Chereads / Nanairo no Tenmondai / 七色 の 天文台 [Re-Published] / Chapter 34 - Spinoff: Hari Fantastis Elvie

Chapter 34 - Spinoff: Hari Fantastis Elvie

"Mengapa semua orang sulit untuk mengerti perasaanku?"

Hidup sebagai anak seorang diplomat dan mendapatkan label "Anak Genius" menjadi gangguan tersendiri bagi Elvie. Mulai dari teman-teman yang enggan berbicara dengannya, memanfaatkannya, sampai bahkan ada yang mengucilkannya. Ayah dan ibunya sendiri terbilang cukup sibuk sehingga kurang memperhatikan Elvie. Elvie lebih memilih untuk tinggal di asrama sekolah bersama Kirania, sahabatnya. Semua berjalan secara monoton sampai suatu hari, kejadian tak terduga datang ke kehidupan Elvie.

Liburan musim kemarau tahun ini, Elvie dan Kirania berencana akan melakukan penelitian di sekolah. Elvie bangun di pagi hari dan langsung menuju kamar Kirania yang terletak di sebelah kamarnya.

"Kirania, bagun! Kau sudah janji kan mau menemaniku ke sekolah," ucap Elvie.

"Sakit lambungku sedang kambuh, aku tidak bisa ke sana sekarang. Kau ambil saja kunci ruangan lab di ruang guru. Nanti kalau sudah agak baikan aku ke sana, " balas Kirania .

"Ya sudah deh, apa boleh buat. Aku duluan ya. Penelitiannya kita undur saja deh," ujar Elvie.

"Dokumen yang kemarin kubuat tolong bawakan ke ibumu ya. Dokumennya ada di rak bagian atas," balas Kirania sambil menunjuk sebuah rak buku di dekat tempat tidurnya.

Elvie mengambil dokumen yang Kirania maksud lalu pergi ke luar kamar Kirania sambil berkata,"Cepat sembuh ya."

Elvie kemudian menuju ke sekolah untuk menyerahkan dokumen milik Kirania sekaligus mengambil barang miliknya. Saat sampai di depan ruang guru, Elvie bertemu dengan ibunya, Lyla.

"Pagi Elvie, ada apa ke sini?" tanya Lyla.

"Ini, ada berkas dari Kirania," jawab Elvie sambil memberikan dokumen tersebut.

"Terima kasih. Oh ya, ini kunci ruangan insinerasi yang kamu minta beberapa minggu yang lalu," balas Lyla sambil menyerahkan sebuah kunci.

"Terima kasih banyak bunda. Kalau begitu, aku duluan ya," ucap Elvie sambil berjalan menuju kembali ke kamarnya untuk mengambil sampah lalu pergi ke lantai atas gedung sekolah.

Sesampainya di depan ruang insinerasi, Elvie langsung membuka pintu ruangan tersebut dan membakar semua barang-barang yang tidak ia pakai sekaligus juga semua penemuannya. Saat sedang menyalakan mesin, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangan tersebut. Elvie pun membukanya.

"Ada apa?" tanya Elvie.

"Apa ruangan ini sedang dipakai?" tanya Frank, teman Elvie.

"Ya, ada apa memangnya?" tanya Elvie.

"Aku mau menggunakannya untuk membakar sesuatu," jawab Frank.

"Membakar apa?" tanya Elvie.

"Hasil ulangan dan latihan soal. Kamarku sudah penuh soalnya," jawab Frank lagi sambil menunjukkan empat tumpuk kertas yang sudah diikat rapi.

"Hah? Kita kan masih belum lulus, buat apa membuang semua itu. Kan bisa dipakai buat belajar," ujar Elvie.

"Yah bagaimana ya, nilai-nilaiku memang sudah kacau juga, jadi tak ada gunanya belajar," balas Frank.

Elvie pun berkata,"Kalau begitu tidak bisa, aku tidak mengizinkannya."

