Chereads / Nanairo no Tenmondai / 七色 の 天文台 [Re-Published] / Chapter 28 - Chapter 1: Awal Tahun Ketiga

Chapter 28 - Chapter 1: Awal Tahun Ketiga

Tiga tahun sejak manusia berhasil menginjakkan kaki di Galaksi Andromeda, sebuah komet berukuran besar menghantam bumi, namun tidak sampai menghancurkan bumi. Peristiwa tersebut disebut Mystia. Peristiwa ini memberikan potensi baru bagi penguni bumi dengan tersebarnya partikel M, yaitu sebuah partikel yang menyebar di udara dan dapat memberikan kemampuan khusus bagi manusia. Kemampuan inilah yang menjadi dasar ilmu sihir modern yang sedang berkembang saat ini. Seorang ilmuwan yang bernama Elvina mendirikan sebuah laboratorium dan sebuah sekolah khusus untuk mempelajari ilmu sihir modern. Laboratorium miliknya terletak di bawah laut yang dinamakan Laboratorium Xephir. Sementara itu, sekolah sihirnya terletak di pusat kota, yang dinamai Akademi Sihir Cryllis.

Akademi ini menjadi populer pada saat itu karena lulusannya bisa langsung mendapatkan pekerjaan yang layak. Banyak murid yang mendaftar, namun hanya beberapa orang yang diterima karena memiliki keinginan yang kuat untuk memperbaiki hidup. Salah satunya adalah Rei, seorang pemuda yang mendaftar ke sekolah tersebut dengan alasan untuk mengembalikan keadaan ekonomi keluarganya yang telah hancur. Namun sebenarnya, keinginan terdalam dari hatinya adalah untuk mengejar Maya, orang yang ia suka sejak masih kecil.

Berbagai cara telah ia lakukan, mulai dari bergabung ke klub yang sama dengannya, mendekati semua temannya, bahkan berteman baik dengannya. Walaupun akhirnya dapat dekat dengan Maya, Rei harus menghadapi masalah dengan teman-teman Maya. Selama dua tahun terakhir, ia menyatakan cintanya pada kedua teman Maya, yakni Cecilia dan Camellia sebagai pelampiasan karena tidak bisa mendapatkan Maya, yang kemudian berakhir tragis. Tepat di tahun ketiga di akademi ini, Rei bertekad untuk melupakan Maya dan berbaikan dengan Cecilia dan Camellia.

Hari pertama di musim hujan, akademi memulai aktivitas belajar mengajar satu jam lebih lambat. Namun, beberapa murid datang tetap datang lebih awal demi melatih kemampuan sihir mereka, salah satunya adalah Rei. Di kelas ...

"Wah wah wah, datang pagi sekali ya," ucap Maya yang baru saja masuk ke kelas.

"Selamat Pagi, Maya," sapa Rei.

"Selamat pagi juga. Bagaimana perkembangannya?" balas Maya.

"Tidak buruk. Aku sudah bisa mengendalikan sihirku, walaupun belum maksimal," ucap Rei lagi.

Di Sekolah Sihir Cryllis, setiap murid diwajibkan untuk membuat Lynk, sebuah alat sihir yang mampu menampung kemampuan sihir para Sihir. Sihir para murid berasal dari partikel M yang terkumpul dalam Lynk tersebut. Bentuk dan wujud dari sihir berbeda-beda tiap orang karena didasarkan dari keinginan terdalam hati masing-masing pengguna. Untuk mengendalikan sihir yang dimiliki, penggunanya harus dapat berkonsentrasi untuk fokus pada permintaannya. Walaupun terlihat sangat mudah untuk menggunakannya, belum ada satu pun yang menggunakannya secara terang-terangan di sekolah.

"Jadi, mau kau apakan sihirmu?" tanya Maya penasaran.

Rei menjawab,"Entahlah. Untuk saat ini aku akan mengumpulkannya terlebih dahulu."

"Ini sudah tahun ketiga mu loh, nanti malah tidak sempat menggunakannya lagi. Lynk yang kita buat kan harus dimusnahkan saat kita lulus," ucap Maya untuk mengingatkan Rei.

"Lebih baik tidak digunakan daripada digunakan untuk hal yang tidak baik kan?" balas Rei.

