Chereads / Nanairo no Tenmondai / 七色 の 天文台 [Re-Published] / Chapter 29 - Chapter 2: Siapa Pelakunya?

Chapter 29 - Chapter 2: Siapa Pelakunya?

"Permisi Bu," sapa Maya saat membuka pintu masuk.

"Silahkan duduk," ucap Elvina.

"Ada perihal apa Ibu memanggil kami ke sini? Mungkin ada yang bisa kami bantu?" tanya Rei sesaat setelah duduk.

"Ini tentang anggaran klub kalian dan beberapa kejadian aneh yang terjadi di sekolah ini sejak setahun yang lalu. Seperti yang kalian tahu, setiap klub akan mendapatkan dana sebesar tiga juta dan boleh menambah maksimal sampai lima ratus ribu. Tapi, klub kimia tercatat telah menghabiskan dana sebesar enam juta untuk membeli peralatan dan bahan kimia. Ya, dua kali lipat maksimal anggaran. Saya sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Namun, hampir setiap hari murid ataupun staf menemukan alat-alat lab kimia berserakan di sekeliling sekolah, entah itu di taman, di lorong, ataupun di tangga. Saya juga mendapati sering ada bahan kimia sengaja dibuang sembarangan, terutama di tempat klub biologi. Saya juga menyayangkan insiden rusaknya semua tanaman yang sudah ditanam oleh murid klub biologi sejak bulan lalu. Sekarang, saya mau ada penjelasan dari kalian," ujar Elvina.

"Mohon maaf sebelumnya, tapi kami belum tahu untuk detailnya. Kami mengira hal ini hanya rumor. Kami akan segera mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi," balas Maya.

"Kalau begitu, saya beri waktu sampai satu hari sebelum hari ulang tahun sekolah kita. Kalau kalian masih belum bisa menyelesaikan permasalahannya, klub kimia akan saya bubarkan," ujar Elvina.

"Apa? Dibubarkan?" tanya Rei.

"Ya. Jika kalian tidak segera menemukan pelakunya paling lama sehari sebelum ulang tahun sekolah maka saya akan melarang penggunaan lab untuk aktivitas diluar kegiatan belajar normal. Saya tidak mau ada kasus yang aneh-aneh apalagi saat mendekati perayaan besar tersebut. Apalagi tahun ini, perayaan ulang tahun sekolah akan bertepatan dengan festival sekolah," ujar Elvina.

Rei terdiam dan tak bisa berkata apa-apa, begitupun juga dengan Maya. Ia hanya terdiam dan sesekali terlihat akan berbicara sesuatu, namun ia tidak mengatakannya.

"Apakah kalian mengerti?" tanya Elvina.

"Ya. Kami mengerti," jawab Maya.

"Kalau begitu, kalian silahkan keluar," ucap Elvina.

"Kalau begitu, kami permisi," ucap Maya sambil pergi keluar dari ruangan kepala sekolah.

"Apa kamu ada ide untuk nenyelesaikan masalah ini?" tanya Rei.

"Entahlah, masalah kali ini sangat susah. Tunggu ... Aku tahu siapa yang kira-kira bisa membantu kita," jawab Maya.

"Siapa?" tanya Rei.

"Lilia," jawab Maya.

"Lilia? Si cewek pendiam itu? Kamu yakin?" tanya Rei mengungkapkan keraguannya.

"Jangan meremehkannya. Walaupun dia terlihat pendiam dan biasa-biasa saja, dia itu sebenarnya punya kemampuan sihir yang hebat loh. Yah walaupun begitu, aku tidak pernah melihat ataupun mendengar kalau dia menggunakan Lynk miliknya. Saat kutanya, dia bilang Lynk miliknya rusak dan tidak bisa dipakai," jawab Maya.

"Memangnya seperti apa tipe Lynk miliknya?" tanya Rei.

"Dia memakai tipe hybrid. sihir pertamanya adalah menjelajah waktu, sedangkan sihir keduanya belum aku ketahui," jawab Maya

"Dua sihir? Setahuku tipe Lynk dengan dua sihir sudah tidak bisa dibuat lagi," balas Rei.

"Bukannya tidak mungkin, tetapi sangat sulit," ujar Maya.

"Jadi sekarang kamu mau apa?" tanya Rei.

"Sekarang aku mau mencari Lilia. Aku yakin dia masih berada di sekolah. Kamu sendiri mau ke mana?" balas Maya.

Sambil menggaruk-garuk kepala, Rei membalas,"Ada deh. Ada seseorang yang ingin kutemui."

"Ya sudah terserah kamu deh, yang penting jangan pulang terlalu malam. Nanti ibumu malah ke rumahku lagi," ujar Maya.

Saat Rei baru saja akan berjalan, Maya memanggil Rei lagi,"Tunggu!"

"Ada apa?" tanya Rei.

"Tidak jadi deh," jawab Maya yang kemudian diikuti suasana canggung.

Rei pun pergi.

"Yah, aku baru saja membuang kesempatanku lagi. Kenapa aku tidak bisa terus terang saja sih. Aku ingin mengatakan kalau aku suka padanya, tapi kenapa sulit sekali ya," pikir Maya.

Sementara itu, Rei pergi mencari Elvie di sekitar sekolah. Ia berniat untuk menjadikan Elvie sebagai pelampiasan atas kekesalannya dengan cara mengatakan bahwa ia suka padanya. Ia akhirnya menemukan Elvie yang baru saja keluar dari kantin.

"Elvie, boleh aku berbicara denganmu?" tanya Rei

"Tentu, ayo bicara di luar saja agar tidak ada yang menguping," jawab Elvie

Elvie dan Rei lalu duduk di sebuah bangku di lorong kantin.

