Chapter 37 - Chapter 3: Bala Bantuan

Selama di restoran, Jordan terlihat sangat sibuk dengan catatannya. Arina pun menegurnya.

"Jordan, bagaimana kalau persiapan presentasinya dilanjutkan besok saja. Kita kan baru akan mempresentasikannya ke klien lusa nanti," ujar Arina.

"Lebih cepat lebih baik kan?" balas Jordan.

"Memangnya kenapa harus buru-buru?" tanya Arina.

"Kalau nanti ada sisa waktu kan bisa untuk berduaan sama kamu," jawab Jordan.

Mendengar perkataan Jordan, Arina tersipu malu.

"Apaan sih," ucap Arina.

"Santai, cuma bercanda kok," balas Jordan.

Ekspresi Arina berubah menjadi sedikit kecewa.

"Yah ... yah ... Terserah saja deh. Tuh makanannya sudah mau disajikan," ucap Arina.

"Ya," balas Jordan.

Beberapa saat kemudian, makanan disajikan dan mereka berdua pun menyantap makanan yang telah disajikan. Selama menyantap hidangan, Arina terlihat sedikit malu. Namun, Jordan memilih untuk tidak mempermasalahkannya. Setelah selesai, mereka pun bergegas menuju stasiun dan naik kereta menuju Tanah Merah.

"Wah, layanan kereta malam di sini luar biasa ya. Tiketnya murah, dingin pula. Enak juga kalau setiap hari seperti ini, serasa seperti pengusaha kaya," ucap Arina.

"Kamu ini seperti anak-anak saja deh. Ini kan cuma kereta. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan ya kalau kita naik pesawat?" balas Jordan.

"Oh ya, aku masih penasaran dengan alasan Eleana keluar dari Retina Park. Padahal dia itu sudah cukup terkenal, bahkan sampai beberapa media secara berkala meliputnya," ucap Arina.

"Nah, mungkin dia lelah dengan dunia luar dan ingin menikmati masa mudanya," balas Jordan.

"Tapi kalau pindah ke kota untuk menikmati masa muda ... Kurasa mustahil deh. Suasana di kota malahan lebih parah dibandingkan dengan Retina Park," ujar Arina.

"Ya juga ya," balas Jordan.

"Nanti coba aku cari tahu deh. Siapa tahu masih ada yang paham betul dengan masalah ini," ucap Arina.

"Terserah kamu saja deh. Yang penting jangan sampai mengganggu pekerjaan kita," balas Jordan.

"Tentu. Lebih baik kamu berpikir soal hubungan kita," balas Arina.

"Hubungan apa?" tanya Jordan.

"Entahlah," jawab Arina

"Hmm ... Kurasa sebentar lagi kita sudah mau sampai," ucap Jordan.

"Ah ya, kau benar," balas Arina.

Tak sampai satu menit, kereta berhenti tepat di Stasiun Tanah Merah. Dari sana, mereka berjalan beberapa meter menuju ke asrama pekerja seperti yang sudah diarahkan oleh Ayana. Tempat tinggal Jordan dan Arina berada di blok F dan bersebelahan satu sama lain. Sementara itu, Ayana tinggal di blok A, yang merupakan asrama khusus pemilik taman.

"Wah enak juga ya jadi pemilik taman ini, tinggalnya di blok A," ucap Arina.

"Enak bagaimana maksudmu? Semua bangunan rumahnya kan sama saja, hanya jarak ke stasiunnya saja yang berbeda," balas Jordan.

"Ya ... Ya ... Aku tidak masalah deh. Lagipula, ini kesempatan yang bagus untuk memulai hidup sehat, kan," ucap Arina.

"Tepat sekali. Kamu harus banyak olahraga, atau kamu bisa semakin gendut," balas Jordan.

"Aku tidak gendut!" ujar Arina. Ia kemudian langsung masuk ke asramanya.

"Yah ... Mengambek lagi," pikir Jordan.

"Besok saja lah minta maafnya," pikir Jordan lagi.

