Bertepatan dengan ulang Tahun Ayana, Retina Park diliburkan pada hari itu. Tepat pada hari itu juga, Jordan berencana untuk melamar Ayana. Ia sudah menyampaikan ke Ayana sebelumnya bahwa ia ingin bertemu dengannya di sebuah kafe di depan Retina Park. untuk melakukan lamaran. Ayana berkata bahwa ia akan mengundang kakaknya juga.
"Ahirnya hari ini tiba juga," pikir Jordan. Ia sudah berpakaian rapi dan bersiap untuk pergi ke kafe.
Tak lama setelah ia membuka pintu ...
"Lihat itu, ada yang sudah rapi. Mau ke mana?" tanya Arina. Ia terlihat sedang duduk-duduk di teras asramanya.
"Mau lamaran," jawab Jordan.
Arina tampak terkejut. Wajahnya tampak sedih untuk sesaat.
"Arina? Ada apa?" tanya Jordan.
"Ah tidak ada apa-apa kok. Kamu sudah membeli sebuah cincin belum?" tanya Arina.
"Oh ya, aku lupa. Bagaimana ini," jawab Jordan. Ia mulai panik pada saat itu.
"Tuh kan, kamu ini memang sifat pelupa nya belum hilang juga. Ya sudah, tunggu di sini sebentar. Aku akan antar kamu ke toko perhiasan. Siapkan saja uangnya," ujar Arina.
"Maaf merepotkan," balas Jordan.
Arina kemudian masuk ke dalam asramanya untuk berganti pakaian. Beberapa saat kemudian, ia keluar dengan memakai pakaian yang sangat bagus.
"Kukira kamu hanya akan mengantarku. Kok pakai pakaiannya seperti akan mengikuti resepsi?" tanya Jordan.
"Yah ... Yah ... Ternyata aku juga diundang oleh Ayana. Aku baru saja mengecek ponselku," jawab Arina sambil menunjukkan sebuah pesan pada ponselnya.
"Oh," balas Jordan.
" Sudahlah, lebih baik kita berangkat sekarang," ucap Arina.
Jordan dan Arina kemudian berjalan menuju ke pusat perbelanjaan untuk membeli sebuah cincin. Ketika sudah selesai, mereka langsung menuju ke Stasiun Tanah Merah untuk pergi ke Stasiun Retina Park. Dari sana, mereka menuju ke kafe tempat lamaran akan berlangsung.
" ... " Arina tak berkata apapun selama perjalanan.
"Hei Arina. Tumben sekali kamu diam saja selama perjalanan. Biasanya kamu kan cerewet sekali," ucap Jordan.
"Maksudmu?" tanya Arina.
"Kamu kan biasanya senang mengobrol," jawab Jordan.
"Kamu mengharapkan untuk mengobrol ketika kamu sedang menyakiti hati seseorang? Kamu bahkan belum menolak pernyataan cintaku dan sekarang kamu akan melamar seseorang?" ucap Arina.
Jordan terkejut ketika mendengar perkataan Arina. Selama ini dia lupa bahwa dirinya sama sekali belum menanggapi perasaan Arina. Ia tiba-tiba merasa bersalah. Namun, ia mencoba untuk melupakannya untuk sementara.
"Maafkan aku," ucap Jordan.
"Yah sudah lupakan saja. Aku tidak mau membahas ini. Paling tidak, jangan di saat-saat temanku akan berbahagia," balas Arina.
Mendengar perkataan Arina yang terlihat sangat serius itu, Jordan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Perjalanan saat itu menjadi tidak menyenangkan bagi Jordan. Ia menyesal dengan perbuatannya.
Sementara itu ...
"Di sini ya tempatnya ..." ucap Sylviane sambil melihat peta ponselnya. Ia kemudian berjalan mendekati Retina Park.
"Ya, kurasa benar," balas Nico.
"Hmph. Kalau bukan karena kamu adalah tunangan Ayana yang dipilihkan oleh ibuku, aku tidak sudi mengantarmu ke sini," ucap Sylviane.
"Hahaha, apa masalahmu? Kau hanya bawahan," balas Nico.
"Aku tidak percaya ini. Bagaimana bisa Estella sempat memperkerjakan orang yang akhirnya mengambil setengah dari hartanya dengan cara menipu," ujar Sylviane.
"Sudahlah. Kau membuang-buang waktuku. Lebih baik kita segera ke sana," balas Nico.
"Terserah kau saja deh," ucap Sylviane.
Sylviane dan Nico kemudian masuk ke kafe tempat lamaran akan berlangsung.
"Nico? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ayana. Wajahnya tampak bingung dan kesal.
"Apa yang kulakukan di sini? Tentu saja aku akan melamarmu. Ibumu yang memilihku sebagai calon tunanganmu," jawab Nico.
"Tetapi kan ibu sudah berjanji bahwa jika aku mendapatkan calonku sendiri, maka pertunangan yang direncanakan akan dibatalkan," ucap Ayana.
"Sylviane, apakah semua ini rencanamu?" tanya Ayana pada Sylviane.
"Bukan. Ini semua perintah ibumu. Aku sebenarnya juga tidak menyukainya, namun aku tidak bisa begitu saja menentang ibu," jawab Sylviane.
"Aku tidak percaya semua ini," balas Ayana.
"Kalau begitu. Aku akan berikan waktu kalian untuk berdua saja. Aku akan pergi berkeliling sebentar," ucap Sylviane. Ia kemudian keluar dari kafe.
"Nico, aku tidak mau bertunangan denganmu apalagi sampai menikah denganmu. Lihat, aku sudah punya calonku sendiri," ucap Ayana pada Nico.
"Kita lihat saja nanti," balas Nico.
Di sisi lain ...
"Sepertinya ada keributan di dalam," ucap Arina.
"Benar juga. Kira-kira apa yang terjadi ya?" balas Jordan. Ia kemudian masuk ke dalam kafe, sedangkan Arina tetap menunggu di luar.
Ketika Jordan masuk, Jordan melihat sesuatu yang sangat membuat dirinya kesal bercampur sedih. Ia melihat Nico sedang memeluk sekaligus mencium Ayana, sesuatu yang harusnya tidak boleh ia lakukan. Dalam sekejap, ia bingung harus melakukan apa.
"Apa yang harus kulakukan sekarang?" pikir Jordan.
Catatan:
- Jika ingin menyudahi hubungan dengan Ayana, buka Chapter 10 (Eleana): Menunggu di Tempat yang Sama
- Jika ingin tetap mempertahankan hubungan dengan Ayana, lanjutkan membaca ke Chapter 9 (Ayana): Pernyataan Isi Hati dan Akhir yang Indah