Sebuah tombak yang terbuat dari kayu menikam bagian perut Eleana. Ia tergeletak di lantai dengan darah yang terus mengalir. Wajahnya menunjukkan betapa luar biasa sakit yang dialaminya. Walaupun begitu, ia tak sedikitpun menunjukkan rasa marah ataupun dendam pada Ayana yang telah menikamnya, melainkan tetap berusaha terlihat tenang seperti sudah tahu apa yang akan terjadi.
"Apa yang kamu lakukan? Dasar pembunuh!" teriak Jordan pada Ayana.
" ... " Ayana tak menjawab sepatah kata pun.
"Bukan ... Dia ... yang bersalah ... Selamatkan dia ... Cari Estella ... Tinggalkan aku," ucap Eleana sebelum kehilangan kesadarannya.
Sebelum Jordan sempat berkata apa-apa, Ayana kembali mengarahkan tombak yang dibawanya, kali ini ke arah Jordan. Beruntung, Jordan dapat menghindarinya. Tak lama kemudian, Estella datang dengan membawa senjata kejut listrik dan menembakannya pada Ayana, membuatnya pingsan. Estella lalu menghampiri Eleana yang sedang terluka.
"Maafkan aku. Aku terlambat sampai di sini," ucap Estella pada Jordan.
"Apa ada yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan Eleana?" tanya Jordan. Air mata tampak mengalir dari matanya.
"Sebentar, aku akan cek terlebih dahulu apakah dia dapat diobati," jawab Estella.
...
"Sepertinya tidak bisa, dia pasti akan meninggal. Luka yang diterimanya sangat fatal," ujar Estella. Seketika, Jordan tampak terkejut karena ia akan kehilangan seseorang yang berarti baginya untuk kedua kalinya.
Sementara itu, Estella terlihat menyambungkan sesuatu ke tubuh Eleana.
"Kalau begitu bagaimana dengan Ayana?" tanya Jordan.
"Nasibnya akan sama, kecuali mendapat penawarnya. Siapapun yang sudah terkena racun itu akan meninggal tak lama setelah melalui tahap pengendalian pikiran. Racun itu adalah salah satu senjata biologis yang berbahaya," jawab Estella.
Jordan terdiam, Estella lalu menanyakan sesuatu yang penting, " Apa kamu masih menyimpan permata yang kuberikan?"
"Benda rongsok itu? Ya, aku masih menyimpannya," jawab Jordan.
"Itu sebenarnya bukan benda rongsok. Benda itulah yang dapat menyelamatkan salah satu dari mereka," balas Estella.
"Maksudmu? Aku tidak paham," ujar Jordan.
"Hmmm ... Susah juga menjelaskan padamu. Yang pasti, benda tersebut adalah kunci dari salah satu laboratorium di Akademi Cryllis, tempat dulu aku melakukan penelitian saat masih bersekolah di sana," jawab Estella.
"Lalu apa hubungannya dengan mereka berdua" tanya Jordan.
"Di lab tersebut ada alat yang dapat menghidupkan kembali manusia," jawab Estella.
"Apa? Kukira alat seperti itu tak akan mungkin ada. Itu kan melawan hukum alam," sahut Jordan.
"Bukan seperti itu. Sepertinya kamu masih belum mengerti konsep dari alat itu. Dia tidak akan sepenuhnya kembali hidup, melainkan organ vitalnya akan digantikan dengan tubuh mekanik," ucap Estella.
"Jadi, dia akan menjadi cyborg ? Kalau begitu dia tidak akan mempunyai perasaan dong," ujar Jordan.
"Tidak. Kamu lihat alat ini? Aku dapat membawa sebagian tubuhnya miliknya dan akan kusambungkan ke sistem kecerdasan buatan di lab milikku. Hanya itu yang dapat kulakukan. Tetapi, aku tidak menjamin semua bagiannya akan dapat dipasangkan," balas Estella sambil menunjuk alat yang tadi ia sambungkan ke Eleana.
"Apa yang kau sambungkan ke Eleana? Benda apa itu?" tanya Jordan.
"Ini adalah life support. Benda ini dapat menopang kehidupannya, namun hanya tiga jam," jawab Estella.
"Kalau begitu, bagaimana cara kita ke sana? Akademi Cryllis itu berada sangat jauh dari sini," ucap Jordan.