"Memangnya kamu sedang membakar apa sih? Sudah ada izin?" tanya Frank

"Aku sedang membakar kertas coretan bekas dan beberapa alat yang tak terpakai. Kalau soal izin, tentu saja aku sudah ada. Ini buktinya," jawab Elvie sambil menunjukkan surat keterangan yang akhirnya membuat Frank tak bisa menjawab lagi.

"Duh kok malah jadi murung begitu. Kamu tinggal di asrama kan? Begini saja, beritahu lokasi kamarmu. Nanti siang aku akan kesana," ujar Elvie.

"Untuk apa?" tanya Frank.

"Ya tentu saja untuk belajar. Kamu sendiri yang bilang kalau nilaimu jelek," jawab Elvie.

"Tidak usah repot-repot. Terima kasih," balas Frank.

"Sudah tidak apa-apa, lebih baik belajar bersama daripada sendiri, kalau ada yang tidak mengerti kan bisa tanya," tutur Elvie.

Frank benar-benar ingin menolak ajakan Elvie, namun pada akhirnya Frank tidak bisa menolaknya karena merasa sungkan. Pada siang harinya, Elvie pun datang ke kamar Frank yang berada di dekat pintu masuk asrama. Elvie lalu mengetuk pintu dan Frank membuka pintunya untuk mempersilakan Elvie masuk. Saat berada di kamar Frank, Elvie terkejut dengan kondisi kamar Frank.

"Ya ampun, ini masih niat hidup tidak sih? Kok kamar seperti sarang ayam," ucap Elvie.

"Maaf. Jujur aku agak malas membersihkannya," balas Frank.

"Ya sudah kalau begitu, kamu kerjakan soal latihan ini, aku akan membersihkan kamarmu," paksa Elvie.

"Ya, baiklah. Tapi apa kamu yakin ingin membersihkannya?" balas Frank lagi.

Elvie tanpa basa-basi langsung membersihkan kamar Frank sampai bersih. Sekitar tiga puluh menit kemudian, Elvie selesai membersihkan dan Frank selesai mengerjakan soal yang diberikan Elvie.

"Ini sudah selesai kujawab," ucap Frank sambil menyerahkan jawaban soal.

"Sebentar ya, aku lihat dulu," balas Elvie.

Lima menit kemudian, Elvie berkata,"Sepertinya kamu masih kurang teliti. Lihat ini, kamu salah hitung di beberapa soal yang sebenarnya kamu sudah benar," sambil menunjukkan kepada Frank jawabannya yang salah.

"Coba kamu latihan terus. Aku bantu deh kalau tidak bisa. Ini nomor teleponku," ujar Elvie sambil menuliskan nomor teleponnya di sebuah kertas.

"Terima kasih," balas Frank.

"Tidak usah ragu untuk meneleponku. Kalau begitu, aku pamit ya," ucap Elvie sambil keluar dari kamar Frank.

"Elvie lumayan peduli pada orang lain juga ya," pikir Frank.

"Aku jadi tidak enak sudah merepotkannya. Pokoknya mulai hari ini, aku akan belajar mandiri sampai mengerti semua materinya," pikir Frank lagi.

Walaupun Frank sudah bertekad dan berusaha untuk belajar secara mandiri, namun pada akhirnya Frank tetap meminta bantuan Elvie karena tidak mengerti materi yang diajarkan. Elvie dan Frank menjadi sering belajar bersama bahkan hingga larut malam. Pada suatu malam ...

"Terima kasih ya sudah mengajariku materi ini," ujar Frank.

"Sama-sama, aku senang bisa membantu," balas Elvie dengan senyuman.

Elvie kemudian membuka pintu kamar Frank untuk keluar. Tiba-tiba, Frank memanggil Elvie.

"Elvie, tunggu!" panggil Frank.

"Ada apa?" tanya Elvie.

"Apakah akhir pekan ini kamu sibuk?" balas Frank.

