Chapter 7 - Bab 7

"Terima kasih Mah." Aku memeluk Mamah dan mulai memakan camilan itu.

"Bagaimana, enak tidak?" tanya Mamah penasaran.

"Ini enak sekali Mah, kalau ada sisa aku mau bekal ini untuk besok di sekolah ya," ucapku senang.

"Iya nanti Mamah akan buatkan lagi untuk dibawa sekolah besok," ucap Mamah senang.

Mamah terlihat senang melihatku lahap memakan camilan itu, keesokannya aku bangun jam 05:00 WIB. Aku berganti pakaian dengan pakaian olahraga, pada saat aku bangun ternyata Mamah belum bangun. Dan lada saat aku keluar rumah udara terasa sangat dingin sekali, rasanya aku ingin kembali tidur.

Tapi aku kembali semangat saat mengingat Angga dan Dea, aku mulai keluar dan berlari kecil. Dan badanku mulai berkeringat yang membuat badanmu hangat sekarang, jalan masih gelap dan tidak ada orang, saat aku rasa sudah cukup jauh berlari, aku kembali ke rumah karena sudah jam 05:30 WIB. Aku harus segera bersiap untuk sekolah, walaupun badanku masih belum berubah lagi.

"Kamu dari mana?" tanya Mamah saat aku masuk rumah.

"Aku sudah berolahraga Mah," jawabku sambil duduk.

"Wah Anak Mamah rajin sekali, ini Mamah sudah buatkan camilan yang kemarin," Mamah sudah memasukkan camilan itu ke dalam kotak bekal.

"Wah terima kasih Mah." Aku memeluk Mamah.

"Uh bau keringat, cepat mandi sana," Mamah menutup hidungnya dan aku tertawa lalu pergi mandi.

Setelah selesai aku pergi ke kamar dan memakai kacamataku, aku bercermin dan benar dugaanku, badanku masih menguning. Hanya saja tidak separah kemarin, mau bagaimana lagi aku harus sekolah, aku mulai berpakaian dan mengambil tas.

"Badan kamu masih kuning, yakin mau masuk sekolah?" tanya Mamah.

"Iya Mah enggak apa-apa aku akan tetap sekolah," jawabku.

Mamah memasukkan bekalku ke dalam tasku, dan sesampainya di sekolah aku merasa orang-orang mulai menatapku. Dengan cepat aku masuk ke dalam kelas, tapi ternyata di kelas juga sudah banyak yang datang. Termasuk Nina dan Lisa, mungkin aku berangkat terlalu siang.

"Tunggu sebentar." Dodi menghentikan langkahku.

"Ada apa?" tanyaku sambil menunduk.

"Sepertinya ada yang beda dengan kamu." Dodi mengerutkan matanya.

"Tidak ada," ucapku.

"Kamu sakit kuning? Soalnya badan kamu menguning," tanyanya, aku hanya terdiam.

"Eh tunggu, tapi mukanya enggak." Nina menghampiriku.

"Aku terkena alergi," jawabku spontan.

"Alergi apa sampai buat kulit menguning begini?" Lisa keheranan.

Aku hanya terdiam, kemudian datang Dea dan menyuruh orang-orang untuk berhenti menggangguku. "Kamu enggak apa-apa?" tanya Dea, dan aku menggelengkan kepala.

Lalu aku duduk dan mulai mempersiapkan tugas praktikku, bel masuk sudah berbunyi tapi Pak Guru belum juga masuk kelas. Tidak lama terdengar pengumuman Guru memanggil KM kelasku, Roni segera pergi ke kantor. Saat dia kembali aku tidak melihat Pak Guru, "Pak Ridwan tidak akan masuk karena sakit, jadi tugasnya di tunda untuk minggu depan," semua Murid kegirangan kecuali aku. Kalau tahu Pak Ridwan tidak akan masuk, aku juga tidak akan masuk sekolah. Aku tidak akan mendengarkan celoteh Orang-orang, rasanya sia-sia saja aju sudah mempersiapkan tugas ini dari kemarin. Karena tidak ada Guru dan juga tugas yang di berikan, beberapa orang memilih untuk pergi ke kantin. Dea juga mengajakku, tapi aku menolak karena takut akan banyak orang yang melihatku seperti ini, aku memilih untuk membaca Novel yang aku bawa saja.

