Chereads / Nanairo no Tenmondai / 七色 の 天文台 [Re-Published] / Chapter 52 - Chapter 4: Dia yang Tahu Sebuah Rahasia

Chapter 52 - Chapter 4: Dia yang Tahu Sebuah Rahasia

Estella dan Sylvinane pun berangkat menuju ke sistem bintang Vaala. Sesampainya di sana ...

"Sylviane, bisa tolong nyalakan navigasi otomatisnya?" tanya Estella.

"..." Sylviane tidak menjawab sepatah kata pun.

Estella lalu menepuk bahu Sylviane dan berkata,"Sylviane, ada apa?"

"Kenapa? Tadi kamu bilang apa? Maaf aku tidak mendengarkan," balas Sylviane.

"Kubilang, bisa tolong nyalakan navigasi otomatisnya?" kata Estella.

"Tentu," balas Sylviane yang kemudian menyalakan sistem navigasi otomatis pada spaceship nya.

"Sebentar lagi kita akan melandas. Aku akan menghubungi pusat komunikasi planet Kitra. Sylviane, tolong jaga navigasi nya agar tidak terputus ya," kata Estella.

"Ya," balas Sylviane.

Spaceship yang mereka berdua kendarai perlahan-lahan masuk ke orbit planet Kitra. Anehnya, pusat komunikasi tidak menjawab saat Estella mengubunginya. Namun karena tidak mau membuang waktu lebih banyak lagi, Estella memutuskan untuk tetap melandaskan spaceship miliknya. Pada awalnya Estella menduga bahwa sedang terjadi perang di planet tersebut, tetapi dugaannya terbukti salah saat spaceship melandas.

"Kamu yakin orangtua ibumu ada di planet ini? Sepertinya ini bukan daerah republik lho," kata Estella.

"Ibuku tidak mungkin salah memberi informasi, Estella. Dia pasti ada di planet ini," balas Sylviane.

"Ya sudahlah. Lebih baik kita turun saja," kata Estella.

Saat keduanya keluar dari spaceship, mereka disambut oleh seorang pemuda yang berusia sekitar dua puluh tahun.

"Selamat siang, perkenalkan namaku Hans. Kalian pasti Estella Seisshara dan Sylviane Agnisa. Apakah kalian baru saja datang dari daerah republik?" tanya Hans.

"Ya. Itu benar," jawab Sylviane.

"Kalau begitu ikut aku. Tempat ini merupakan daerah persatuan dagang. Kalian bisa ditangkap jika tidak memiliki lencana persatuan dagang," kata Hans.

"Tunggu, kenapa kita harus percaya denganmu?" tanya Estella.

"Karena aku adalah perwakilan dari republik di planet ini. Kalian bisa lihat dari lencana yang kupakai," jawab Hans.

"Hmm ... Kau sepertinya tak berbohong. Tetapi, bagaimana cara kamu mengetahui indentitas kami?" tanya Estella.

"Tentu saja aku mengenal kalian. Nenek dari Sylviane adalah mantan presiden di sini. Paling tidak sebelum planet Kitra memiliki dua sistem pemerintahan. Dia banyak memberitahuku tentang kalian," jawab Hans.

"Hmm ... Bisa antarkan kami ke rumah nenekku?" tanya Sylviane.

"Lho kok kita malah ke sana?" tanya Estella.

"Kamu disuruh untuk mencari orangtua ibuku, kan? Logikanya begini. Jika dia adalah orangtua ibuku, maka dia adalah nenekku, kan?" jawab Sylviane.

"Oh ya. Ada benarnya juga," balas Estella.

"Mari kita berangkat," ajak Hans.

Setelah mengajak Estella dan Sylviane, Hans mengambil kunci dari tas kecil yang dibawanya dan menyalakan sebuah kendaraan yang sudah terparkir di depan area lepas landas. Mereka bertiga kemudian menuju ke sebuah stasiun. Hans mengatakan bahwa untuk sampai ke daerah republik, mereka perlu menempuh perjalanan dengan kereta selama sekitar sepuluh menit. Saat sudah berada di dalam kereta, Sylviane menghilang entah ke mana. Karena Estella malas untuk mencarinya, ia menghampiri Hans dan mengajaknya mengobrol. Dalam pembicaraan, Estella menanyakan tentang latar belakang Hans, yang ia kemudian balas dengan cerita singkat.

