Chapter 16 - Bab 16

Setelah Mamah masuk ke dalam mobil aku meneleponnya.

"Halo, Mamah mau ke mana?" tanyaku saat Mamah menjawab telepon.

"Mamah mau pergi sebentar dengan Om David, boleh kan?" tanyanya.

"Iya boleh, tapi kenapa Mamah tidak bilang dulu kepadaku?" aku balik bertanya.

"Saat Mamah ke kamar kamu, kamu tidur Mamah tidak tega membangunkan kamu yang tertidur pulas," jawabnya.

"Baiklah,"

"Mamah sudah siapkan uang di meja belajar kamu, nanti kamu beli makanan saja ya," ucap Mamah.

"Iya,"

Sekarang aku sendirian lagi di rumah, Mamah entah akan pulang jam berapa nanti. Aku merasa bosan dan kesepian, apa yang harus aku lakukan, kalau aku ke rumah Dea sekarang sudah terlalu sore. Saat menonton TV tidak acara yang seru, akhirnya aku menonton Drama Korea saja. Aku menonton sangat fokus sampai-sampai aku tertidur, pada saat bangun sudah jam 6 sore dan Mamah masih belum pulang. Aku meneleponnya lagi tapi tidak di angkat, perutku terasa lapar, untung di kulkas masih ada bahan-bahan makanan. Aku memasak lagi makanan seperti tadi siang, sambil makan aku terus melihat jam, berharap Mamah segera pulang. Tapi Mamah belum pulang juga, selesai makan aku menelepon Mamah lagi tapi tetap masih tidak diangkat. Apa yang sebenarnya terjadi, apa Mamah sakit lagi, kalau Mamah masih sakit kenapa Mamah pergi bersama Om David, aku menelepon Dea agar hatiku tidak gelisah lagi.

"Halo va," ucap Dea saat mengangkat telepon.

"Mamahku pergi lagi dan sampai sekarang belum pulang," ucapku.

"Apa kamu sudah minta nomor Om David ke Mamah kamu?" tanyanya.

"Belum, tadi aku lupa," jawabku.

"Kamu jangan terlalu khawatir, Mamah kamu pasti pulang," ucap Dea, mungkin agar aku tidak cemas lagi.

"Baiklah,"

"Besok kita bicarakan lagi ini di sekolah," ucap Dea.

"Iya," aku menutup telepon.

Aku berusaha tenang dan tidak berpikir macam-macam, aku kembali menonton Drama Korea sambil menunggu Mamah pulang. Dramanya sangat seru, sampai aku lupa waktu, saat melihat jam sudah jam 10 malam. Dan Mamah masih belum pulang, "

Aku berusaha tenang dan tidak berpikir macam-macam, aku kembali menonton Drama Korea sambil menunggu Mamah pulang. Dramanya sangat seru, sampai aku lupa waktu, saat melihat jam sudah jam 10 malam. Dan Mamah masih belum pulang, "Lebih baik aku tidur saja," ucapku. Tapi sebelum tidur aku mencuci muka dan memakai Skincare dulu, setelah selesai aku mulai berbaring dan memakai selimut. Tapi terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumahku, saat di lihat itu mobil Om David. Mamah turun dari mobil dan Lang masuk ke dalam rumah, aku tidak menghampiri Mamah, karena aku sejujurnya kesal dengan sikap Mamah akhir-akhir ini.

Keesokan paginya

Seperti biasa aku bangun pagi dan melakukan yoga, setelah selesai aku mandi, tapi selesai mandi Mamah belum bangun. Aku pergi ke kamar dulu untuk berpakaian setelah itu aku ke kamar Mamah, dan terlihat Mamah masih tidur. Saat aku menghampirinya aku mencium bau sesuatu yang sangat aneh, dan aku tidak pernah mencium bau itu sebelumnya.

"Mah ... Mamah tidak akan kerja?" Aku membangunkan Mamah.

"Manah izin, Mamah sakit kepala," jawabnya dengan mata masih terpejam.

"Baiklah," aku keluar dari kamar Mamah dan menyiapkan sarapan.

Setelah selesai sarapan aku berangkat sekolah, dan sesampainya di sana Dea belum datang, Lisa dan Nina menghampiriku.

"Wow! Jerawatnya sudah berkurang," ucap Lisa dengan nada mengejek.

"Wow! Bagaimana caranya jerawat setumpuk bisa hilang begitu? Tanya Nina yang sama mengejekku.

