"Va kamu sudah pulang?" Mamah baru pulang dan duduk di sofa.
"Iya Mah aku baru selesai mandi," aku menghampirinya Mamah agar Mamah tidak ke kamarku.
"Kamu sudah makan?" tanya Mamah.
"Belum Mah." Aku memegang perutku.
"Kalau begitu mamah buatkan makan dulu ya." Mamah menyimpan tasnya.
"Biar aku bantu Mah," aku ingin membantu Mamah masak.
"Tidak usah, kamu tunggu saja di sana ya," Mamah menyuruhku untuk menunggu di ruang tengah.
Aku menyalakan TV dan menonton acara kesuakaanku, tapi perutku sudah mulai lapar. Tapi aku tidak bersemangat makan karena makanannya tidak enak, aku melihat Artis di dalam siaran TV sangat cantik dan tubuhnya langsing, kalau aku seperti itu Angga pasti sudah mengencaniku.
"Va ayo kita makan dulu,"
"Mah kok perutku masih buncit?" Aku memegang perutku yang belum mengalami perubahan.
"Sabar, segala sesuatu itu ada prosesnya" Mamah menyemangatiku.
Setelah makan aku pergi ke kamar untuk mengambil buku catatanku karena besok ada ulangan, aku bermaksud untuk menghafal tapi aku teringat Angga terus. Kalau di pikir-pikir dia selalu menolongku, aku merasa aman kalau ada dia. Dan aku berencana untuk berterus terang kepada Angga kalu aku memiliki perasaan lebih dari kagum kepadanya, tapi aku membayangkan bagaimana kalau dia menjauhiku setelah mengetahui perasaanku. Tapi kalau aku tidak berkata yang sebenarnya, hal ini akan terus menggangguku.
"Melamun ya?" Mamah menutup mataku.
"Enggak kok, aku cuma lagi menghafal," jawabku kaget.
"Memang menghafal apa?" tanya Mamah.
"Bahasa inggris Mah, besok ada ulangan," jawabku.
"Ya sudah semangat menghafalnya ya, Mamah ada ke luar sebentar," ucap Mamah.
Aku tidak tahu Mama mau ke mana, mungkin mau bertemu Teman-temannya. Keesokannya saat bangun pagi, aku bersiap dan sedikit berdandan. Tapi wajahku menjadi terlihat aneh, jadi aku mencuci muka dan tampil seperti biasanya saja. Sesampainya di sekolah aku menunggu Angga di lapangan basket, karena dia sering berada di sana bersama Teman-temannya. Dan tidak lama aku melihat Angga, dia sedang berjalan dan aku menghampirinya. Aku juga membawa jaketnya yang kemarin dia pinjamkan, aku sudah mencucinya kemarin.
"Eh ada apa," Angga kaget saat aku menghampirinya.
"Ini aku mau mengembalikan jaket kamu." Aku menyodorkan jaketnya yang sudah bersih dan harum.
"Kamu memakaikan parfum ke jaketku ya?" tanyanya sambil mencium harus jaketnya.
"Enggak kok itu hanya pelembut pakaian," jawabku.
"Oh begitu,"
"Angga sebenarnya," belum selesai bicara ada seorang Siswi yang memanggilnya.
"Natalie," Angga terlihat senang saat Siswi itu memanggilnya.
Saat aku lihat Siswi itu sangat cantik, badannya bagus dan tampaknya mereka sudah mengenal, tapi aku baru melihatnya, sepertinya di Murid pindahan.
"Kau jadi pindah ke sini?" tanyanya dengan raut wajah yang sangat senang.
"Iya ini siapa?" Dia menanyakanku.
"Oh kenalkan dia Silva," Angga memperkenalkan aku.
"Hai namaku Natalie," dia mengulurkan tangannya.
"Silva," aku bersalaman dengannya.
Kemudian aku pergi ke kelas, dan mereka pergi bersama sambil berbincang hangat. Siapa Perempuan itu, apakah mereka memiliki hubungan yang spesial. Sepertinya iya karena Angga terlihat senang melihatnya, entah kenapa dadaku rasanya sesak padahal aku tidak memiliki penyakit asma. Saat masuk kelas rupanya semua Teman sekelasku sudah melihat kedatangan Natalie, dan semuanya kagum kecuali Nina dan Lisa, karena Lisa menyukai Angga.
