Di sisi lain, Rei berlari ke arah taman, membawa rasa sedih bersamanya. Ia tidak menyangka kalau orang yang ia sukai telah mengetahui apa yang telah ia perbuat. Ketika akan menyeberangi jalan raya yang gelap di hadapannya, cahaya lampu mobil tiba-tiba menerangi wajahnya dan sebuah mobil dengan kencang melaju ke arahnya. Sementara itu, Maya berusaha mengejar Rei sampai ke gerbang depan sekolah. Perasaan Maya yang saat itu sedang kacau menjadi lebih parah ketika melihat Rei tergeletak di jalanan.
Sambil menghampiri Rei, Maya berteriak memanggilnya,"Rei!"
Langkah Maya terhenti saat melihat mobil yang baru saja menabrak Rei berhenti. Namun, pengemudi mobil tersebut sepertinya tidak berniat menolong Rei. Ia hanya melempar sebuah kertas yang sudah diremukkan lalu meninggalkan TKP. Dengan cepat, Maya mengambil ponsel miliknya dan berusaha memotret nomor plat mobil pelaku. Setelah itu, Maya langsung menghampiri Rei.
Maya memeriksa Detak jantung Rei, lalu berpikir,"Bagaimana ini, detak jantungnya semakin lama semakin lemah."
"Aku harus mencari pertolongan pertama," pikir Maya lagi.
Ia lalu mengambil ponselnya lagi dan memanggil dokter sekolah. Sementara itu, kesadaran Rei sudah diambang batas.
...
...
"Dimana aku?" pikir Rei.
Suara perempuan lalu terdengar di kepala Rei,"Rei...Bangun!"
"Siapa itu?" tanya Rei yang kemudian tak dijawab oleh siapapun.
"Rei ... " panggil perempuan tersebut.
" ... " Rei terdiam.
Sesaat kemudian, Rei tiba-tiba berada di suatu tempat di sekolah. Rei langsung tahu tempat itu adalah laboratorium kimia.
"Ini ... lab kimia? Mengapa aku bisa di sini?" pikir Rei.
Saat melihat ke belakang, ia melihat Maya yang sedang menangis di dekat jendela depan laboratorium. Rei mencoba memanggil Maya, namun ia tidak menjawabnya.
"Maya, ada apa?" tanya Rei yang kemudian dibalas dengan keheningan
Mendadak, Maya mengusap air matanya dan berbalik ke arah Rei lalu berlari meninggalkan Rei ke luar lab. Rei pun mengejarnya. Namun, langkahnya terhenti di depan lab saat melihat Maya menarik tangan seseorang yang ia kenal, yakni Frank. Rei lalu menguping pembicaraan mereka berdua.
"Apakah ada orang lain yang kau suka?" tanya Maya.
"Ada," jawab Frank.
"Boleh aku tahu siapa orangnya?" tanya Maya lagi.
"Elvie. Dia adalah orang yang aku sukai," jawab Frank.
Frank melanjutkan langkahnya setelah mengatakan hal itu pada Maya. Maya terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Sementara itu, Rei merasa seperti ada tarikan yang membawanya keluar dari tempat itu.
...
...
"Maya!" teriak Rei.
"Wah wah wah, baru sadar sudah manggil nama cewek. Dasar buaya darat," balas Laura yang sedang duduk di kasur UKS.
"Apa yang terjadi?" tanya Rei.
"Masa tidak ingat? Tadi kamu berlari ke arah taman dan tertabrak mobil. Untung saja kamu tidak mengalami luka serius. Sepertinya kamu hanya pingsan karena syok saja," jawab Laura.
"Di mana Maya?" tanya Rei.
"Dia di rumahnya. Tadi dia yang membawamu ke sini. Jangan lupa bilang terima kasih ya," jawab Laura.
Rei segera beranjak dari UKS lalu pamit ke Laura,"Aku duluan ya, terima kasih sudah menolongku."
"Berterima kasihlah pada Pak Didi. Tadi dia yang merawatmu. Aku hanya menemani," balas Laura.
Rei lalu pulang menuju ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia langsung menuju ke kamarnya. Namun tidak disangka, Maya berada di sana.
"Mengapa kamu di sini?" tanya Rei.
Tanpa membalas perkataan Rei, Maya berjalan mendekati Rei dan memeluknya.
"Aku minta maaf. Aku seharusnya tak berkata seperti itu. Aku tak tahu lagi harus berkata apa. Aku mau yang terbaik untukmu, sebagai seorang sahabat dan seorang yang menyayangimu.," ucap Maya.
"Sudahlah, tak apa-apa. Aku juga masih sehat-sehat saja kan," balas Rei.