Aku tidak menjawab pertanyaan mereka, kalau aku bilang pakai Skincare aku takut akan di ejek, karena setiap hal yang aku lakukan pasti jadi bahan ejekan.

"Kalau di tanya itu jawab!" Lisa menggebrak mejaku.

"Apa yang kalian lakuan!" Teriak Dea, laku dia menghampiri kami.

"Ini satu lagi si Payah," ucap Nina.

"Tutup mulut kalian atau akan aku laporkan kepada Guru!" Dea mengancam.

"Dasar pengadu," ucap Nina.

Lalu Nina dan Lisa pergi, setelah itu Dea duduk dan menanyakan Mamahku. Aku memberitahunya yang aku lihat semalam, dia menyarankan kalau nanti Mamahku pergi lagi aku harus mengikutinya agar aku tahu ke mana Mamah pergi sebentar.

"Tapi aku takut," ucapku.

"Tenang saja, kamu telepon aku saja aku pasti akan menemani kamu," ucap Dea.

"Terima kasih ya," ucapku.

Sedang saat asyik mengobrol Angga datang, dan dia meninta Dea untuk ikut dengannya karena Anggak ingin membicarakan sesuatu.

"Aku tidak mau," ucap Dea ketus.

"Ayolah, hanya sebentar saja," Angga memohon.

"Huh, baiklah tapi hanya sebentar," ucap Dea.

"Iya sebentar," Angga terlihat senang.

Apa yang sebenarnya akan Angga katakan, aku tidak mungkin mengikuti mereka untuk mendengarkan percakapan mereka. Tidak mungkin juga aku bertanya kepada Dea nanti, semoga saja Dea menceritakan pembicaraan mereka. Bel masuk sudah berbunyi, tapi Dea belum kembali ke kelas, bahkan setelah Bu Guru masuk ke kelas. Dea masih belum datang, beberapa menit kemudian Dea datang.

"Permisi, Bu saya izin masuk," ucap Dea di depan pintu kelas.

"Kamu dari mana?" tanya Bu Guru.

"Saya dari toilet Bu," jawab Dea.

"Bohong Bu tadi Dea pergi bersama Angga," ucap Lisa berharap Dea akan di hukum.

"Apa benar seperti itu?" tanya Bu Guru.

"Iya Bu, atapi saat saya akan kembali ke kelas, perut saya sakit jadi saya ke toilet dulu," jawabnya.

"Baiklah sekarang kamu duduk dan mulai belajar," ucap Bu Guru dan kembali mengajar.

"Kamu sakit perut?" tanyaku.

"Tidak," jawabnya pelan.

Berarti Dea hanya beralasan saja, aku kembali fokus belajar, pada saat jam istirahat Dea mengajakku ke kantin dan maka di sana.

"Kamu mau jajan atau bawa bekal?" tanya Dea.

"Aku bawa bekal," jawabku.

"Kalau begitu kita makan di kantin saja," ajak Dea.

"Aku takut akan di tertawan banyak orang kalau aku bawa bekal," ucapku.

"Kalu begitu kita makan di taman saja, aku akan beli makanan dulu di kantin," ucapnya.

"Baiklah aku akan tunggu di taman ya," ucapku.

Setibanya di taman aku lihat Angga sedang bermain basket bersama Teman-temannya, aku membayangkan menjadi Pacar Angga, dan aku duduk di dekat lapang basket untuk menyemangati Angga.

"Hayo kamu melamun ya," Dea mengagetkanku.

"Ah jantungku serasa mau jatuh," ucapku.

"Kamu sedang melihat apa?" tanyanya.

"Aku tidak melihat apa-apa," jawabku.

"Kamu melihat Angga ya," Dea menggodaku.

"Eh tidak kok, ayo kita makan aku sudah lapar," aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Apa sikapku jelas terlihat kalau aku menyukai Angga, aku harus berhati-hati dan jangan sampai Dea tahu kalau aku menyukai Angga.

Saat pulang sekolah.

Sesampainya di rumah Mamah tidak ada di rumah, bahkan pintu juga di kunci. Aku masuk dan menelepon Mamah, tapi Ponselnya ada di meja makan, apa mungkin Mamah lupa membawanya. Aku keluar rumah dan melihat-lihat di sekitar rumah tapi Mamah tidak ada, tidak lama Mamah datang membawa sekantong makanan.

"Mamah dari mana?" tanyaku.

"Mamah dari warung," jawabnya.

Ternyata Mamah sudah membeli makanan, tadi aku sempat berpikir kalau Mamah pergi lagi bersama Om David.