Jordan kemudian masuk ke asramanya juga. Namun, ia tidak langsung tidur di kasurnya, melainkan melanjutkan persiapan presentasi. Beberapa jam berselang, suara ketukan pintu terdengar di depan asrama Jordan.

"Ini kan jam 11 malam, siapa yang mau bertamu selarut ini?" pikir Jordan.

"Ah mungkin satpam," pikir Jordan lagi.

Jordan pun keluar dari asramanya. Tak disangka, Ayana lah yang berada di depan asramanya.

"Ada apa? Apakah ada hal yang mendesak?" tanya Jordan.

"Maaf mengganggu malam-malam begini. Aku mau memberikan data tentang klien kita," jawab Ayana sambil memberikan beberapa lembar kertas.

"Terima kasih. Tetapi, bagaimana kau bisa tahu kalau aku belum tidur?" tanya Jordan.

"Lampu kamarmu masih menyala," jawab Ayana.

"Oh," ucap Jordan.

"Mengapa kamu masih belum tidur? Kamu pasti kelelahan kan karena seharian ini beraktivitas," balas Ayana.

"Ada sesuatu yang harus kuurus," ucap Jordan.

"Jangan terlalu memaksakan diri ya. Aku tidak mau sampai kamu jatuh sakit. Oh ya, ini kubawakan sedikit makanan," ucap Ayana yang kemudian memberikan beberapa potong roti.

"Terima kasih," balas Jordan.

"Kalau begitu, aku pamit ya," ujar Ayana.

Ayana kemudian kembali ke asramanya.

"Dia baik sekali sampai repot-repot membawakan ini untukku," pikir Jordan.

Jordan kemudian melanjutkan persiapan presentasinya sampai larut malam. Kemudian, ia pun tidur ketika semua urusannya sudah selesai. Keesokan harinya ...

"Jordan, bangun! Ini sudah siang loh," panggil Arina dari jendela asramanya.

Panggilan tersebut membuat Jordan terbangun. Ia kemudian melihat jam tangannya dan berkata,"Ini masih jam enam loh. Siang dari mana?"

"Daripada kamu telat kerja lebih baik seperti ini, kan?" tanya Arina.

"Ya deh terserah," jawab Jordan.

"Oh ya, tadi Ayana mengabariku. Ia mengatakan kalau hari ini kita tidak masuk juga tidak apa-apa," ucap Arina.

"Kalau begitu, mengapa membangunkanku? Kan bisa SMS saja," ujar Jordan.

"Hehehe, aku sengaja. Daripada kamu bermalas-malasan dan bangun kesiangan," balas Arina.

"Dasar iseng," ucap Jordan.

"Kalau begitu, aku ke asramamu sekarang. Tolong bukakan pintu ya," balas Arina.

Arina kemudian datang ke Asrama Jordan dengan membawa beberapa lembar kertas di tangannya. Arina mengatakan bahwa dirinya telah mempersiapkan beberapa poin penting untuk presentasi keesokan harinya.

"Ini beberap hal yang kamu harus jelaskan kepada klien kita," ujar Arina.

"Hmm ... Semuanya terkait dengan pengembangan taman dan juga aliran keuangan ya?" tanya Jordan.

"Ya," balas Arina.

"Kalau begitu pas sekali. Aku juga sudah selesai menyiapkan data presentasi untuk besok. Semuanya sudah ada di laptop milikku," ujar Jordan.

"Cepat sekali. Itu kan butuh waktu agak lama untuk menyelesaikannya. Apa jangan-jangan kamu tidak tidur semalam?" tanya Arina.

"Terus siapa yang kamu bangunkan barusan? Suamimu?" tanya Jordan.

"Mungkin, tetapi di masa depan," jawab Arina.

"Di samping itu, aku akan lebih membahas ke alokasi dana dan juga visi misi Retina Park. Ini kusesuaikan dengan klien kita yang merupakan kenalan Ayana. Kuyakin dia akan lebih menerima konsep taman ini jika sudah jelas visi dan misi nya," ujar Jordan.

"Klien kita? Siapa itu?" tanya Arina.