"Kita harus kembali ke Retina Park. Di sana terdapat jalur kereta tersembunyi yang langsung terhubung ke Akademi Cryllis," balas Estella.
"Hah? Mana mungkin! Aku tak pernah mengetahuinya selama bekerja di sana," bantah Jordan.
"Ya tentu saja kamu tak tahu. Eleana pasti merahasiakannya. Jalur tersebut hanya digunakan dalam keadaan darurat," ujar Estella.
"Baiklah. Lebih baik sekarang kita cepat ke Retina Park," balas Jordan.
"Kalau begitu, bantu aku membawa Eleana ke mobilku," ucap Estella.
Estella dan Jordan bersama-sama membawa Eleana ke sebuah mobil yang sudah terparkir di depan apartemen. Estella lalu mengemudikan mobil miliknya dengan kecepatan penuh. Di jalan ...
"Hei, pelankan kecepatannya. Kalau secepat ini malah kita yang bisa meninggal duluan," ujar Jordan.
"Tenang saja, kau tak sendirian bila celaka," balas Estella dengan nada bercanda. Ia tak sedikitpun memperlambat kecepatan mobilnya.
"Pengemudi macam apa kau? Aku tidak percaya bahwa kau memiliki surat izin mengemudi," ujar Jordan.
"Itu hanya surat. Apa gunanya sepotong kertas itu di era eksplorasi angkasa? Itu hanya formalitas," balas Estella.
"Terserah deh," ujar Jordan.
"Oh ya, kita sudah hampir sampai," balas Estella.
Mereka bertiga akhirnya sampai di pintu gerbang Retina Park. Di sana, terlihat Arina sedang duduk di tempat pengecekan tiket. Jordan pun memanggilnya.
"Arina!" panggil Jordan.
"Jordan? Apa yang terjadi?" tanya Arina. Ia tampak sedikit panik.
"Nanti saja membahasnya. Sekarang bisakah kau membantuku membawa Eleana ke gedung utama?" ucap Estella memotong pembicaraan.
"Tentu," balas Arina. Ia kemudian membantu Jordan dan Estella membawa Eleana ke gedung utama.
Setelah sampai di gedung utama, Estella mengambil sebuah kunci dan membuka pintu yang tepat berada di sebelah kantor manajemen, pintu yang tak pernah dibuka oleh Jordan dan Arina sebelumnya. Di dalamnya, mereka melihat sebuah stasiun bawah tanah yang sangat canggih. Estella membawa Eleana masuk ke dalam gerbong pertama kereta yang sudah berhenti di stasiun tersebut. Ia kemudian masuk ke ruang kemudi dan menjalankan kereta menuju Akademi Cryllis.
"Kuharap Eleana dapat tertolong," ucap Arina. Wajahnya tampak sedih dan panik.
"Dia akan selamat selama kita berhasil sampai ke Akademi Cryllis tepat waktu," ujar Estella dari ruang kemudi.
Sementara itu ...
" ... "
"Hmmm ... Sepertinya racun ini pernah kulihat sebelumnya,"
"To ... long ... " ucap Ayana perlahan.
" ... " orang tersebut tersenyum.
Di sisi lain ...
Kereta yang dikemudikan oleh Estella akhirnya sampai di Akademi Cryllis. Di sana, Estella langsung membawa Eleana ke unit perawatan khusus untuk dirawat. Sementara itu, Arina dan Jordan menunggu operasi berlangsung di luar ruangan.
"Jordan, aku mau bertanya sesuatu," ucap Arina.
"Ada apa?" tanya Jordan.
"Apakah kamu bertemu dengan Ayana? Dia tadi mencarimu," ucap Arina.
Ekspresi Jordan mendadak berubah. Ia tampak sedikit gelisah.
"Ya, memangnya kenapa?" tanya Jordan.
"Aku khawatir dengannya, aku sering melihat dia menangis saat malam hari. Bagaimana keadaannya sekarang?" jawab Arina dengan pertanyaan.
" ... " Jordan tak berkata apapun.
Tak lama kemudian, Estella keluar dari ruang operasi.
"Bagaimana keadaan Eleana?" tanya Jordan.
"Tenang saja. Kondisinya akan membaik. Tetapi untuk saat ini, dia masih belum bisa kalian jenguk. Datanglah kembali besok," jawab Estella.
"Baiklah," balas Jordan.
