"Bagaimana tadi di sekolah, apa baik-baik saja?" tanyanya.
"Iya," jawabku.
"Apakah ada yang menanyakan kulit kamu?" tanyanya lagi.
"Iya dan aku bilang saja kalau aku terkena alergi," jawabku.
"Syukurlah, kalau begitu Mamah berangkat dulu ya,"
Mamah terlihat beda, Mamah sangat cantik, rapi, dan harum. Mungkin Teman-teman Mamah juga seperti itu, setelah Mamah pergi aku makan. Dan ternyata Mamah membuatkan camilan lagi untukku, selesai makan aku mengambil camilan itu dan memakannya sambil menonton TV. Ponselku berbunyi dan saat di lihat ternyata ada sebuah pesan yang aku kira itu Mamah, tapi itu Dea. Tadi di sekolah kami bertukar nomor.
[Besok kita pergi yuk] isi pesan itu.
[Ke mana?] Balasku.
[Beli buku, yang tadi siang aku katakan] balasnya.
[Tapi kan besok sekolah]
[Kita pergi sepulang sekolah] Dea membalas dengan cepat.
[Aku akan izin dulu ke Mamah] aku belum mengiyakan ajakannya.
[Baiklah kalau sudah minta izin beritahu aku besok di sekolah] balasnya.
Sepertinya akan seru kalau besok aku pergi, aku juga ada buku yang ingin aku beli. Lagian aku juga tidak pernah main dengan seorang Teman, semoga saja Mamah mengizinkan aku untuk pergi besok. Aku melanjutkan menonton TV, tidak terasa aku ketiduran. Dan saat bangun sudah jam 21:00 WIB, tapi Mamah belum pulang juga, khawatir aku meneleponnya.
[Halo, ada apa Va?] Mamah mengangkat teleponku.
[Kenapa Mamah belum pulang, aku khawatir?] Tanyaku
[Iya Mamah sebentar lagi pulang, kamu tidak apa-apa kan?] tanyanya.
[Enggak kok Mah, aku hanya khawatir] jawabku.
[Baiklah kalau begitu] lalu Mamah menutup telepon.
Aku tidak pernah bertemu dengan Teman-teman Mamah, bahkan aku tidak punya nomor Temannya. Lain kali aku akan bertanya siapa Teman Mamah, agar aku tahu Mamah pergi dengan siapa, tidak lama Mamah pulang dan membawa es krim.
"Va, lihat Mamah bawa apa?" Mamah menunjukkan es krim itu.
"Tapi aku kan enggak boleh makan es krim," ucapku.
"Kamu tenang saja, es krim ini rendah lemak dan gula," ucap Mamah.
"Baiklah akan aku coba," aku mulai memakan es krim itu.
"Bagaimana rasanya?" tanya Mamah penasaran.
"Enak kok , hanya saja tidak terlalu manis dari es krim biasanya," jawabku.
"Sudah Mamah bilang kan," Mamah terlihat senang.
Aku teringat dengan ajakan Dea, lalu aku bicara lada Mamah soal itu.
"Mah Temanku besok mengajak pergi ke bazar buku, aku boleh ikut tidak?" tanyaku.
"Boleh saja, tapi siapa Teman kamu? Apa Anak laki-laki yang berolah raga waktu itu?" tanya Mamah.
"Bukan Mah Temanku Perempuan, namanya Dea dia baru pindah," jawabku.
"Iya boleh tapi pulangnya jangan sampai malam ya," mamah mengizinkan.
Aku pergi ke kamar dan mengambil celenganku, aku selalu menabung kalu ingin membeli sesuatu seperti Novel dan barang lainnya. Sebenarnya kalau aku meminta kepada Mamah, Mamah pasti akan membelikan yang aku mau. Tapi aku tidak mau menyusahkan Mamah dengan semua keinginanku, saat aku hitung uangku cukup untuk membeli buku. Aku langsung mengirim pesan kepada Dea kalu besok aku akan pergi, Dea membalas pesanku dan dia sepertinya senang. Kemudian aku mulai tidur karena besok aku akan bangun pagi-pagi dan berolahraga.