"Estella Seisshara. Dia adalah teman Ayana dan Eleana selama bersekolah dulu. Dua orang profesor dari Akademi Cryllis, yakni Yuna dan Celine juga akan ikut untuk memeriksa kondisi taman ini," jawab Jordan.

"Hmmm ... Sepertinya akan cukup sulit. Estella Seisshara adalah orang yang cukup berpengaruh saat ini. Dia adalah orang yang mempelopori penjelajahan angkasa. Penjelajahan itu sendiri akan memakan banyak dana, jadi aku ragu kalau dia akan membuang dana miliknya ke Retina Park," balas Arina.

"Untuk itulah kita mempersiapkan presentasi sebaik-baiknya, agar dia tertarik untuk menyalurkan dana, atau setidaknya ada dana dari Akademi Cryllis" ucap Jordan.

"Baiklah. Aku akan coba pelajari semua hal terkait dengan taman ini. Aku akan coba sebisaku untuk menarik perhatiannya," balas Arina.

"Baguslah kalau begitu. Kurasa persiapannya sudah selesai," ujar Jordan.

"Sekarang apa? Kita tidak mungkin hanya berdiam di sini kan?" balas Arina.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan lagi. Katanya di dekat sini ada pusat perbelanjaan loh," balas Jordan.

"Wah benarkah? Aku mau ke sana dong," ucap Arina.

"Sekarang?" tanya Jordan.

"Ya tentu sekarang, masa tahun depan," jawab Arina.

"Pusat perbelanjaan kan belum buka sepagi ini," ucap Jordan.

"Tetapi kan ada beberapa restoran yang buka selama 24 jam. Aku mau makan dulu," balas Arina.

"Ya sudah deh, aku ikut kamu saja," ucap Jordan.

Pada akhirnya, Arina dan Jordan pergi ke pusat perbelanjaan di dekat asrama dan tidak masuk kerja pada hari itu. Mereka menghabiskan waktu untuk makan, berbelanja, dan menonton film. Tak terasa, waktu berlalu dengan sangat cepat. Sore hari telah tiba, merekapun kembali ke asrama untuk beristirahat. Pada keesokan harinya ...

Alarm milik Jordan berbunyi tepat pukul lima pagi. Jordan pun bangun untuk bersiap kerja. Ketika akan berangkat, ia bertemu dengan Arina.

"Mau berangkat bareng?" tanya Jordan.

"Boleh," jawab Arina.

Mereka berjalan bersama menuju ke Retina Park. Karena masih cukup pagi, Jordan dan Arina memutuskan untuk berjalan kaki ketimbang naik kereta. Sesampainya di Retina Park, Jordan dan Arina langsung menuju ke ruang manajemen untuk bertemu dengan Ayana.

"Selamat pagi. Kuharap kalian telah mempersiapkan presentasinya dengan baik. Estella akan datang sekitar pukul sepuluh. Jangan ke mana-mana pada jam tersebut ya," ujar Ayana.

"Ya," balas Jordan.

Jordan dan Arina kemudian berjalan menuju ke ruang presentasi untuk mempersiapkan alat-alat, seperti proyektor dan laptop. Mereka lalu beristirahat sebentar sampai pukul sepuluh. Pada jam tersebut, Estella dan yang lainnya sampai. Tanpa banyak basa basi, mereka langsung menuju ke ruang presentasi.

"Selamat pagi semuanya, pada kesempatan kali ini saya akan mempresentasikan tentang pengajuan bantuan dana untuk Retina Park," ucap Jordan untuk memulai presentasi.

Jordan lalu memulai presentasi dengan menjelaskan visi dan misi dari Retina Park itu sendiri, kemudian dilanjutkan dengan seluk beluk fasilitas dan daya tarik Retina Park oleh Arina, dan ditutup dengan pembahasan seputar dana.

"Terima kasih atas presentasinya. Tolong berikan waktu untuk kami berdiskusi tentang apakah bantuan akan dialirkan atau tidak. Kami akan memberikan jawabannya satu jam mendatang," ujar Celine.

"Terima kasih atas pertimbangannya," balas Ayana.

