Chereads / Nanairo no Tenmondai / 七色 の 天文台 [Re-Published] / Chapter 41 - Chapter 7 (Ayana): Mentorku

Chapter 41 - Chapter 7 (Ayana): Mentorku

"Kutelepon Ayana saja deh," pikir Jordan.

...

...

...

"Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi," ucap operator via telepon.

"Kok tidak bisa dihubungi sih? Padahal kan seharusnya dia masih di Retina Park dan bisa menjawab panggilan. Apa jangan-jangan terjadi sesuatu padanya?" pikir Jordan.

"Ya sudah deh, apa boleh buat," pikir Jordan lagi.

Jordan pun melanjutkan perjalanan kembali ke asramanya dengan rasa khawatir terhadap Ayana. Pada keesokan harinya, Jordan mampir ke rumah Ayana pagi harinya sebelum pergi bekerja.

Tok ... tok ... tok ...

"Masuk saja, tidak dikunci kok," ucap Ayana dari dalam.

Jordan kemudian masuk dan menyapa Ayana," Halo Ayana, kok kemarin kutelepon tidak dijawab?"

"Dari kemarin ponsel milikku sengaja dimatikan," jawab Ayana.

"Kenapa? Di samping itu, wajahmu sepertinya agak pucat. Apakah kamu sedang ada masalah?" tanya Jordan.

"Yah biasa lah, ibuku. Dia ingin aku agar segera menikah. Sudah berkali-kali aku menolaknya, tetapi dia selalu memaksa. Bahkan dia bilang akan mencari calonnya bila aku tak menemukannya," jawab Ayana.

"Oh, ternyata seperti itu. Apakah ada yang bisa kubantu?" tanya Jordan.

Ayana menggelengkan kepalanya lalu berkata,"Tidak Jordan, kita tidak bisa berbuat apa-apa dalam situasi ini. Satu-satunya cara agar situasinya berubah adalah aku menikahi orang yang kupilih atau yang ibuku pilih," jawab Ayana.

Jordan terdiam. Ia bingung apakah ia harus menolong Ayana atau tidak.

"Mau sarapan? Kebetulan aku masak banyak hari ini," tanya Ayana.

"Tentu," jawab Jordan.

Jordan dan Ayana kemudian sarapan bersama dan berangkat bersama ke Retina Park. Di sana, Jordan, Ayana, dan Arina berkumpuk sebentar di ruang manajemen.

"Apakah laporannya sudah siap?" tanya Ayana kepada Arina.

"Ini laporannya. Selama sebulan masa liburan, Retina Park mendapatkan kenaikan pengunjung yang cukup signifikan," jawab Arina sambil menyerahkan selembar kertas yang baru ia ambil dari meja kerjanya.

"Oke, terima kasih," balas Ayana.

"Kalau begitu aku pergi ke bank dulu ya, mau mengurusi penyetoran dana," ucap Arina.

Tak lama setelah mengambil tas miliknya, Arina pun pergi.

Ayana duduk di kursinya. Ia lalu berkata,"Akhirnya masa-masa sulitnya selesai juga."

"Betul sekali, sekarang hanya tinggal mengurusi pembagian keuntungan dan perawatan fasilitas ke depannya," balas Jordan.

"Kalau Retina Park sejak awal selalu seperti ini pasti enak," ucap Ayana.

"Ayana, boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Jordan.

"Menanyakan apa?" balas Ayana.

"Aku jadi penasaran dengan kehidupan pribadimu. Boleh aku mengetahui tentang masa lalumu?" tanya Jordan.

"Masa laluku? Masa lalu yang seperti apa?" tanya Ayana. Ia terlihat bingung saat mendengarnya.

"Tentang sekolahmu, sahabatmu, pokoknya hal-hal yang menyangkut masa mudamu," jawab Jordan.

"Hehehe, sekarang juga kan aku masih muda," balas Ayana.

"Oh ayolah," ucap Jordan.

Ekspresi Ayana berubah mendadak menjadi agak terganggu, namun perubahan tersebut tidak begitu terlihat. Walaupun begitu, Jordan tetap menyadarinya.

"Akan aku ceritakan kalau kamu menemaniku nonton film di bioskop nanti malam," ucap Ayana.

"Hmm ... Baiklah," balas Jordan.

"Sekarang aku mau berkeliling dulu. Bosan kalau terus di sini saja," ucap Ayana.

Ayana lalu meninggalkan ruang manajemen. Pada sore harinya ...

"Jadi? Bagaimana dengan masa lalumu?" tanya Jordan. Ia dan Ayana sedang berjalan menuju bioskop dari stasiun.

"Soal sekolahku dan sejenisnya, kan?" tanya Ayana.

"Ya," jawab Jordan.

"Hmm, Sekolahku yah ... Aku dan Eleana bersekolah di Akademi Cryllis. Itu adalah tempat yang luar biasa," ucap Ayana.

"Luar biasa?" tanya Jordan.