Jordan dan Arina kemudian pergi dari Akademi Cryllis dan mencari tempat penginapan di dekat sana. Keesokan harinya, mereka pun kembali ke tempat tersebut dan mendapati Eleana telah pulih.
"Eleana, syukurlah kamu sudah pulih. Aku takut terjadi apa-apa denganmu," ucap Jordan.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Arina.
Eleana kemudian menjelaskan tentang segalanya terkait Retina Park, Nico, dan rencana busuknya kepada Arina.
"Tetapi bagaimana cara dia mendapatkan senjata biologis itu?" tanya Arina.
"Dia pernah bekerja bersama Estella. Tentu saja dia tahu tentang berbagai teknologi dan senjata yang canggih," jawab Eleana.
"Tetapi kalau hanya dicampurkan ke dalam minuman, bukankah itu sangat berbahaya?" tanya Arina.
"Memang begitulah Nico. Dia akan melakukan apapun untuk menjatuhkan musuhnya," jawab Eleana.
"Sungguh keterlaluan," balas Arina.
"Aku yakin semua yang Jordan alami juga adalah ulahnya. Aku yakin, karena perbuatannya itulah, hubunganku dengan Ayana menjadi ... retak," ujar Eleana.
Tak lama kemudian ...
"Halo semuanya," ucap Estella yang baru saja masuk.
"Hai Estella. Lama tak berjumpa. Maaf sebelumnya sampai merepotkanmu lagi," ujar Eleana.
"Tenang saja. Sebagian masalah ini adalah Tanggungjawabku. Itu semua terjadi karena sebelumnya Nico telah mencuri rancangan penelitianku. Jadi bagimana kondisimu?Apakah sudah membaik?" balas Estella.
"Ya, sudah lebih baik kok," ucap Eleana.
"Kalau begitu, aku ada satu kabar baik lagi," balas Estella.
"Apa?" tanya Eleana.
"Ayana selamat. Sylviane datang ke sana tepat waktu, seperti yang kuharapkan," jawab Estella.
"Benarkah, Baguslah kalau begitu. Aku akan merasa sangat bersalah apabila terjadi sesuatu dengannya," ujar Eleana .
"Dan satu lagi. Urusan Nico biarlah aku yang urus. Kali ini aku sudah tidak akan mengampuninya," balas Estella.
"Terima kasih," ucap Eleana.
"Jadi, kurasa sekaranglah waktu yang terbaik bagimu untuk kembali ke Retina Park. Aku yakin mereka semua merindukanmu," balas Estella.
"Yah, kurasa juga begitu," ucap Eleana.
"Selain itu, apakah kamu tertarik untuk melakukan penjelajahan luar angkasa?" tanya Estella.
"Sepertinya tidak. Aku masih ingin tetap di Retina Park saja," jawab Eleana.
"Hahaha, sudah kuduga. Kalau begitu, aku duluan ya," balas Estella yang kemudian keluar dari ruangan.
"Aku juga deh. Sudah lapar nih," ujar Arina. Ia kemudian juga ikut meninggalkan ruangan tersebut.
"Eleana. Terima kasih ya," ucap Jordan.
"Untuk apa?" tanya Jordan.
"Terima kasih karena telah mengajarkanku apa itu cinta, cara bersikap sabar, mengenai dunia, dan juga membuka kembali hatiku yang sebelumnya tertutup," jawab Jordan.
" ... " Eleana terdiam.
"Oleh karena itu, bersediakah kamu menjadi pasangan hidupku?" tanya Jordan.
Eleana tersenyum mendengar pernyataan Jordan. Ia kemudian menganggukan kepalanya dan berkata,"Ya."
Beberapa hari setelahnya, mereka pun melangsungkan pernikahannya di Retina Park. Semua yang hadir ikut bahagia karena salah satu orang yang mereka hormati kembali ke tempat tersebut dan karena ia sudah menemukan pasangan hidupnya.
Satu tahun setelahnya ...
"Halo," ucap Eleana via telepon.
"Halo Eleana. Aku punya satu kabar baik untukmu. Nico akhirnya tertangkap oleh pihak berwajib. Tolong sampaikan juga ya pada yang lainnya," ujar Estella.
"Tentu," balas Eleana.
Telepon kemudian dimatikan
"Ada apa?" tanya Arina.
"Keadilan," jawab Eleana.
(Sub Cerita: Eleana- TAMAT)