Jordan, Ayana, dan Arina kemudian keluar dari ruang rapat dan menunggu di kantor manajemen. Satu jam kemudian, mereka kembali ke ruangan presentasi.

"Bagaimana, apakah sudah ada keputusan mengenai pendanaannya?" tanya Ayana.

"Maaf sekali untuk memberitahukannya, tetapi kami tidak bisa memenuhi pengajuan dana tersebut. Jumlah yang kalian ajukan terlalu besar dan jauh melebihi anggaran dana bebas kami. Selain itu, dana yang diperoleh Akademi Cryllis saat ini akan dialokasikan untuk dukungan penjelajahan angkasa dan astronomi," ucap Yuna untuk menjawab pertanyaan Ayana.

"Terima kasih atas keputusannya," balas Ayana dengan raut wajah kecewa. Ia tampak seperti orang yang kehilangan harapan.

Yuna dan Celine kemudian meninggalkan ruangan. Sementara itu, Estella tetap di dalam ruangan tersebut karena masih mau berbicara dengan Ayana.

"Aku minta maaf karena tidak bisa mengubah keputusan pihak akademi," ujar Estella.

"Tak apa-apa. Itu keputusan dewan, bukan keputusanmu," balas Ayana.

"Tetapi jangan berkecil hati. Aku punya kabar baik untukmu," ucap Estella.

"Belakangan ini, proyek pembuatan pesawat luar angkasa yang kujalankan mengalami kesuksesan besar dan memberikan keuntungan yang sangat besar. Saat kulihat, jumlahnya cukup untuk memenuhi pengajuan dana Retina Park," ucap Estella lagi.

"Jadi kamu akan mendanai Retina Park dengan dana pribadimu?" tanya Arina.

"Tepat sekali," jawab Estella.

Mendengar perkataan Estella, Ekspresi Ayana berubah menjadi senang ia memeluk Estella dan berkata,"Terima kasih Estella."

"Tenang saja. Ini juga kan untuk sahabat lamaku. Mana mungkin aku akan meninggalkan sahabatku dalam kesulitan," ucap Estella.

"Oh ya, di mana Eleana? Kok dari awal aku belum melihatnya?" tanya Estella.

"Dia sedang berada di tempat lain," jawab Ayana. Ekspresinya tampak tak senang ketika ditanya mengenai hal itu.

"Satu lagi, pasti sekarang kakakmu sudah menunggu di depan gedung," ucap Estella.

"Kak Sylviane? Dia juga ke sini?" tanya Ayana.

"Ya. Tadi aku memaksanya ke sini," jawab Estella.

Saat mengetahui bahwa Sylviane datang ke Retina Park, Ayana langsung berlari ke luar gedung utama. Ia melihat Sylviane sedang duduk di salah satu bangku taman.

"Kak Sylviane!" panggil Ayana dari kejauhan. Ia kemudian berlari dan memeluk Sylviane.

"Hai adikku tersayang. Kakak kangen sekali sama kamu," balas Sylviane sambil mengusap-usap kepala Ayana.

"Bagaimana perjalanan ke luar angkasa?" tanya Ayana.

"Cukup menyenangkan, tetapi ya berbahaya juga, apalagi saat mengendarai pesawat di sabuk asteroid. Pokoknya luar biasa deh," jawab Sylviane.

"Ahaha, aku jadi iri denganmu," ucap Ayana.

"Daripada iri, lebih baik kamu coba mengatur taman ini agar lebih baik. Taman ini kan satu-satunya ruang terbuka hijau di kota ini. Kalau sampai tutup kan sayang sekali," ujar Sylviane.

"Akan aku usahakan," balas Ayana.

"Tadi aku hampir terjatuh loh pas mau duduk. Sepertinya kursinya perlu diganti," ucap Sylviane.

"Ya aku tahu. Nanti pasti akan kuganti kok," balas Ayana.

"Kalau begitu kakak dan Estella pamit dulu ya, masih banyak urusan soalnya," ucap Sylviane.

"Hati-hati di jalan," balas Ayana.

Estella dan Sylviane kemudian pergi bersama dengan Yuna dan Celine yang dari awal sudah menunggu di stasiun.