"Tidak juga sih. Memangnya ada apa?" tanya Elvie.

"Aku mau mengajakmu jalan-jalan. Sesekali aku mau istirahat belajar," jawab Frank.

"Boleh saja, nanti aku siapkan waktu. Tapi, mau kapan dan mau ke mana?" tanya Elvie.

"Hari Sabtu jam enam sore. Kita bertemu di depan asrama," jawab Frank.

"Baiklah. Sampai nanti," balas Elvie.

Elvie kemudian kembali ke kamarnya. Saat akan masuk, ia bertemu dengan Kirania

"Lama juga kamu pulangnya. Habis ngapain?" tanya Kirania.

"Rahasia dong," jawab Elvie.

"Hmmm ... Aneh. Ya sudahlah, yang penting jangan macam-macam," ujar Kirania sambil masuk ke kamarnya.

Setelah mendengar ucapan Kirania, Elvie pun masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Pada Sabtu pagi ...

"Elvie! Apa kau ada di dalam?" teriak Kirania sambil mengetuk pintu.

Elvie kemudian membuka pintu kamarnya dan berkata,"Ada apa?"

"Aku minta sedikit makanan dong. Pagi ini aku malas membuatnya," pinta Kirania.

Elvie lalu mengambil sejumlah uang dari kantongnya untuk diberikan pada Kirania sambil berkata," Hari ini aku tidak masak apa-apa. Beli saja bubur di depan asrama."

"Tumben tidak masak pagi-pagi. Ada apa nih?" tanya Kirania.

"Aku mau mengambil pakaian di laundry. Ini baru mau berangkat," jawab Elvie.

"Biasanya kan kamu ambil saat sore hari. Kamu ada rencana?" tanya Kirania.

"Tidak kok. Hanya malas saja jika ambil sore hari," jawab Elvie.

"Ya sudah deh. Aku duluan ya. Terima kasih uangnya," ujar Kirania.

Sore harinya sekitar pukul enam, Elvie pergi menuju ke depan asrama. Di sana, Frank sudah menunggunya.

"Maaf membuatmu lama menunggu," ucap Elvie.

"Tak apa-apa. Oh ya, kamu cocok juga memakai itu," balas Frank sambil melihat baju yang dikenakan Elvie.

"Ini adalah baju hadiah dari ibuku. Aku sudah mengenakannya sejak SMP," ujar Elvie.

"Itu artinya kamu tidak bertumbuh sejak SMP dong," balas Frank.

"Ya bukan begitu juga. Aku hanya suka modelnya dan baju ini kan masih muat juga," bantah Elvie.

"Eh tapi setelah dipikir-pikir, ada benarnya juga deh," ucap Elvie lagi.

"Kita berangkat saja yuk," ajak Frank.

"Ke mana? Jangan jauh-jauh ya," tanya Elvie.

"Dekat kok, hanya ke restoran dekat sini," jawab Frank.

Mereka berdua kemudian pergi ke sebuah restoran yang ada di dekat asrama. Sesampainya mereka di sana, keduanya langsung duduk untuk memesan makanan. Tak lama kemudian, seorang staf menghampirinya dan mencatat pesanan mereka lalu kembali ke dapur. Tiba-tiba ...

"Elvie? Kamu sedang apa disini?" tanya Kirania yang tiba-tiba datang entah dari mana.

"Loh kamu sendiri sedang apa?" tanya Elvie.

"Aku mau beli makanan lah. Kamu disini sedang pacaran ya? Enak ya bisa berduaan," jawab Kirania sambil sedikit tersenyum sinis

Frank kemudian mengirim sebuah pesan melalui telepon genggamnya, "Perasaanku tidak enak nih. Sepertinya aku merasakan hawa membunuh yang kuat darinya."

Tak disangka, Elvie langsung menunjukkan SMS dari Frank pada Kirania sambil tertawa,"Lihat nih, temanku sampai ketakutan tahu."

