Beberapa hari telah berlalu sejak kunjungan Estella dan yang lainnya. Uang yang dijanjikan oleh Estella pun sudah masuk ke dalam rekening milik Ayana. Karena tidak mau menyia-nyiakan waktu, Ayana langsung memulai renovasi taman sehari setelah uang masuk ke rekeningnya. Renovasi dilakukan dengan melibatkan hampir semua orang di Tanah Merah.
Pada pagi hari di ruang manajemen ...
"Selamat pagi, ini dokumen yang anda minta. Lokasi pembelian material dan jadwal pengiriman material telah saya lampirkan," ujar staf Retina Park.
"Terima kasih," balas Ayana.
"Kalau begitu saya pamit dulu ya," ujar staf tersebut.
Staf tersebut kemudian meninggalkan ruang manajemen.
"Sepertinya kebanyakan material dan furnitur akan sampai pada hari ini. Bagaimana ya, aku kan tidak akan bisa mengawasi semuanya," pikir Ayana.
"Kenapa pagi-pagi seperti ini sudah ada masalah sih? Aku bahkan belum sempat sarapan. Apakah masih ada yang lebih buruk lagi?" pikir Ayana lagi.
Kemudian ....
Tok ... tok ... tok ...
"Ada apa lagi kali ini?" pikir Ayana.
Ayana lalu mempersilakan orang tersebut untuk masuk. Ternyata, orang tersebut adalah bendahara Retina Park.
"Ada yang bisa kubantu?" tanya Ayana.
"Mohon maaf sebelumnya. Saya ingin menyerahkan surat pengunduran diri sebagai bendahara di Retina Park. Saya merasa kurang kompeten dalam posisi saya saat ini. Harap berkenan menandatangani surat ini," jawab si bendahara.
"Baiklah, akan kupertimbangkan. Ada lagi?" tanya Ayana.
"Tidak, terima kasih," jawab si bendahara.
Si bendahara kemudian keluar dari ruang manajemen.
"Oh ayolah, sekarang ada staf yang akan mengundurkan diri, yang benar saja! Bisa meledak kepalaku kalau begini terus," ucap Ayana. Tanpa sadar, ia menggebrak meja kerjanya.
Di saat bersamaan ...
"Wah ... Sepertinya ada yang habis marah besar nih," ucap Arina tak lama setelah membuka pintu.
"Oh ... Arina dan Jordan, pas sekali! Ada sesuatu yang aku ingin kalian lakukan untuk hari ini," ujar Ayana.
"Ada apa?" tanya Jordan.
Ayana lalu menyerahkan dokumen yang tadi diberikan oleh salah satu stafnya kemudian berkata,"Hari ini akan ada banyak barang masuk, namun aku akan sangat kewalahan apabila harus mengurusnya sendirian. Bisakah kalian berdua membantuku? Detail pekerjaannya sudah tertulis disitu."
"Tentu," ucap Arina.
"Dan satu lagi, bisakah kamu membelikanku sarapan?" tanya Ayana pada Arina. Arina menganggukan kepalanya tanda setuju. Ayana lalu memberikan uang kepada Arina.
"Belikan dia makanan," ucap Arina pada Jordan.
"Loh kok malah di estafet ke aku?" tanya Jordan.
"Sudah lakukan saja," jawab Arina.
"Ya ya," balas Jordan.
Jordan kemudian keluar dari ruang manajemen.
"Dasar kamu ini, kukira kamu yang akan membelinya," ucap Ayana.
"Hehehe," balas Arina dengan tawa.
Pada siang harinya ...
"Mau ke mana kita sekarang?" tanya Jordan.
"Mari kita lihat ... Ke loket utama, aku harus mengantar beberapa perkakas dan makanan untuk para pekerja," jawab Arina sambil melihat ponsel miliknya.
"Hmm ... Baiklah, ayo kita ke sana. Sini, biar kubawakan perkakasnya," ucap Jordan.