"Wah siapa Siswi itu, aku harap dia di tempatkan di kelas ini," ucap Dodi kagum.
"Iya kalau dia ada di kelas ini aku tidak akan bolos lagi," timpal Rio.
"Apa hebatnya dia," celetuk Lisa.
"Iya masih cantikkan juga kamu," timpal Nina sambil melihat Lisa.
Mereka memang pasangan yang serasi, keduanya sama-sama banyak yang mengagumiku. Untung aku belum mengatakan perasaanku, kalau saja tadi aku sempat memberitaku Angga aku akan malu seumur hidupku. Entah apa yang ada di kepalaku bagaimana bisa-bisanya aku akan mengutarakan hatiku, melihat mukaku saja terkadang aku malas apalagi orang lain.
"Anak-anak sediakan kertas selembar, karena hari ini kita akan ulangan," aku tidak menyadari kapan Bu Rina masuk kelas.
"Tapi Bu saya belum belajar," ucap Rio.
"Siapa suruh belum belajar," ucap Bu Rina ketus.
Aku tidak yakin kali ini nilaiku akan bagus, karena kemarin aku tidak fokus menghafal pelajarannya. Pada saat kami akan memulai ulangan, datang Pak Guru dan meninta waktu sebentar, dan sepertinya dia bersama seseorang. Dan tampaknya aku tahu itu siapa, dan benar itu Natalie, sepertinya dia akan satu kelas denganku.
"Silakan masuk Pak," Bu Rina mempersilakan mereka untuk masuk.
"Anak-anak kita kedatangan Murid baru, dan dia akan satu kelas dengan kalian, silakan perkenalkan diri kamu," ucap Pak Guru kepada Dea.
"Hai Teman-teman perkenalkan nama saya Dea, semoga kita bisa berteman akrab," ucapnya dengan senyuman yang sangat manis.
"Akhirnya doaku terkabul," ucap Rio.
"Akhirnya di kelas ini ada Bidadari," ucap Dodi.
Dea hanya tersenyum mendengar semua pujian itu, Bu Rina mempersilakan Natali untuk menempati kursi yang kosong. Dan kebetulan di sampingku ada kursi yang kosong, dia langsung duduk di kursi sampingku.
"Baiklah kalu begitu saya permisi Bu," Pak Guru pergi setelah Natalie sudah dapat tempat duduk.
Dea tersenyum dan menyapaku dengan ramah, aku hanya tersenyum kepadanya. Kenapa dia harus satu kelas denganku, dia pasti akan sering bertemu dengan Angga. Dan aku akan sering melihat kebersamaan mereka, aku semakin tidak fokus, tapi aku harus fokus karena kalau tidak nilaiku akan jelek. Aku hanya mempunyai nilai-nilai yang bagus, Natalie mengikuti ulangan hari ini. Dan dia tampak tenang saat mengerjakan tugas itu, lalu aku melihat Angga melewati kelasku dan dia sempat melihat ke dalam sambil tersenyum, dan sudah pasti dia melihat Natalie.
"Waktunya 10 menit lagi ya Anak-anak," Bu Rina melihat jam tangannya.
"Aduh 10 menit lagi dan masih banyak yang belum aku kerjakan," Lisa panik.
Untungnya aku sudah selesai, setelah waktu habis Bu Rina menyuruh untuk mengumpulkan lembar jawaban kami. Saat Natalie maju ke depan untuk menyimpan jawabannya, semua laki-laki menyapanya ingin berkenalan. Dia hanya tersenyum ramah, dan saat jam istirahat Angga datang, dia menghampiri Natali yang membuat semua orang kaget dan menerka-nerka hubungan mereka. Dea mengajakku untuk ke kanti bersama mereka, tapi aku menolak karena memang sekarang aku tidak pernah ke kantin karena aku selalu membawa bekal diet yang sudah Mamah siapkan.
"Sudah ikut saja," ucap Angga.
"Ah tidak usah, aku akan di sini saja," jawabku tidak berani menatap Angga.
"Baiklah kalau begitu ayo De, kamu pasti lapar," ajak Angga.
Angga memanggil nama Dea seperti sudah akrab, sepertinya benar mereka hubungan mereka sangat dekat.