kamu sakit lagi?" tanya Mamah.

"Mamah jangan khawatir, kali ini aku akan melakukan diet dengan benar," jawabku.

Mamah tetap menyuruhku mengambil uang itu untuk aku belikan makanan yang aku perlukan, selesai makan aku pamit berangkat sekolah. Saat sampai ternyata Dea sudah ada di kelas, dia menanyakan lagi mengenai Om David, aku memberitahunya kalau nanti Mamah akan pergi dengan Om David.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita pergi main," ajak Dea.

"Main ke mana?" tanyaku.

"Kita pergi saja ke pasar malam, aku ingin sekali ke sana, lagian sekarang kan malam Minggu," ucap Dea.

"Enggak tahu, nanti aku telepon dulu Mamah, kalau Mamah mengizinkan aku baru akan pergi," ucapku.

"Baiklah," Dea tampak senang.

Sebenarnya aku juga ingin pergi ke tempat seperti itu, sudah lama aku tidak pergi ke pasar malam. Terakhir kali aku pergi waktu Papah masih bersama kami, semenjak Papah pergi aku dan Mamah tidak pergi lagi ke tempat hiburan seperti itu. Karena Mamah sibuk bekerja aku juga tidak pernah mengajak Mamah, sebab aku tahu Mamah pasti lelah. Jadi setiap hari libur kami hanya diam di rumah saja, bel masuk berbunyi, Guru masuk dan kami mulai belajar.

Saat istirahat

"Va ayo telepon Mamah kamu," ucap Dea.

"Baiklah," ucapku dan menelepon Mamah.

Saat aku meminta izin untuk pergi, ternyata Mamah mengizinkan aku pergi.

"Bagaimana Va?" tanya Dea saat aku selesai menelepon Mamah.

"Iya Mamah bilang boleh," jawabku.

"Hore ... Akhirnya, nanti kita pulang dulu untuk ganti baju, setelah itu kita berangkat," ucap Dea bersemangat.

"Kita pulang ke rumah masing-masing dulu?" tanyaku.

"Enggak kita pulang dulu ke rumahku, setelah aku selesai ganti baju, baru kita ke rumah kamu," jawab Dea.

"Baiklah,"

Saat istirahat aku hanya memakan roti karena tidak ada buah-buahan, tidak lama Angga datang menghampiri Dea, Angga mengajak Dea untuk pergi ke pasar malam.

"Tapi aku akan pergi bersama Silva," jawab Dea.

"Ya sudah, kalau begitu kita pergi bersama saja, Teman-temanku juga akan pergi," ucap Angga.

"Bagaimana Va kamu tidak keberatan?" tanya Dea.

"Tidak kok," jawabku.

"Baiklah kita bertemu di tempat saja," ucap Dea.

"Baiklah," Angga lalu pergi.

"Kamu benar tidak keberatan?" tanya Dea.

"Enggak kok," jawabku.

Sebenarnya aku hanya ingin pergi bersama Dea saja, karena kalau Angga bergabung berati aku akan melihat kedekatan mereka terus. Apalagi ditambah Teman-teman Angga, aku takut akan membuat mereka malu pergi bersamaku. Tapi aku tidak bisa berkata yang sebenarnya kepada Dea, karena dia terlihat sangat senang saat aku mengatakan akan ikut, entah akan seperti apa nanti aku tidak tahu.

Bel pulang sekolah

"Ayo kita ke rumahku dulu," ajak Dea.

"Ayo kita cari Angkutan Umum dulu," ucapku.

"Tidak usah, sebentar lagi Sopirku datang kok," ucap Dea.

Kami menunggu di depan gerbang sekolah, dan beberapa menit kemudian datang mobil hitam mewah.

"Itu dia ... Ayo," ajak Dea.

"Maaf ya membuat Neng Dea menunggu lama," ucap Sopir itu.

"Tidak apa-apa kok," jawab Dea.

Saat sampai di rumah Dea aku sangat tercengang, karena rumahnya sangat besar dan mewah. Hidupnya sangat sempurna, aku menunggu di ruang tamu. Saat sedang menunggu Dea, datang seorang Perempuan yang sepertinya umurnya sama dengan Nenekku. Dia membawakan minuman dan makanan, namanya Mbok Darsih.

"Silakan Neng," ucapnya Ramah.

"Terima kasih," ucapku.