Chereads / Nanairo no Tenmondai / 七色 の 天文台 [Re-Published] / Chapter 33 - Extra Chapter 1: Loncatan Waktu

Chapter 33 - Extra Chapter 1: Loncatan Waktu

Setelah lulus dari Akademi Cryllis, Rei bekerja di sebuah perusahaan dan menjabat sebagai kepala pemasaran. Saat itu, ia cukup bahagia karena pekerjaannya cukup santai dan juga ia dapat menghabiskan waktu bersama Maya. Biasanya, Rei menghabiskan waktu di bioskop bersamanya saat akhir bulan. Namun khusus untuk hari ini, Rei tidak bisa melakukannya karena ia harus bekerja lembur untuk mengejar deadline proyeknya. Di kantor ...

"Haduh, kok belum kelar-kelar ya," pikir Rei sambil mengetik sebuah dokumen di laptopnya.

"Oke daripada mengeluh, lebih baik aku kerja saja. Siapa tahu bisa kelar sebelum tengah malam," pikir Rei lagi.

Pada awalnya, Rei optimis dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Namun saat waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, masih terdapat lima buah dokumen yang harus ia selesaikan. Rekan kerjanya, Viela, akhirnya memutuskan untuk pulang karena sudah kelelahan.

"Aku pulang duluan ya. Kamu yakin masih mau lanjut? Kalau tidak sanggup biar aku yang bantu lanjutkan di rumah saja," ujar Viela menawarkan bantuan pada Rei.

"Wah ide bagus tuh. Aku minta tolong ya. Dokumennya nanti aku kirim via E-Mail," balas Rei.

"Baiklah. Jadi sekarang kamu akan pulang juga?" tanya Viela.

"Kalau itu sih sudah mustahil. Bus terakhir yang mengarah ke rumahku sudah berangkat satu jam yang lalu," jawab Rei.

"Oh ya sudah lah, apa boleh buat. Selamat istirahat," ucap Viela sambil berjalan mengarah ke luar ruangan.

Sejak saat Viela pulang, suasana kantor menjadi sangat hening karena tidak ada orang lain selain dirinya dan beberapa orang petugas keamanan yang berjaga di luar kantor. Rei lalu mengabari Maya kalau ia tidak pulang ke rumah hari itu.

"Halo Maya," ucap Rei melalui telepon.

"Ya, ada apa?" balas Maya.

"Hari ini aku ada urusan, jadi tidak bisa pulang," ujar Rei.

"Ya sudah tidak apa-apa. Yang penting jangan kerja sampai sakit ya," balas Maya.

"Tenang saja," ucap Rei.

Setelah telepon dimatikan, Rei menenggak secangkir kopi yang ia buat beberapa jam yang lalu. Kopi tersebut terasa dingin karena didiamkan di dekat jendela yang terbuka. Saat selesai menenggak kopi tersebut, Rei menaruh cangkir kopi nya di meja pojok ruangan dan terdiam sejenak. Dalam sekejap, terjadi hal yang tak masuk akal di hadapan Rei. Cangkir yang tadi baru saja ia taruh telah hilang dari hadapannya.

"Loh, cangkirnya ke mana? Tadi barusan kan aku taruh di sini," pikir Rei.

Rei lalu melihat sekelilingnya. Satu hal yang membuatnya kaget adalah saat itu ia tidak berada di kantornya, melainkan di Akademi Cryllis, tepatnya di lab. Rei awalnya merasa bahwa ia sedang bermimpi karena kelelahan. Namun setelah dipikir-pikir, mimpinya tersebut terlalu realistis. Ia pun teringat satu hal penting.

Saat masih bersekolah di Akademi Cryllis, Elvie pernah memberitahunya soal dampak penggunaan Lynk. Jika Lynk tidak pernah digunakan satu kali pun dalam tiga tahun, maka akan memberikan efek tertentu di masa depan. Oleh karena itu, Rei mengambil kesimpulan bahwa ia mengalami efek "Time Leap". Elvie pernah mengatakan bahwa efek ini terjadi karena ada sesuatu di masa lalu yang disesali oleh seseorang. Saat ia melihat tanggal di ponselnya, ia langsung tahu bahwa hari itu adalah hari di mana dia memutuskan hubungan dengan Cecilia.

"Mengapa kembali ke hari ini? Apa ada sesuatu yang aku sesali?" pikir Rei.