Sejak kecil, Hans sudah mengenal Lyla, yang merupakan orangtua Elvie karena ia dititipkan kepadanya saat masih berusia lima tahun. Sejak saat itu, Hans belajar banyak darinya. Lyla juga lah yang membiayai seluruh biaya pendidikan Hans selama ia mengasuhnya. Saat berusia sekitar 16 tahun, Lyla memberitahukan bahwa orangtua Hans sedang berada di planet lain untuk bekerja dan tidak akan kembali. Alih-alih memutuskan untuk pergi menemui orangtuanya, Hans lebih memilih untuk bekerja membantu Lyla.

"Jadi kamu bekerja untuknya selama empat tahun?" tanya Estella.

"Ya," jawab Hans.

"Membosankan sekali. Kalau aku sih tidak bakal tahan bekerja di satu tempat saja," balas Estella.

"Hidupmu sepertinya menyenangkan ya, bisa pergi ke mana saja," kata Hans.

"Kamu salah. Sebenarnya aku tidak se bahagia yang kau bayangkan, apalagi belakangan ini," balas Estella.

"Maksudnya?" tanya Hans.

"Panjang ceritanya, apakah kamu tetap mau mendengarkannya?" balas Estella.

"Tentu saja," jawab Hans.

"Saat aku masih kecil, memang aku hidup berkecukupan. Semua yang aku inginkan bisa dengan mudah kudapatkan. Tetapi, itu semua berubah 180 derajat ketika aku berusia 17 tahun," ujar Estella.

"Lalu apa yang terjadi?" tanya Hans.

"Sebuah perang besar antara pihak kerajaan dan pasukan pemberontak terjadi di kota tempat tinggalku. Karena peperangan yang terjadi selama berhari-hari, keluargaku terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Tetapi dalam perjalanan ... Kedua orangtuaku tidak berhasil mencapai tujuan," jawab Estella.

"Sejak saat itu kamu sendirian?" tanya Hans.

"Aku berhasil melarikan diri bersama temanku ke daerah pemerintahan otokrasi. Di sana, aku bergabung menjadi ahli strategi dan komandan infanteri. Itu adalah masa-masa yang sulit," jawab Estella.

"Mengapa?" tanya Hans.

"Yah seperti yang biasanya orag bayangkan. Banyak ... peperangan ... dan juga aku harus kehilangan banyak teman seangkatan," jawab Estella.

"Lalu bagaimana cara kamu bisa melepaskan diri dari situasi itu?" tanya Hans.

"Aku dan temanku dipromosikan menjadi komandan pertempuran angkasa. Sejak saat itu, kami bekerja bersama untuk waktu yang sangat lama. Namun entah mengapa, aku memiliki firasat yang buruk. Benar saja, ternyata temanku sudah merencanakan aksi jahat padaku. Saat aku selesai menghadiri sebuah rapat, dia dan beberapa orang yang ia bayar memfitnahku. Mereka menuduhku telah merampas aset berharga milik negara. Aku panik saat itu dan langsung berusaha untuk melarikan diri, karena aku tahu sesuatu yang mengerikan akan terjadi apabila aku tetap berada di sana. Walaupun begitu, mereka tidak membiarkan aku pergi begitu saja. Aku terlibat perkelahian dengan mereka," jawab Estella.

"Dan karena itu matamu terluka?" tanya Hans.

"Ya, mereka melukaiku dengan niat agar aku tidak bisa melarikan diri. Namun karena kebetulan aku juga sedang membawa senjata, aku bisa melakukan perlawanan dan melarikan diri," jawab Estella.

"Lalu setelahnya?" tanya Hans.