"Tempat itu mengubah hidupku. Jujur, aku sangat menderita ketika belum masuk ke akademi tersebut," jawab Ayana.

"Menderita seperti apa?" tanya Jordan.

"Aku adalah anak kedua ibuku. Kalau biasanya anak kedua itu lebih dimanja, tetapi itu tak berlaku untukku," jawab Ayana.

"Memangnya apa yang ibumu lakukan? tanya Jordan.

"Dia sangat sering membandingkanku dengan kakakku. Yah aku tak bisa langsung begitu saja menyalahkan kelakuan ibuku maupun kakakku. Kuakui, kakakku memang jauh lebih berbakat dariku," jawab Ayana.

"Apakah kamu tahu kondisi ibumu sekarang?" tanya Jordan.

"Terakhir kali aku menghubunginya, dia sedang melakukan ekspedisi. Tetapi, aku tak mengetahui lokasinya," jawab Ayana.

"Hmmm ... Sepertinya itu cukup sulit ya. Memangnya apa pekerjaan ibumu?" tanya Jordan.

"Ibuku adalah seorang arsitek sekaligus teknisi dan arkeolog, jadi beliau sering melakukan perjalanan ke tempat lain," jawab Ayana.

Jordan lalu mengangguk tanda paham lalu berkata," Kalau sekolahmu?"

"Oh itu, aku masuk ke Akademi Cryllis dan saat itu bertemu dengan Eleana. Seingatku, dia sekelas denganku selama aku bersekolah disana dari masuk sampai lulus," jawab Ayana.

"Lalu bagaimana cara kalian menjadi sahabat?" tanya Jordan.

"Bukan sahabat juga sih. Aku lebih menganggapnya sebagai mentorku," jawab Ayana.

"Mentor? Apa maksudmu?" tanya Jordan.

" Dia adalah murid yang berbakat, terutama di bidang bisnis. Setelah lulus, dia mendapat tawaran dari salah satu temannya, Nico, untuk mengelola lahan kosong yang tersisa di tengah kota. Itu adalah tempat Retina Park berdiri sekarang," jawab Ayana.

"Lalu setelahnya?" tanya Jordan.

"Dia mengajakku untuk bergabung dalam tim pengelola di sini. Awalnya aku menolak karena aku sudah mendapat pekerjaan di kota. Tetapi setelah kupikirkan, lebih baik aku menerima ajakannya, karena jika aku bekerja di kota, maka akan lebih rentan terkena penyakit," jawab Ayana.

"Hmmm, ada benarnya juga sih. Lalu apa yang terjadi setelahnya?" tanya Jordan.

"Semuanya berjalan dengan baik, sampai pada suatu hari, Eleana bertengkar dengan Nico. Aku tidak terlalu mendengar detailnya, tetapi yang kutahu itu adalah masalah cinta," jawab Ayana.

"Oh ... lebih baik aku tidak menanyakan lebih lanjut tentang hal itu," balas Jordan.

"Apakah masih ada yang ingin ditanyakan?" tanya Ayana.

"Masih. Bagaimana dengan RS Retina? Bisakah kamu menceritakan secara detail?" tanya Jordan.

"Tentu," jawab Ayana.

Ayana kemudian menceritakan tentang proses berdirinya RS Retina. Pada awalnya, Nico membuat kesepakatan dengan Eleana bahwa seperempat dari lahan kosong yang dikelola olehnya akan digunakan untuk membangun sebuah rumah sakit khusus perawatan mata, yang biayanya gratis. Alasan Eleana mendirikan rumah sakit tersebut adalah karena dirinya pernah mengalami kerusakan pada retina matanya dan kesulitan membayar biaya operasi. Nico menyetujuinya dan RS Retina pun didirikan.

"Aku mengerti sekarang. Tetapi, apa yang terjadi pada Nico sekarang?" tanya Jordan.

"Ayana berhasil mengakuisisi 100 persen saham Retina Park di tahun ketiga sehingga kepemilikan taman ini jatuh ke tangannya. Sejak saat itu, Nico sudah jarang mampir ke sini. Yang kutahu adalah dia sedang mengerjakan proyek lain saat ini," jawab Ayana.

"Wah, kemampuan dia hebat sekali sampai bisa membeli seluruh saham Retina Park hanya dalam waktu tiga tahun. Aku jadi iri dengannya," balas Jordan.

"Tetapi dia meninggalkan semuanya. Aku tidak bisa menerima hal itu. Saat ini aku mulai berpikir kalau dia mengkhianati semua yang ada di sini," ujar Ayana.

"Apa maksudmu?" tanya Jordan.

"Tak lama setelah Eleana bertengkar, dia keluar dari Retina Park. Dia pindah ke tempat yang bahkan aku tidak ketahui," jawab Ayana.

"Dia tak menjelaskan apapun kepadamu?" tanya Jordan.