"Jangan-jangan ini karena dulu aku membuat Cecilia menagis dan meninggalkannya begitu saja. Kalau begitu, aku harus mencari Cecilia sekarang juga," pikir Rei lagi.

Tanpa basa-basi lagi, Rei secepat mungin mengambil tas miliknya dan berjalan menuju ke arah depan sekolah. Di sana, ia melihat Cecilia sedang menunggunya.

"Halo Rei, aku menunggumu dari tadi loh. Ada yang ingin kusampaikan padamu," ucap Cecilia.

"Aku juga. Ada yang ingin kusampaikan padamu," balas Rei.

"Silahkan duluan. Aku akan mendengarnya," ucap Cecilia.

"Kalau begitu, mari kita duduk dulu," balas Rei.

Mereka lalu duduk di sebuah bangku di depan ruang kelas yang kosong. Suasana hening ditambah suara hujan yang lebat membuat situasi sedikit menegangkan.

"Sebelumnya aku minta maaf. Saat ini aku tidak mau menyembunyikanya lagi. Aku mau jujur padamu kalau aku sebenarnya masih mencintai Maya," ujar Rei

Cecilia menundukkan kepalanya sebentar lalu berkata,"Aku tahu kok. Sepertinya waktunya sudah tiba ya."

"Waktunya?" tanya Rei.

"Aku tahu dari awal kalau kau masih mencintai Maya," jawab Cecilia.

"Lalu kenapa kamu mau menjadi pacarku?" tanya Rei.

"Itu sudah jelas kan. Aku tak mau melihatmu terus-terusan memikirkan masalahmu dengan Maya. Aku tidak mau kamu sampai stres, apalagi sampai prestasimu turun. Tapi ya begitulah. Semua pasti ada akhirnya, cepat atau lambat," jawab Cecilia.

"Apa kamu menyesal dengan pilihanmu?" tanya Rei.

"Aku tidak menyesal sama sekali, aku ikhlas membantumu," jawab Cecilia.

"Jadi, apakah kita tetap bisa berteman?" tanya Rei.

"Tentu saja. Namun, aku yakin pasti ada sedikit perbedaan. Tetapi, aku yakin kita tetap bisa akrab kok," jawab Cecilia.

"Apa kamu tidak akan menangis?" tanya Rei.

"Entahlah. Mungkin aku akan menangis di tengah derasnya hujan agar tangisanku dapet tersamarkan," jawab Cecilia.

"Kamu ini ya, di situasi seperti ini masih saja bisa bercanda. Tak apa kalau ingin menangis, aku akan ada untukmu," balas Rei.

Tak lama kemudian, Cecilia memeluk Rei dan menangis dengan sangat keras. Rei sedikit merasa sedih dan disisi lain merasa lega karena ia tak lagi menyesal karena telah menolak dan meninggalkan Cecilia pada hari itu. Saat Rei memejamkan matanya sebentar dan membukanya lagi, ia mendadak sudah berada di rumahnya. Ia langsung mengambil ponselnya untuk melihat tanggal dan waktu. Saat dilihat, ternyata ia sudah kembali ke waktu yang benar.

"Rei? Kamu sudah sadar?" tanya Maya yang membuat Rei kaget.

"Hah? Ada apa?" tanya Rei membalas perkataan Maya.

"Kamu kenapa? Dihipnotis?" tanya Maya lagi.

"Kok aku bisa ada di sini?" tanya Rei.

"Loh kamu tidak ingat apa-apa? Aku mengantarmu ke sini. Saat aku sedang mencari makanan di minimarket, aku melihatmu sedang berdiri sambil melamun di depan pintu masuk," jawab Maya

"Oh," balas Rei.

"Ya sudah kalau tidak ingat. Sekarang kita makan dulu yuk. Aku yakin kamu sudah lapar sehabis bekerja di kantor," ujar Maya sambil memberikan semangkuk sup dan sepiring nasi pada Rei.

"Terima kasih," balas Rei.

Pada malam itu, Rei menghabiskan waktunya memikirkan tentang bagaimana ia dapat berada di depan pintu masuk minimarket saat tengah malam. Ketika ia bertanya pada petugas keamanan keesokan harinya, petugas kemanan tersebut mengatakan bahwa Rei berlari seperti orang yang sedang dikejar sesuatu dan saat ditanya mau pergi ke mana, ia tidak menjawabnya.