Melihat isi SMS Frank, Kirania langsung tertawa dan berkata,"Santai saja lah, aku memang sering seperti ini."

Setelah itu, Kirania pamit untuk kembali ke asrama,"Kalau begitu aku duluan ya, pesananku sudah siap. Semoga awet ya hubungan kalian berdua."

Setelah Kirania pulang ke asrama, Frank dan Elvie melanjutkan pembicaraan sambil menyantap makanan yang telah tersedia.

"Kamu sering kesini?" tanya Elvie.

"Tidak juga, hanya ketika ada uang saja," jawab Frank.

"Di samping itu, bagaimana dengan nilai-nilaimu? Apakah sudah lebih baik?" tanya Elvie lagi.

"Yah ada sedikit perkembagan sih, walaupun tidak seberapa. Paling tidak semua nilaiku tidak ada yang dibawah skor minimum," jawab Frank.

"Wah bagus itu, ada kemajuan. Tak sia-sia beberapa bulan ini kamu belajar terus," ujar Elvie.

"Ya juga sih ada benarnya. Tak terasa juga ya sudah hampir setengah tahun sejak aku pertama kali dekat denganmu," balas Frank.

"Oh, maksudmu saat aku sedang membuang sampah dan kamu datang?" tanya Elvie.

"Betul sekali," jawab Frank.

"Sejak saat itu, jujur saja sebenarnya aku mulai menyukaimu," ucap Frank lagi.

"Hah, apa maksudmu?" tanya Elvie.

"Ya, aku mencintaimu. Aku ingin lebih dekat denganmu," jawab Frank.

"Ayolah, jangan bercanda," ucap Elvie.

"Aku tidak bercanda," balas Frank.

"Aku sama sekali tidak mengerti. Apa yang kamu sukai dariku? Aku ini tidak semenarik yang kamu pikirkan loh," ujar Elvie.

"Tapi aku tidak bohong. Menurutku kamu itu atraktif loh," balas Frank.

"Menurutku kamu hanya kagum padaku. Sudahlah, jangan dibahas lagi sekarang ya," ucap Elvie dengan nada serius.

Frank terdiam mendengar perkataan Elvie.Elvie kemudian mengambil sejumlah uang dari dompetnya lalu memberikannya pada Frank dan pergi kembali ke asrama.

"Maaf, aku duluan. Pembicaraannya kita lanjutkan lain kali saja ya," ucap Elvie sambil berjalan ke luar.

Tiba-tiba, seseorang menghampiri Frank.

"Yah sayang sekali, kamu ditolak," ucapnya

"Kamu siapa?" tanya Frank pada orang itu.

"Namaku Lilia, teman sekelas Elvie," jawab Lilia.

"Kamu berani juga ya, menyatakan cinta pada Elvie," ucap Lilia lagi.

"Memangnya kenapa?" tanya Frank penasaran.

"Kamu tidak tahu siapa Elvie?" tanya Lilia.

"Kalau identitasnya, tentu saja aku tahu," balas Frank.

"Sekadar identitasnya saja? Coba kamu buka website pribadi milik Elvie," ujar Lilia sambil menuliskan nama website pribadi milik Elvie.

"Kuberikan juga nomor telepon Kirania, sahabatnya. Jika kamu mau meminta bantuan, hubungi saja dia," ujar Lilia lagi sambil kembali ke tempat duduknya untuk makan.

Frank pun akhirnya pulang ke asrama dengan perasaan sedih dan juga sedikit penasaran tentang identitas Elvie. Sesampainya di asrama ...

"Aku jadi semakin penasaran ada apa dengan Elvie," pikir Frank sambil mengetik nama website pribadi milik Elvie.

Saat dilihat, Frank tidak terlalu terkejut dengan fakta bahwa Elvie adalah seseorang yang kaya dan genius, yang membuatnya menjadi agak dibedakan di sekolah. Ia mendapat perlakuan berbeda dari teman dan para guru.