"Ya ada benarnya juga sih," ucap Maya.

Di tengah pembicaraan, tiba-tiba seseorang menghampiri mereka berdua.

"Sedang bahas apa nih, sepertinya seru sekali. Ikutan dong!" ucapnya.

"Eh ternyata Laura, kukira siapa," tutur Rei.

"Sedang bahas Lynk," ujar Maya.

"Kalian sudah menggunakannya?" tanya Laura.

"Tentu saja sudah. Lynk milikku itu sangat berguna tahu. Yah walaupun kugunakan secara diam-diam di rumah sih," jawab Maya.

"Hah? Maksudnya?" tanya Laura.

"Kemampuannya adalah menghasilkan substansi cair apapun. Ya kupakai saja untuk membuat minuman," ujar Maya.

"Minuman apa?" tanya Rei.

"Air putih, jus apel, Susu, dan sejenisnya. Pokoknya semua jenis minuman yang bisa kutemukan di kantin," jawab Maya.

"Wah, bisa jadi dispenser keliling dong," tutur Laura.

Maya membalas,"Apaan sih. Tidak segitunya juga kan?"

"Oh ya, tadi kudengar dibawah ada sekelompok orang yang mau buat ulah lagi ke si genius kelas kita," ujar Laura.

"Maksudmu Elvie?" tanya Maya.

"Ya iyalah. Memangnya siapa lagi?" jawab Laura.

"Yah kalau itu sih sudah biasa, palingan juga dia lolos," ujar Maya.

Tiba-tiba ...

"Selamat pagi," sapa Elvie yang baru saja masuk ke kelas.

"Tuh kan benar apa yang kukatakan," bisik Maya pada Laura.

"Ada apaan nih, sepertinya seru sekali," ucap Elvie.

"Tidak ada apa-apa kok," balas Laura.

"Ya sudah deh kalau begitu," tutur Elvie.

20 menit yang lalu ...

"Akhirnya aku bisa bangun pagi ..." ucap Elvie sesaat setelah setelah membuka matanya.

Namun saat melihat ke arah jam dinding, Elvie kaget dan langsung berteriak,"Tunggu, aku kesiangan!"

Elvie kemudian dengan cepat mandi dan bersiap-siap. Saat akan keluar asrama, seseorang sudah menunggunya. Ia adalah Lyla, ibu kandungnya.

"Bunda? Ada apa pagi-pagi datang ke sini?" tanya Elvie.

"Bunda pinjam seragammu dong, baju seragam bunda tadi lupa dibawa," jawab Lyla.

"Seragam yang mana?" tanya Elvie kebingungan.

"Jas yang warna merah polos," jawab Lyla.

"Sebentar ya," balas Elvie.

Elvie mengambil jas merah miliknya lalu memberikannya pada ibunya. Setelah itu, mereka berdua berangkat ke sekolah dan berpisah di pintu masuk.

"Kalau begitu bunda duluan ya," ucap Lyla.

"Hati-hati di jalan. Semangat ya mengajarnya," balas Elvie.

Lyla kemudian berjalan ke arah menuju ruang guru untuk mengambil bahan mengajar. Namun saat akan memasuki ruangan tersebut, tiba-tiba...

Byur!

Dalam sekejap, pakaian Lyla pun basah terkena air yang sengaja disiram oleh beberapa orang siswa. Saat akan melihat siapa yang telah menyiramnya, terdengar percakapan singkat diantara mereka.

"Waduh, kita salah orang nih!" ucap salah satu siswa.

"Cepat-cepat kabur saja deh," balas siswa yang lain yang kemudian pergi menjauh.

Sementara itu, Lyla berdiri mengambil barang bawaannya lalu pulang kembali ke rumah.

"Ada-ada saja hari ini, aku bahkan belum masuk ke satu kelas pun," pikir Lyla.

Sementara itu di kelas ...

"Kok gurunya masih belum datang ya? Apa hari ini tidak masuk?" tanya salah satu murid.

"Tanya saja ke Elvie. Dia kan anaknya," balas Laura.

"Tadi masuk kok, mungkin ada sedikit masalah kali," ujar Elvie.

"Coba kamu panggil deh. Kamu kan ketua kelas. Sayang kalau sampai tidak ada pelajarannya," balas salah satu murid pada Elvie.