"Aku mencari perlindungan di daerah republik. Kebetulan saat itu mereka menerima pengungsi di salah satu planetnya. Setelah beberapa bulan di sana, aku bertemu dengan guruku yang saat itu sedang mencari murid untuk masuk ke sebuah akademi," jawab Estella.

"Lalu kamu terpilih dan mendaftar di sana?" tanya Hans.

"Ya. Dia membawaku ke Akademi Cryllis, sebuah pusat pendidikan di bumi," jawab Estella.

Estella kemudian mengambil ponsel miliknya dan menunjukkan beberapa foto pada Hans.

"Sejak saat itu aku terlibat dalam banyak penelitian bersama Sylviane. Dia adalah orang yang sangat terpercaya. Aku bersyukur karena bisa mengenalnya," kata Estella.

"Setelah banyak proyek selesai, guruku memulai sebuah proyek untuk meneliti Dimension Gate," kata Estella lagi.

"Tempat yang katanya gerbang ke dunia lain itu? Apa dia berhasil?" tanya Hans.

"Ya, itu benar. Namun, dia hilang saat akan kembali ke akademi," jawab Estella.

"Aku turut berdukacita padamu," balas Hans.

"Ya sudahlah, itu juga sudah menjadi masa lalu. Akan menjadi beban jika terus dipikirkan," kata Estella.

"Oh ya soal matamu, boleh aku lihat?" tanya Hans.

"Untuk apa? Aku yakin kamu pasti akan terganggu jika melihatnya," jawab Estella.

"Apakah kamu keberatan?" tanya Hans.

"Ya," jawab Estella.

"Aku berjanji tidak akan jijik ataupun berkomentar negatif," kata Hans.

Mendengar perkataan Hans, Estella kemudian sedikit merapikan rambutnya dan mata sebelah kiri nya pun terlihat. Ada beberapa goresan di sekitar matanya.

"Apa kamu bisa melihat dengan normal?" tanya Hans.

"Tidak. Penglihatan mata kiriku agak buram," jawab Estella.

"Tetapi menurutku, kamu cantik kok. Bukan hanya fisikmu, namun juga kepribadianmu. Kamu adalah orang yang tangguh dan peduli dengan orang lain," kata Hans.

"Terima kasih atas pujiannya. Tetapi, aku tak sebaik yang kamu pikirkan lho," balas Estella.

"Paling tidak aku melihatnya seperti itu," kata Hans.

"Kamu bisa saja," balas Estella.

Tiba-tiba, Sylviane datang dan berkata,"Sudah dulu ya pendekatannya. Kereta kita sudah mau sampai. Siapkan barang-barang kalian."

"Ya sebentar," balas Estella.

Kereta lalu sampai di sebuah stasiun yang cukup besar, letaknya di pusat pemerintahan Kota Kitra. Stasiun tersebut cukup besar untuk membuat Estella kagum sesaat dan ingin mengeksplorasinya, tetapi Sylviane memintanya untuk tidak melakukannya. Hans kemudian mengajak keduanya menuju ke sebuah perumahan agak kumuh yang terletak di pinggiran kota, membuat Estella sedikit curiga pada Hans.

"Apa benar lokasinya di sini?" tanya Estella.

"Ya. Pasti kamu bertanya-tanya kan mengapa aku mengantar kalian ke tempat kumuh ini? Orang yang kamu cari memang tinggal di daerah sini. Beliau memang sudah sejak dahulu tidak ingin tinggal di tempat yang mewah. Beliau juga menyumbangkan sebagian besar penghasilannya kepada masyarakat sekitar," jawab Hans.

Setelah berjalan beberapa menit, ketiganya sampai di kediaman Lyla. Mereka langsung disambut oleh Lyla begitu mereka mengetuk pintu rumahnya. Sylviane yang rindu dengan neneknya itu langsung memeluknya. Ketiganya lalu dipersilahkan untuk masuk. Estella lalu menjelaskan maksud kedatangannya ke sana yang ingin mencari tahu tentang keberadaan orangtuanya. Namun, apa yang dikatakan oleh Lyla membuat Estella menjadi sedikit sedih.