"Apa mungkin dia tidak nyaman karena menganggapku menyukainya karena harta atau kepintarannya saja?" pikir Frank.

"Lebih baik aku konsultasi ke sahabatnya deh," pikir Frank lagi.

Ia pun menelepon Kirania.

"Halo. Ini siapa ya?" tanya Kirania.

"Saya Frank, orang yang tadi bersama Elvie di restoran dekat asrama," jawab Frank.

"Ooo, ada apa menelepon malam-malam begini?" tanya Kirania.

"Begini, aku mau minta saran," jawab Frank.

"Saran apa?" tanya Kirania.

"Aku tadi sepertinya ditolak oleh Elvie. Kalau boleh tahu, apa alasan Elvie menolakku? Apa dia ada masalah tertentu?" balas Frank dengan pertanyaan.

"Hmmm, sepertinya masalahnya agak rumit ya. Baiklah akan aku ceritakan," ucap Kirania.

"Elvie dulunya itu sangat baik, pintar, dan mau berteman dengan siapa saja. Saat masih kecil, ia sudah menunjukkan bakat di bidang sains dan politik. Ini membuat teman-teman seumurannya mulai iri dan akhirnya menjauhinya. Sejak saat itu dia mulai ketat dalam memilih teman. Kalau soal cinta, ia juga pernah dikecewakan. Ada kakak kelasnya yang berpacaran dengannya namun akhirnya memutuskannya dengan alasan sudah tidak membutuhkan bantuannya lagi karena sudah lulus. Situasinya sangat mirip denganmu. Mungkin dia agak ragu. Saranku saja nih, coba kamu tunjukkan keseriusanmu, tetapi jangan berlebihan. Elvie tidak terlalu suka dengan orang yang memanjakannya," ujar Kirania.

"Baiklah, akan aku coba. Terima kasih atas infonya," balas Frank.

"Kalau ada masalah lagi, coba selesaikan dulu sendiri. Jika terpaksa, baru telepon aku. Sudah dulu ya, aku ada urusan," ucap Kirania yang kemudian mematikan telepon genggamnya.

"Ya, terima kasih," balas Frank.

"Kira-kira, apakah mungkin aku bisa terus bersama Elvie ya?" pikir Frank.

Sementara itu di kamar Elvie ...

"Yah begini lagi, seharusnya tadi aku tidak terbawa emosi. Cerobohnya diriku. Apa yang harus kutakan padanya kalau bertemu lagi ya," pikir Elvie sambil tiduran di kasur.

Hari demi hari berlalu dengan hubungan Frank dan Elvie yang entah bagaimana kabarnya. Frank tetap konsisten belajar demi perkembangan nilainya untuk menunjukkan bahwa nilai yang diperolehnya adalah hasil usahanya sendiri dan bukan hasil memanfaatkan kepintaran Elvie. Ia hanya sesekali meminta bantuan Elvie jika kesulitan dalam mengerjakan soal. Mereka berdua pun jadi sedikit menjauh. Elvie yang awalnya biasa-biasa saja akhirnya mulai bertanya-tanya dan bingung dengan sikap Frank.

Semua itu memuncak pada saat masa ujian akhir di sekolah. Saat pulang sekolah, Elvie pun berencana untuk mengajak Frank makan bersama sekaligus berniat untuk menyelesaikan masalah mereka berdua.

"Hei Frank, kita makan di restoran yuk. Sekarang ada diskon loh," ajak Elvie.

"Maaf, sepertinya tidak bisa. Aku sedang ada urusan. Nanti deh aku kabari jika aku bisa," balas Frank.

"Oh, kalau begitu maaf sudah mengganggu," ucap Elvie dengan nada kecewa dan sedih.

Elvie lalu diam-diam mengikuti Frank sampai ke asrama. Sesampainya di asrama, ia berpikir, "Orang macam apa aku ini, malah mengikutinya sampai ke rumah?"