"Ada apa?" tanya Elvie.

"Aku menyukaimu," ucap Rei.

"Lalu?" tanya Elvie.

"Maukah kamu menjadi pacarku?" tanya Rei.

"Hahaha ... tentu saja tidak!" jawab Elvie.

"Kenapa?" tanya Rei.

Mendengar pertanyaan Rei, ekspresi Elvie mendadak berubah 180 derajat. Ia yang tadinya santai mendadak menjadi sedikit marah.

"Setelah kamu membuang perasaan Camellia dan Cecilia begitu saja, kau pikir aku mau menjadi pacarmu? Jangan bercanda!" bentak Elvie.

"Itu kan ada alasannya. Mereka tidak benar-benar mencintaiku," sanggah Rei.

"Butktinya?" tanya Elvie.

"Mereka bahkan hampir tidak pernah menghabiskan waktu bersamaku," jawab Rei.

"Apa yang kamu ketahui? Hanya karena mereka jarang bertemu denganmu, itu bukan berarti mereka tidak mencintaimu!" ujar Elvie.

"Itu tidak benar, aku tahu jelas kalau mereka tidak mencintaiku," bantah Rei.

"Cecilia keluar dari pekerjaannya sebagai pengisi suara dan Camellia ingin putus denganmu karena ia tahu kamu masih menyukai Maya. Kurasa kau tidak soal itu kan?" ujar Elvie.

Rei terdiam setelah mendengar pernyataan tersebut. Elvie pun berkata,"Aku melihat semua itu. Mereka memintaku untuk tidak membocorkannya padamu. Tapi kurasa, itu hanya akan membuat mereka menderita. Jadi, akan aku ceritakan padamu."

Satu tahun yang lalu, pulang sekolah saat hujan ...

"Akhirnya kelar juga tugas-tugas sekolah. Saatnya pulang," ujar Elvie pada temannya.

Elvie kemudian berpamitan pada teman-temannya lalu menuju ke luar sekolah. Di sana, ia bertemu dengan Cecilia.

"Hai Cecilia, sedang apa?" tanya Elvie.

"Aku menunggu Rei, apa kamu melihatnya?" tanya Cecilia.

"Tadi aku lihat dia sedang jalan ke sini. Sebentar lagi juga sampai," jawab Elvie.

"Terima kasih," balas Cecilia.

"Ada apa nih? sedang menunggu pacarmu ya?" tanya Elvie.

"Hehehe iya. Aku mau memberitahunya kalau aku keluar dari pekerjaanku," jawab Cecilia.

"Kok sampai sebegitunya sih, kamu ini terlalu baik loh," ujar Elvie.

"Tidak apa-apa. Ini demi Rei. Aku kan memang jarang menghabiskan waktu dengannya. Jadi kupikir jika aku berhenti, akan ada lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama," balas Cecilia.

"Ooh begitu, ya sudah deh. Terserah kamu saja ... Eh barangku ada yang tertinggal di kelas. Kalau begitu aku duluan ya," ucap Elvie sambil berlari menuju ke kelas.

Saat akan menaiki tangga, Elvie melihat Rei menghampiri Cecilia. Ia pun menguping karena penasaran.

"Halo Rei, aku menunggumu dari tadi loh. Ada yang ingin kusampaikan padamu," ucap Cecilia.

"Aku juga. Ada yang ingin kusampaikan padamu," balas Rei.

"Silahkan duluan," ucap Cecilia.

"Kurasa aku tidak bisa pacaran lagi dengamu," ujar Rei.

"Kenapa? Kamu bercanda kan? Jangan buat aku kaget deh," ujar Cecilia.

"Aku tidak bercanda. Aku sadar bahwa aku sebenarnya tidak begitu menyukaimu. Apalagi kita jarang bersama. Aku merasa jauh denganmu," balas Rei.

"Jadi, ayo kita putus," ucap Rei lagi tanpa ragu.

Rei kemudian berjalan pergi meninggalkan Cecilia. Namun, Cecilia menarik tangan Rei.

"Tunggu. Tolong pikirkanlah lagi. Aku masih mau bersamamu," ucap Cecilia yang terlihat sedikit menangis. Air mata semakin banyak keluar dari matanya.

"Maaf," balas Rei sambil berjalan lagi meninggalkan Cecilia

Cecilia akhirnya hanya diam tak bergerak di depan gerbang sekolah. Hujan lebat membuat seluruh pakaiannya basah kuyup. Tak berselang lama, ia pun menangis.

...

...

"Begitulah ceritanya. Kau memutuskan dia tepat saat ia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Dengan kata lain, kau menghancurkan karirnya. Sudahlah, aku mau pergi dulu. Sisanya akan aku ceritakan besok," ujar Elvie yang kemudian pergi dan menghilang dibalik gelapnya malam.

Rei pun menjadi merasa sangat bersalah. Tak pernah terpikir olehnya bahwa kata-kata tidak serius darinya akan menyakiti hati seorang perempuan. Ia tidak tahu harus berbuat apa, ia pun mendekat ke arah jendela, sambil merenungkan apa yang telah ia perbuat. Malam harinya, ada sebuah pesan masuk yang dikirim oleh Maya. Maya mengajak Rei untuk menginvestigasi siapa pelaku kekacauan di sekolah. Namun, Rei tak membalasnya karena ia masih merasa sedikit sedih dan malu karena kejadian hari itu. Ia juga mendapat pesan dari Lilia yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan titik terang dan akan mengikuti investigasi besok.