"Halah, palingan kamu cuma mau fokus ke gurunya saja, bukan ke pelajarannya. Dasar buaya darat!" umpat Laura.

"Apasih, kok gitu saja marah-marah," balas murid tersebut.

Elvie yang mendengar mereka bertengkar hanya bisa tertawa. Beberapa saat kemudian, muncul sebuah pemberitahuan dari interkom kelas," Mohon perhatian dari semua siswa dan siswi, pada hari ini pelajaran PKN ditiadakan karena guru yang mengajar sedang berhalangan. Semua siswa-siswi dipersilahkan untuk belajar mandiri ataupun beristirahat dan tetap mematuhi aturan. Terima kasih."

"Yah sayang sekali," ucap Rei.

"Aneh sekali, padahal tadi pagi ibuku masuk kok," balas Elvie.

"Mungkin sedang ada urusan mendadak kali, yah tahu sendiri ibumu itu kan diplomat," ujar Laura.

"Entahlah, aku mau tidur saja kalau begitu," balas Elvie.

Elvie lalu keluar kelas entah menuju ke mana. Di sisi lain, Rei mengajak teman sekelasnya Camellia ke luar kelas menuju sebuah lorong yang sepi. Karena penasaran, Maya dan Laura pun mengikuti mereka secara diam-diam.

"Ada apa sih sampai menyeretku ke sini?" tanya Maya.

"Sudahlah ikut saja. Ini sesuatu yang penting pokoknya," jawab Laura.

"Ada-ada saja deh," tutur Maya.

"Lihat tuh di pojok lorong. Sepertinya Rei sedang membicarakan sesuatu dengan Camellia," ujar Laura sambil menunjuk ke arah Rei dan Camellia.

"Coba kamu baca gerakan mulutnya, kan kamu sudah ahli dalam hal tersebut," cetus Laura.

"Sebentar," balas Maya sambil fokus memerhatikan keduanya.

"Apa yang dia katakan?" tanya Laura.

"Aku mau membicarakan sesuatu denganmu," ucap Maya mengikuti perkataan Rei.

Lalu Maya menirukan jawaban Camellia,"Ada apa?"

" ... " Maya terdiam.

"Ada apa, kok malah diam? Rei ngomong apa?" tanya Laura.

Ekspresi Maya mendadak berubah dari senang menjadi sedikit sedih. Raut wajahnya mulai tidak karuan. Ia lalu mengajak laura kembali ke kelas,"Kita balik ke kelas saja deh,"

"Lho kok tiba-tiba mau balik? Tadi kan kamu penasaran," balas Laura.

Tanpa menjawab pertanyaan Laura, Maya kembali ke kelas. Laura yang saat itu tidak tahu apa-apa menarik tangan Maya. Saat Maya menoleh ke belakang, Laura melihat air mata keluar dari wajah Maya. Ia pun melepaskan tangan Maya dan membiarkannya berlari entah ke mana.

"Sepertinya ini urusan percintaan deh. Lebih baik aku tidak ikut campur. Bisa-bisa bumi terbelah dua kalau aku salah ucap," pikir Laura.

Sementara itu ...

"Tapi aku masih cinta padamu. Kembalilah," ujar Rei.

Dalam beberapa saat, tak ada satupun dari mereka berbicara. Dengan suara pelan, Camellia pun akhirnya memulai pembicaraan.

"Maaf ... Aku tidak mau merasakan sakit untuk kedua kalinya. Kita sudah berpisah," balas Camellia.

"Tapi kenapa harus berpisah?" tanya Rei.

"Kurasa, cinta tak datang padaku. Aku tidak bisa bersamamu. Kita tak ditakdirkan bersama. Kita sebaiknya berteman seperti dulu saja ya. Jujur, aku juga sayang padamu. Oleh karena itu, aku mau kamu kembali ke tujuan awalmu. Ingat kan dulu waktu kamu bilang padaku kalau kau menyukai Maya? Aku sepertinya terlalu perhatian padamu sampai kamu salah langkah karena menerima pernyataan cintaku. Aku minta maaf untuk itu," jawab Camellia sambil menepuk bahu Rei, lalu pergi.