"Dia hanya mengatakan kepadaku bahwa dia akan keluar dari jabatannya dan pada malam harinya, dia sudah pergi dengan menggunakan kereta. Aku sudah berulang kali menanyakan lokasinya, namun dia selalu mengelak," jawab Ayana.

"Apakah dia selalu seperti itu ketika ada masalah?" tanya Jordan.

"Tidak. Aku baru kali itu menyaksikan dia seperti itu," jawab Ayana.

"Kurasa, dia memiliki alasannya sendiri. Kita tak boleh terlebih dulu berprasangka buruk," ujar Jordan.

"Mungkin kau benar. Aku jadi tak enak karena sudah menganggapnya berkhianat," balas Ayana.

"Apakah kamu sudah coba untuk meminta maaf padanya?" tanya Jordan.

"Aku ... Tidak berani melakukannya. Aku takut dia marah padaku jika dia sampai tahu apa yang sedang kupikirkan," jawab Ayana.

"Cobalah saja dulu. Meminta maaf adalah salah satu tanda bahwa kita bisa mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan," ucap Jordan.

"Aku akan mencobanya, kalau aku sudah siap," balas Ayana.

Jordan tersenyum tanda ia puas dengan jawaban Ayana. Ia kemudian berkata,"Kalau begitu, mari kita lanjut saja jalannya. Kurasa filmnya sudah mau mulai nih."

"Tentu," ucap Ayana. Wajahnya tampak lega

Ayana dan Jordan lalu memasuki area bioskop untuk menonton film seperti yang telah direncanakan. Saat memasuki bioskop tersebut, Seseorang memanggil Ayana dari kejauhan. Ayana pun menghampirinya.

"Hai Nico, lama tak bertemu. Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya Ayana.

Tanpa disangka-sangka, Nico langsung memegang wajah Ayana lalu berkata,"Sepertinya kamu sudah tambah dewasa ya." kemuadian sedikit tertawa

Melihat kelakuan Nico, Jordan langsung menarik tangan Nico dan berkata,"Hoi, aku tahu kalau kamu bercanda, tetapi yang ini sudah keterlaluan."

Dengan memasang muka yang tampak santai, Nico membalas,"Hahaha, maaf maaf. Santai saja lah."

"Maaf saja, tetapi kurasa kamu sudah melakukan hal yang tidak sopan pada Ayana. Aku tidak bisa diam saja melihatmu berkelakuan seperti itu," ujar Jordan.

"Sudahlah Jordan, kita tinggalkan saja dia. Jangan cari ribut di tempat umum, tidak enak kalau dilihat orang lain," balas Ayana.

Jordan tampak setuju dengan perkataan Ayana dan mereka pun langsung membeli tiket kemudian masuk ke dalam bioskop untuk menonton film. Setelah selesai menonton, Jordan mengajak Ayana untuk makan malam. Setelah itu, mereka pun pulang ke asrama pekerja.

"Terima kasih ya sudah mau mengantarku. Hari ini sangat menyenangkan. Lain kali mungkin kita bisa jalan-jalan seperti ini lagi kalau ada waktu," ucap Ayana.

"Tentu. Akan aku usahakan," balas Jordan.

"Kalau begitu aku masuk dulu ya," ucap Ayana yang kemudian masuk ke dalam asramanya.

Jordan kemudian juga kembali ke asramanya. Saat akan masuk, Arina yang kebetulan sedang menyapu rumahnya mengajak Jordan mengobrol.

"Hei Jordan, bagaimana tadi kencannya dengan Ayana?" tanya Arina.

"Apaan sih, bukan kencan juga kali," jawab Jordan.

"Cih, kamu ini memang tak mengenal istilah pacaran ya, maunya langsung menikah saja," balas Arina.

"Ya dong, daripada menghabiskan waktu untuk pacaran lebih baik langsung menikah saja, lagipula aku sudah mempersiapkan konsekuensinya kok," ucap Jordan.

"Jadi bagaimana tadi?" tanya Arina.

"Seru sih, kalau Nico, kenalan Ayana tak mengganggu," jawab Jordan.

"Hah? Dia ke sana juga? Padahal tadi sudah bilang kalau akan datang ke Retina Park besok," ucap Arina.

"Tunggu, tadi dia bertemu denganmu?" tanya Jordan.

"Ya. Tadi dia ke Retina Park untuk mencari Ayana," jawab Arina.

"Hmm ... Ya sudah lah, mungkin cuma kebetulan saja," ucap Jordan.

"Aku duluan ya, sudah ngantuk nih," ucap Jordan lagi.

"Dasar pemalas," balas Arina.

Jordan kemudian masuk ke dalam asramanya. Saat itu, dia masih terusik dengan kelakuan Nico. Namun, ia berencana untuk menanyakan detailnya kepada Ayana di lain waktu. Tak terasa, tiga bulan telah berlalu. Hari-hari mereka berjalan dengan mulus tanpa adanya masalah yang berarti. Pada suatu hari, Jordan akhirnya berniat untuk melamar Ayana.