Arina tersenyum lalu berkata,"Terima kasih telah membantuku."
"Kamu ini sampai sebegitunya deh, padahal aku hanya membantu membawakan perkakas saja," balas Jordan.
Ketika akan berjalan ke loket, tiba-tiba keduanya dikagetkan dengan adanya seseorang yang berlari seperti orang panik. Tak lama kemudian, Pak Tarjo, Ayana, dan yang lainnya terlihat berlari mengejar orang tersebut. Ayana pun menghampiri Jordan dan Ayana.
"Ada apa?" tanya Arina.
"Ada copet," jawab Ayana. Ia kemudian lanjut mengejar orang tersebut.
Jordan tanpa pikir panjang menarik Arina. Arina pun berkomentar,"Ada apa Jordan, kenapa menarikku?"
"Kita harus mengejar pelakunya," ujar Jordan.
"Tetapi bagaimana caranya? Kita bahkan tidak tahu ke mana ia akan pergi," balas Arina.
"Hanya ada satu pintu masuk dan keluar Retina Park dan jika kita cepat, maka kita dapat mengerjarnya," ujar Jordan.
"Tetapi bagaimana cara kita sampai ke stasiun dalam waktu singkat?" tanya Arina.
Beberapa saat kemudian, seorang pegawai lewat dengan membawa motor. Jordan mencegatnya dan menjelaskan masalah pencopetan tersebut secara singkat kepada pegawai tersebut. Ia kemudian meminjamkan motornya pada Jordan. Ia lalu mengendarai motor tersebut dengan kecepatan penuh sampai ke stasiun.
"Hei, kalau kau mengendarai motor ini lebih cepat lagi tujuan kita akan berubah ke rumah duka," teriak Arina.
"Santai, mengendarai motor adalah jalan hidupku," balas Jordan dengan santai.
"Lihat siapa yang bicara, orang yang pernah kecelakaan dan patah tulang!" ucap Arina.
"Tenang," ujar Jordan.
Tak lama kemudian, mereka berdua sampai di pintu masuk stasiun.
"Hei lihat, itu orangnya," ucap Arina sambil menunjuk seseorang yang sedang berjalan di dekat peron.
"Hei berhenti!" teriak Jordan.
Arina kemudian berkomentar,"Kenapa malah berteriak? Kan dia malah lari kalau begitu."
"Maaf, kebiasaan," balas Jordan.
keduanya lalu berlari mengejar orang tersebut sampai ke peron stasiun. Orang tersebut tak menghiraukan teriakan Jordan dan Arina. Namun ketika ia akan masuk ke dalam kereta yang akan berangkat, seorang perempuan menyengkatnya sampai terjatuh. Ia kemudian naik ke dalam kereta tersebut dengan cepat. Beberapa saat kemudian, Ayana sampai di situ.
"Bagaimana pelakunya, apakah sudah tertangkap?" tanya Ayana pada Arina.
"Sudah tuh. Ini dompet yang kamu cari," jawab Arina.
"Yah untunglah tadi ada seseorang yang membantu kita sehingga pelakunya tak berhasil kabur," ucap Jordan.
"Itu Eleana. Tadi aku sempat melihatnya," balas Ayana.
"Eleana? Apa yang dia lakukan di sini?" tanya Arina.
"Entahlah," balas Ayana.
"Sudahlah. Lebih baik kita kembali ke Retina Park," ucap Jordan.
"Memangnya itu dompet siapa dan apa isinya?" tanya Arina.
"Ini dompetku. Isinya kosong," balas Ayana.
"Hah? Lalu buat apa kita mengejar pelakunya?," ucap Arina.
"Ini dompet pemberian Eleana. Bagiku, ini sangat berharga. Terima kasih ya telah membantuku," balas Ayana.
Mereka semua kemudian kembali ke Retina Park untuk melanjutkan pengawasan renovasi.