"Kamu baca buku apa?" Dea seperti penasaran, dan aku menunjukkan Novelku.

"Wah kamu suka baca Novel juga?" tanya Dea.

"Iya kalau ada waktu senggang aku selalu membaca Novel," jawabku.

"Aku juga suka baca Novel," ucap Dea.

Lalu dia menanyakan Novel apa yang suka aku baca, ternyata kami memiliki kegemaran yang sama. Dea mengajakku ke toko buku Novel, aku sangat senang dan tidak menolak. Dea selain cantik dan pintar, dia juga menyenangkan. Pantas saja Angga terlihat senang kalu bersamanya, jam pelajaran ke dua dimulai. Kali ini Guru mata pelajaran ada, jadi semua Murid sekelasku segera masuk kelas. Saat jam istirahat, Dea mengajakku lagi ke kantin, dan aku menolak lagi dan memberitahunya kalau aku sedang diet. Ternyata Dea tidak menertawakan aku, mendengar hal itu Dea malah menyemangatiku.

"Terus kamu makan apa?" tanyanya, dan aku mengeluarkan bekalku.

"Ini kan kue?" tanya Dea heran sambil mengambil kue itu.

"Iya ini Mamahku yang buat, dan kata Mamah bahannya sudah di ganti dengan bahan yang tidak membuat gendut," jawabku, lalu aku menyodorkan dan menyuruhnya untuk mencoba.

"Boleh?" tanya dan aku mengangguk.

"Wah rasanya enak," Dea kagum dengan rasanya.

"Mamah kamu pasti pintar masak," ucap Dea.

"Iya Mamahku memang pintar masak,"

Kami makan bersama, lalu datang Angga mengajak Dea pergi ke kantin, Angga juga mengajakku.

"Silva sedang tidak bisa makan di kantin," ucap Dea.

"Kenapa?" Angga mengerutkan alis.

"Ini urusan Perempuan, yuk kita ke kantin saja, Va aku ke kantin dulu ya, semangat ..." sebelum pergi Dea menyemangatiku dulu.

Tapi saat Angga dan Dea pergi, Lisa dan Nina datang. Mereka menghampiriku dan mengambil kotak bekalku lagi, tapi untungnya makananku sudah habis.

"Kamu sekarang sering bawa bekal, kenapa?" tanya Ni a ketus.

"Sepertinya sia benar-benar diet, agar badanya tidak seperti Badak," mereka tertawa terbahak-bahak.

"Kamu jangan mimpi! Mau berusaha sekuat apa pun, kamu akan tetap seperti ini, karena kamu sudah di takdirkan seperti ini, seperti Badak!" mereka terus menertawakan aku.

Aku mencoba untuk bersabar, dan akan aku buktikan kalau aku bisa berubah. Bila saatnya itu tiba, aku buat mereka terdiam. Bel pulang berbunyi dan kami semua pulang, saat perjalanan pulang aku sengaja aku mampir dulu ke toko itu. Ternyata toko itu masih tutup, tapi sekarang warna kuning di badanku mulai memudar, sesampainya di rumah Mamah sudah pulang lebih dulu. Aku ingin memberitahu Mamah kalau aku ingin pergi ke klinik kecantikan untuk mengobati wajahku, tapi aku mengurungkan niatku. Aku kasihan kepada Mamah, dia banting tulang mencari uang untuk memenuhi kehidupan kami, juga untuk biaya sekolahku. Setelah bercerai Papahku tidak pernah memberi kami biaya, jangankan membiayai, menemuiku saja tidak pernah.

"Eh kamu sudah pulang, " Mamah sedang menyiapkan makan.

"Iya sudah Mah," aku duduk karena sangat lelah.

"Va Mamah mau keluar sebentar, mau bertemu Teman Mamah boleh kan?" tanyanya.

"Iya Mah boleh,"

Aku tidak pernah keberatan kalau Mamah mau pergi bersama Temannya, karena aku sadar Mamah pasti penat bekerja dan membutuhkan sedikit hiburan. Lalu aku pergi mandi karena badanku sangat gerah, selesai mandi aku juga lihat Mamah sangat rapi, tapi sebelum berangkat Mamah menanyakan tentang kulitku.