"Maafkan aku, Estella. Orangtuamu sudah tiada. Mereka pernah tinggal di planet ini, namun mereka sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Dari kabar yang kudapat, mereka meninggal karena usia mereka yang memang sudah tua," ujar Lyla.

" ... Begitu ya ..." balas Estella. Ia tampak kecewa setelah mendengar hal itu.

"Tetapi kalau kamu mencari saudaramu, dia masih hidup. Setahuku, dia sekarang menjadi seorang pedagang suku cadang spaceship. Kalau tidak salah namanya ... Himeka Seisshara," kata Lyla.

"Himeka?" tanya Estella.

"Ya. Ini fotonya kalau kalian mau," jawab Lyla sambil menyerahkan selembar foto.

Saat melihat foto yang diberikan Lyla, Estella terdiam sesaat karena ternyata Himeka memang benar merupakan keluarganya.

Estella kemudian menyampaikan bahwa dirinya sudah bertemu dengan Himeka, namun belum memberitahunya kalau ia adalah keluarganya. Lyla kemudian menyuruh Estella kembali untuk menemui Himeka dan memberitahukan bahwa ia adalah saudaranya.

"Hans, kamu pasti sudah bosan kan bekerja di sini? Sekarang adalah kesempatanmu. Bawa spaceship milikku dan ikutlah dengan Estella," ujar Lyla yang kemudian melemparkan sebuah kunci.

"Ibu yakin?" tanya Hans.

"Tentu saja. Lagipula ini kesempatanmu untuk mencari pasangan hidupmu. Siapa tahu nanti kamu bisa menemukannya," jawab Lyla.

"Bagaimana denganmu?" tanya Hans.

"Aku akan baik-baik saja. Lagipula, masa kejayaanku telah berakhir. Sekarang semuanya kuserahkan padamu," jawab Lyla.

"Terima kasih," balas Hans.

Setelah saling berpamitan, Estella, Hans, dan Sylviane lalu pergi dari rumah Lyla. Namun saat akan menuju ke stasiun, Sylviane memanggil Estella dan menyampaikan sesuatu yang membuat Estella terheran-heran.

"Estella, ada sesuatu yang harus aku sampaikan padamu," kata Sylviane.

"Ya. Ada apa?" tanya Estella.

"Tentang penelitian kita ... Maaf aku tidak bisa melanjutkannya," jawab Sylviane.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," kata Estella.

"Seperti yang kubilang tadi. Aku tidak akan melanjutkan penelitian Dimension Gate," balas Sylviane.

"Kenapa? Apa kamu ingin membuang semua hasil usaha yang telah kita lakukan?" tanya Estella.

"Tidak. Hanya saja aku merasa penelitian itu ... berbahaya. Lagipula, adikku Ayana akan menikah sebentar lagi. Aku ingin menghadiri pernikahan itu," jawab Sylviane.

"Hah? Apa kamu tidak bisa kembali melanjutkan penelitian setelah menghadiri pernikahan adikmu?" tanya Estella.

"Maafkan aku, Estella. Aku tidak bisa. Ayana juga sudah memintaku untuk merawat anaknya jika sudah lahir nanti. Kuharap kamu mengerti dengan keputusan yang kubuat," jawab Sylviane.

"Jadi kamu ingin meninggalkanku begitu saja?" tanya Estella.

"Estella, aku ingin melanjutkan semuanya tanpa tekanan dari pemerintahan ... dan tanpamu. Aku minta maaf," jawab Sylviane.

"Baiklah, aku mengerti. Sampai jumpa lagi di kesempatan berikutnya," kata Estella.

Sylviane kemudian berjalan kembali menuju ke kediaman Lyla. Di sisi lain, Estella dan Hans kembali ke spaceship mereka masing-masing.

"Hans, kamu siap untuk berangkat?" tanya Estella.

"Pastinya," jawab Hans.

Estella dan Hans lalu sama-sama menyalakan akselerator pada spaceship mereka masing-masing untuk menuju ke tempat Himeka dan yang lainnya berada. Di sisi lain ...