Ternyata, Frank langsung menuju ke kamarnya dengan membawa beberapa buku referensi sepulang sekolah, tidak seperti dugaan Elvie yang menyatakan bahwa Frank akan pergi ke tempat lain. Elvie pun merasa tidak enak hati karena sudah menguntit dan berprasangka buruk pada Frank.

"Ya sudahlah, lebih baik aku tanya-tanya ke Kirania. Mungkin saja kan dia tahu alasan Frank tiba-tiba berubah," pikir Elvie.

Sore harinya, Elvie pergi menuju ke tempat Kirania.

"Kirania, boleh aku masuk?" tanya Elvie dari depan kamar Kirania.

Kirania dengan cepat membuka pintu kamarnya lalu berkata," Masuklah."

Elvie lalu masuk ke kamar Kirania dan menceritakan masalahnya. Namun, balasan dari Kirania adalah sesuatu yang ia tidak sangka sama sekali.

"Apa Frank membenciku?" tanya Elvie.

"Kurasa tidak. Kenapa tidak kautanyakan pada dirimu saja?" balas Kirania dengan pertanyaan.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu," ucap Elvie.

"Aku tahu kamu dulu pernah punya masalah asmara. Tapi sedikit menjauhinya karena hal sepele seperti ini sudah keterlaluan, kan?" balas Kirania.

Elvie pun terdiam.

"Kumohon, pertimbangkan lagi perasaannya. Tidak semua orang itu sama. Dia itu orang yang tulus loh," ujar Kirania.

"Ya, aku tahu. Terima kasih atas sarannya. Kalau begitu, aku permisi," balas Elvie dengan nada datar.

"Jangan sungkan untuk datang jika ada masalah," ucap Kirania.

Setelah kembali ke kamarnya, Elvie langsung tiduran di kasur sambil memikirkan perkataan Kirania. Ia menyesal karena beberapa kali mencoba untuk menjauhi Frank dengan cara menolak ajakannya untuk bepergian dan juga marah karena hal sepele. Frank sudah berkali-kali mengatakan bahwa perasaannya tak akan berubah, namun Elvie hanya menganggapnya sebagai omong kosong. Karena tak bisa berpikir jernih, Elvie hanya memikirkan satu cara untuk memperbaiki kesalahannya, yakni dengan meminta maaf dan menyatakan cinta pada Frank. Namun ia sedikit kesusahan untuk menemukan waktu yang tepat. Ia pun meminta bantuan Kirania.

"Tolong bantu aku ya agar bisa bicara empat mata dengan Frank," tulis Elvie melalui SMS.

Tak ada semenit, sebuah pesan masuk ke ponsel Elvie lagi.

"Tenang saja, aku akan urus. Jadi ceritanya mau jadian nih?" tulis Kirania.

"Lucunya diriku ini. Kenapa aku malah jadi mengandalkan Kirania ya?" pikir Elvie.

Beberapa hari kemudian, Elvie akhirnya mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Frank di dekat kantin saat ujian hari terakhir selesai. Namun saat ia akan menghampiri Frank, ia melihat seseorang berbicara dengan Frank. Ia pun menguping pembicaraan mereka.

"Aku mencintaimu, jadilah pacarku," ucap seorang perempuan.

"Maaf, tapi aku tak bisa menerimanya. Aku menyukai orang lain," balas Frank.

"Siapa? Apakah Elvie, seperti yang dibicarakan orang-orang? Jadi benar kamu hanya mengincar Hartanya saja?" tanya perempuan tersebut.

"Itu tidak benar!" bantah Frank.