Tapi aku tidak bisa tidur, mungkin karena tadi aku tidur. Karena bosan aku mengambil ponselku dan membuka aku media sosial Angga lagi, dan kembali aku membaca komentar di foto Angga. Aku melihat komentar Dea yang pernah aku lihat sebelumnya, dan ternyata dia masih belum mengikutiku balik. Mungkin dia tidak tahu kalau itu akun punyaku, saat melihat jam ternyata sudah jam 00:00 WIB. Aku segera memaksakan untuk tidur karena takut besok kesiangan, kali ini aku berada tidurku sangat singkat. Aku merasa baru sebentar memejamkan mata dan alarm sudah berbunyi, aku masih mengantuk dan hawa sangat terasa dingin sekali. Rasanya aku ingin kembali tidur, tapi aku berusaha untuk bangun lalu berganti pakaian dan pergi berolahraga. Seperti kemarin, jalanan masih sepi dan gelap, baru saja setengah perjalanan aku merasa ada yang mengikutiku. Tapi saat aku menoleh ke belakang tidak ada siapa pun, aku kembali berlari, dan aku mendengar lagi seperti ada orang di belakangku. Karena takut aku berlari pulang.
"Kamu olahraga lagi?" tanya Mamah yang baru bangun.
"Iya Mah." Jawabku sambil duduk karena capek.
"Kamu berangkat jam berapa, kok sekarang sudah pulang lagi tidak seperti kemarin?" tanya Mamah.
"Aku pergi lebih awal Mah," jawabku.
"Oh begitu, Mamah mandi dulu ya," Mamah masuk ke kamar mandi.
Aku tidak memberitahu Mamah karena tidak mau Mamah khawatir dan akhirnya melarangku untuk tidak olahraga pagi lagi, aku pergi ke kamar dan bercermin. Ternyata kulitku sudah kembali normal, tapi badanku masih tetap gendut. Apa mungkin dietku tidak benar atau cara olahragaku yang tidak tepat, tapi aku tidak pernah lagi makan makanan yang berlemak. Aku mencari tahu di internet gerakan olahraga yang dapat mengecilkan badan, dan aku menemukan beberapa website tentang itu. Aku menyimpan sebuah video gerakan mengecilkan badan, untuk aku coba nanti.
"Va cepat mandi, nanti kamu kesiangan," ucap Mamah sambil menyiapkan sarapan.
"Baik Mah," aku bergegas mandi dan bersiap.
"Ayo sarapan dulu," ucap Mamah saat aku ke ruang makan.
"Mah nanti aku jadi pergi dengan Dea ya," ucapku sebelum makan, takutnya Mamah lupa.
"Iya sekarang kamu makan dulu,"
"Iya Mah," aku sarapan dengan salad sayur.
"Mamah mengisi kotak bekal kamu dengan buah-buahan ya." Mamah memasukkan ketak bekal ke dalam tasku, dan aku hanya mengangguk sambil makan.
Kalau teringat dengan badanku yang masih belum mengecil padahal aku sudah melakukan berbagai cara, aku merasa kalau semua ini sia-sia. Tapi aku tidak boleh menyerah dulu, karena aku belum mencoba gerakan tadi yang tadi dalam video. Selesai makan aku pamit dan berangkat, sesampainya di sekolah aku melihat Dea dan Angga sedang bersama. Aku bermaksud untuk langsung masuk kelas, tapi Dea memanggilku jadi aku menghampirinya.
"Iya Dea ada apa?" tanyaku.
"Kita jadi pergi kan?" tanyanya, aku mengangguk.
"Kalian mau pergi ke mana?" tanya Angga.
"Ini urusan Perempuan," jawab Dea.
"Selalu saja begitu." Angga mengacak-acak rambut Dea.
"Ih jadi berantakan," Dea kesal.
"Aku ikut ya," Angga memohon untuk ikut.
"Ih masa ikut sama Perempuan," Dea melirik tajam ke arah Angga.
"Aku bosan di rumah," ucap Angga.
"Va kamu tidak keberatan?" tanya Dea, aku menggelengkan kepada tanda tidak keberatan.
Aku malah senang Angga ikut, aku tahu kalau Angga ingin ikut karena Dea, walaupun begitu aku tetap bisa merasa dekat dengannya.