"Aku tidak bisa membayangkan kalau kamu pergi akan seperti apa jadinya. Aku tidak mau ditinggal untuk kedua kalinya. Cukup orangtuaku saja yang meninggalkanku," ujar Maya.
" ... " Rei terdiam untuk yang ke sekian kalinya.
"Maafkan aku juga, sudah membuatmu khawatir," ucap Rei.
"Oh ya, besok dan lusa kita libur, kan?" tanya Maya.
"Ya, besok hari Kamis dan lusa hari Jumat kita libur. Sabtu kita masuk untuk festival sekolah," jawab Rei.
"Tadi aku dapat kabar dari Lilia. Katanya ada kemungkinan pelaku akan beraksi besok karena sekolah sedang sepi," ujar Maya.
"Benarkah, kalau begitu besok aku akan ke sana," balas Rei.
"Aku ikut," ucap Maya.
"Tentu. Aku akan menjemputmu di rumah jam tujuh pagi," balas Rei
"Kalau begitu, aku pulang dulu ya. Maaf sudah mengganggumu malam-malam begini," ucap Maya sambil keluar dari kamar Rei.
Keesokan harinya, Rei menjemput Maya di rumahnya dan mereka pun berangkat ke sekolah bersama-sama. Di sekolah, ada beberapa orang murid yang juga datang untuk membantu menyiapkan pesta ulang tahun sekolah. Di depan gerbang, Rei dan Maya bertemu dengan Lilia.
"Halo Lilia, kamu juga masuk hari ini?" tanya Maya.
"Hai Maya, hai Rei. Aku kebetulan sedang ada urusan di perpustakaan. Ada buku yang harus aku pindahkan," jawab Lilia.
"Ooh, apakah itu untuk pesta ulang tahun sekolah?" tanya Maya.
"Ya, tepat sekali. Pihak sekolah ingin menjual semua buku yang hampir tidak pernah dibaca," jawab Lilia.
"Semangat ya," ucap Maya.
"Terima kasih. Kalau begitu aku duluan ya," balas Lilia. Ia kemudian pergi ke gedung perpustakaan.
Rei dan Maya lalu memasuki gedung sekolah untuk membantu persiapan pesta. Di lab kimia, mereka berdua bertemu dengan Arvan.
"Tolong bantu aku membawa alat-alat ini ke ruang kepala sekolah dong," ujar Arvan sambil membawa Sekotak besar alat-alat lab dan bahan-bahan kimia.
Maya dan Rei pun membantu Arvan membawa semua itu ke ruang kepala sekolah. Sesampainya di ruang kepala sekolah, Arvan menyampaikan sesuatu pada Kirania yang kebetulan sedang duduk-duduk di sofa.
"Kirania, ibumu dimana?" tanya Arvan.
"Sedang ke sekolah lain. Memangnya ada apa?" tanya Kirania.
"Ini, aku membawa alat-alat lab yang tidak kami pakai lagi," jawab Arvan.
"Oh itu ya. Coba kalian berikan data nya ke Elvie. Dia yang biasanya mengurus pengembalian barang. Tadi kulihat dia ada di lapangan basket," ucap Kirania.
Arvan lalu berpamitan,"Kalau begitu, aku duluan ya," lalu keluar dari ruangan.
Maya lalu menyampaikan kepada Rei bahwa ia ingin tetap berada di ruang kepala sekolah untuk sementara. Rei pun tidak masalah dengan hal itu dan ia pun kembali ke lab. Saat memasuki lab, Rei duduk di sebuah bangku sambil memainkan ponselnya. Namun karena tidak berhati-hati, ponsel miliknya terjatuh ke kolong rak penyimpanan. Saat ia berusaha mengambil ponsel miliknya, tangan Rei tidak sengaja menyentuh sebuah kotak kecil. Karena penasaran, ia pun mengambil dan membuka kotak tersebut.
"Apa ini barang yang tertinggal?" pikir Rei sambil membuka tali pengikat kotak tersebut.
Alangkah terkejutnya Rei saat mengetahui bahwa isi kotak tersebut bukanlah bahan atau alat kimia, melainkan sebuah senjata api rakitan. Tak berselang lama, terdengar sebuah langkah kaki mendekati ruangan lab.
"Gawat. Aku harus sembunyi," pikir Rei panik.
Namun, pada akhirnya ia tidak sempat bersembunyi di mana pun. Pintu lab perlahan dibuka, lalu seorang perempuan yang memakai jubah masuk. Ia mengunci pintu lab dan perlahan melepas jubahnya.
"Lilia? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Rei.
"Jadi kamu sudah tahu ya ada yang menyimpan senjata di lab ini," balas Lilia.
"Berikan padaku senjata itu. Aku akan menunjukkan sesuatu padamu," ucap Lilia lagi.
Tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun, Rei memberikan senjata api tersebut pada Lilia.