Dengan raut wajah sedikit lega, perempuan tersebut berkata,"Syukurlah. Aku tidak masalah kalau kau berbuat sesuka hati padaku, tetapi jangan lakukan itu padanya," lalu pergi meninggalkan Frank. Sementara itu, Elvie cepat-cepat kabur dari tempat tersebut karena malu untuk bertemu dengan Frank. Di lain, Frank menunggu Elvie sampai sore sebelum akhirnya pulang karena ia tahu Elvie tidak datang. Sejak saat itu, Frank dan Elvie hampir tidak pernah saling bertemu lagi. Situasi ini terus berlanjut sampai pada hari pengumuman hasil ujian.

Pada hari Sabtu pukul enam pagi, Elvie datang ke sekolah untuk melihat hasil ujiannya, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Saat akan sampai, ia melihat Frank duduk di kursi seperti sedang menunggu seseorang.

"Halo, sedang menunggu seseorang ya?" sapa Elvie.

"Ya," balas Frank.

"Kalau boleh tahu, sedang menunggu siapa?" tanya Elvie sambil duduk di sebelah Frank.

"Kamu bercanda ya? Tentu saja aku sedang menunggumu," jawab Frank.

"Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan padamu. Ini penting sekali," ucap Frank lagi.

Namun sebelum sempat melanjutkan perkataannya, Elvie memotong pembicaraan.

"Aku minta maaf ya. Aku seenaknya sendiri menjauhimu tanpa memikirkan perasaanmu. Aku tahu itu tidak baik dan egois, jadi kumohon maafkanlah aku," ucap Elvie.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti kok," balas Frank.

"Aku juga minta maaf karena tidak menghubungimu selama ini. Aku sedang fokus belajar. Aku tidak mau membebanimu dengan memintamu untuk mengajariku. Aku juga ingin kamu mengetahui bahwa aku menyukaimu karena kepribadianmu, bukan karena sekadar kepintaran dan harta saja," ujar Frank.

"Selain itu, perasaanku padamu tidak berubah. Aku mencintaimu. Maukah kamu menjadi pasanganku?" tanya Frank.

Elvie lalu menganggukan kepalanya yang menandakan ia menerima pernyataan cinta Frank.

"Wah selamat ya kalian berdua," tutur Kirania yang muncul entah dari mana.

"Kamu menguping ya? Kebiasaan burukmu kenapa nggak hilang-hilang sih?" balas Elvie.

"Ya mau bagaimana lagi, sudah kebiasaan," ucap Kirania.

Pada akhirnya, Elvie dan Frank berpacaran selama kuliah, kemudian bertunangan dan menikah setahun setelahnya. Lima tahun setelah pernikahan mereka, Kirania mengundang Frank, Elvie, dan yang lainnya ke sebuah acara reuni. Pada hari itu ...

"Siapa sangka ya kalian berdua menikah. Padahal kukira kalian tidak saling kenal saat SMA dulu," ucap Laura.

"Namanya juga sudah takdir," balas Kirania untuk menguatkan pernyataan Laura.

"Aku malah lebih tidak mengerti bagaimana kalian berdua bisa menikah," ucap Frank pada Maya.

"Yah, ada beberapa hal terjadi. Intinya kami saling mencintai dan mau memberikan yang terbaik. Ditambah lagi, kita lebih memiliki waktu untuk bersama. Benar kan Rei?" balas Maya.

"Ya itu juga ada benarnya sih," ucap Rei.

"Oh ya karena sudah sore, kami pulang duluan ya. Ada yang harus kami kerjakan," ucap Elvie.

Keseharian mereka berdua pun berlanjut. Frank bekerja sebagai peneliti di sebuah perusahaan farmasi, sedangkan Elvie bekerja di sebuah perusahaan bisnis. Di samping pekerjaan utama itu, mereka juga merangkap sebagai penjelajah waktu, sebuah pekerjaan yang sedang mulai populer pada masa itu.

"Semuanya akan indah pada waktunya, walaupun harus ada beberapa tahapan yang harus ditempuh. Apa yang kita harus lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin. Semua perkataanmu dulu benar, Ibu," pikir Elvie.