"Kurasa memang mustahil ya, mengembalikan sesuatu yang sudah hancur. Sebenarnya aku ini kenapa sih," pikir Rei.

Dengan sedikit rasa putus asa, Rei pun kembali ke kelas.Tekadnya yang tadinya sudah bulat mendadak hancur berkeping-keping. Di sisi lain, Maya menuju ke toilet untuk mencuci muka dan menenangkan diri.

"Mengapa ini terjadi? Mengapa ia mengatakan hal itu pada Camellia? Mengapa rasanya sakit sekali saat melihat dia dekat dengan orang lain?" pikir Maya.

Tak lama kemudian, Cecilia masuk.

"Selamat pagi Maya, sedang apa kamu di sini?" sapa Cecilia

"Aku masih memikirkannya," jawab Maya.

"Maksudmu Rei?" tanya Cecilia.

"Ya," jawab Maya.

"Mari ikut denganku, kita bicarakan ini di luar," ajak Cecilia.

Cecilia dan Maya lalu berjalan ke Perpustakaan untuk mengobrol. Disana, mereka mebahas tentang masa lalu Rei dan Cecilia.

"Cecilia, dulu kamu pernah pacaran dengan Rei, kan?" tanya Maya.

"Ya, memangnya ada apa?" balas Cecilia.

"Apa kamu menyesal berpacaran dengannya?" tanya Maya.

"Hahaha, tentu saja tidak," jawab Cecilia tanpa ragu.

"Sebenarnya ada apa dengan Rei? Mengapa dua tahun ini dia berbeda dengan Rei yang kukenal?" tanya Maya.

"Begini, menurutku dia tetap orang yang sangat baik dan berarti bagiku. Kurasa, dia hanya salah langkah dalam menentukan pilihan," jawab Cecilia.

"Maksudmu? Bukankah dia membuatmu keluar dari pekerjaanmu?" tanya Maya.

"Tidak. Keluar dari pekerjaan adalah pilihanku sendiri. Sampai saat ini pun, aku tidak menyesalinya. Justru bagiku, Rei adalah seorang penyelamat. Berkat dia, aku lebih merasa bebas dari tekanan kerja. Hanya saja, saat ini aku tidak menganggapnya lebih dari teman." jawab Cecilia.

"Oh begitu, ternyata kamu memang benar-benar ikhlas ya," ucap Maya.

"Bagaimana denganmu? Aku tahu Rei sudah cinta denganmu sejak awal. Kumohon padamu, jangan sia-sia kan kesempatan. Walaupun sekarang dia masih belum yakin, tetapi suatu saat pasti kalian berdua akan menemui titik terang dari masalah ini," balas Cecilia.

"Baiklah, aku akan berusaha. Terima kasih ya sudah menjawab pertanyaanku," ucap Maya yang kemudian pergi dari perpustakaan menuju kembali ke kelas.

Pada siang harinya, Maya dan Rei berjalan bersama menuju ke klub kimia seperti biasanya. Saat sampai di ruangan klub, mereka disambut oleh kedua temannya, Mel dan Arvan.

"Wah kalian ini ya, sudah terlambat, santai, berduaan terus lagi. Nanti kubuat hubungan kalian hancur loh," ucap Arvan sambil sedikit tertawa.

"Hahaha, lucu sekali," balas Rei.

"Sudahlah, tidak baik bertengkar. Ini tugas yang harus dibuat hari ini," ucap Mel sambil menyerahkan selembar kertas.

"Oke, aku ambil peralatannya dulu ya," balas Maya.

Saat akan mengambil alat-alat di rak, seseorang mengetuk pintu.

"Masuk," ucap Rei.

Dari pintu tersebut, terlihat Elvie bersama dengan temannya Kirania, yang juga merupakan anak kepala sekolah.

"Ada apa nih, tidak biasanya kalian kesini," ucap Maya.

"Kepala sekolah memanggil Maya dan Rei sekarang ke kantornya," balas Elvie.

"Bu Elvina memanggil kami? Untuk apa?" tanya Maya.

"Entahlah. Datang saja," jawab Elvie yang kemudian meninggalkan ruangan bersama Kirania.

Maya dan Rei lalu segera menuju ke ruang ķepala sekolah. Sesampainya disana ...