Keesokan harinya, Rei terbangun dari tidurnya. Hari itu, ia sangat tidak ingin bersekolah. Saat ia akan tidur lagi, seseorang mengetuk jendela kamarnya.
"Rei, bangun! Nanti kamu telat ke sekolah loh. Kita sepakat untuk memulai pencarian pelakunya hari ini, kan?" ujar Maya yang memasuki kamar Rei melalui jendela.
"Hei, jangan memanjat jendela rumahku dong. Ini lantai dua tahu. Kalau kamu terjatuh dan masuk rumah sakit nanti aku yang disalahin lagi. Lagipula aku kan tidak bilang ya soal ajakanmu," balas Rei.
"Apa salahnya, sejak dulu kan aku memang sering memanjat rumahmu," ujar Maya.
"Ya terserahlah. Aku mau ganti baju dulu. Kamu tunggu saja di luar." balas Rei.
"Jangan lupa bawa baju ganti ya," ucap Maya.
"Ya. tenang saja," balas Rei.
Rei kemudian berganti pakaian dan bersiap ke sekolah. Mereka berdua pun pergi bersama- sama menuju ke sekolah. Dalam perjalanan, Maya dan Rei sibuk membicarakan siapa pelaku yang membuat masalah di sekolah. Maya menyampaikan bahwa Lilia menduga bahwa Arvan lah yang melakukannya, namun Maya sedikit tidak percaya karena Arvan adalah salah satu dari pendiri klub dan telah bergabung sejak tahun pertama. Di sisi lain, Rei menyampaikan bahwa Lilia akan ikut mencari tahu siapa pelakunya pada malam ini. Walaupun sempat tidak setuju, Maya akhirnya memperbolehkan Lilia ikut dengan satu syarat, yakni Lilia tidak boleh membuat ulah sedikitpun di lab.
Pada hari itu, kegiatan belajar-mengajar berlangsung seperti biasa. Namun, Maya merasa sedikit aneh ketika Lilia terlihat beberapa kali memerhatikan Arvan dan dirinya secara mendetail. Saat ditanya, Lilia hanya menyampaikan bahwa ia hanya sekadar iseng saja. Saat pulang sekolah, anggota klub berkumpul seperti biasa dan melakukan aktivitas klub sampai pukul enam sore. Saat jam pulang tiba, Maya menyuruh Arvan dan Mel pulang duluan karena Rei dan dirinya masih ingin membuat sesuatu. Arvan dan Mel pun terlihat mengemas barang bawaannya dan pergi dari lab. Tepat pukul tujuh, Lilia datang ke lab. Ia membawa Laura, Elvie, dan Frank bersamanya.
"Hai Maya. Sudah mau mulai?" tanya Lilia.
"Baiklah. Aku akan menjelaskan rencananya," ujar Maya.
Maya kemudian menjelaskan secara detail apa yang akan mereka lakukan. Pertama-tama, mereka akan mematikan lampu ruangan lab untuk mengelabui pelakunya. Disamping itu, Rei dan dirinya akan secara bergantian keliling sekolah untuk memastikan keadaan benar-benar aman.
"Apa kita tidak akan diusir petugas keamanan?" tanya Laura.
"Tenang saja. Aku sudah bekerjasama dengan para guru dan staf lainnya. Seharusnya tidak akan ada masalah yang besar soal itu," jawab Maya.
"Ya sudah kalau begitu. Aku akan berkeliling duluan ya," ujar Rei.
"Ya. Jangan lupa kabari aku kalau ada masalah," balas Maya.
Rei lalu mengambil ponsel miliknya lalu pergi ke luar. Sementara itu, semua anggota lainnya bersembunyi di bawah meja. 30 menit berlalu. Rei akhirnya kembali dengan tangan hampa. Satu-satunya hal yang ia temukan adalah pintu lemari di gudang sekolah yang biasanya terbuka telah ditutup oleh seseorang.
"Bagaimana? Apakah ada sesuatu di sini? Kalau aku tidak menemukan apapun di luar" tanya Rei kepada yang lainnya.
"Tidak ada apa-apa. Kalau begitu aku pergi dulu ya," balas Maya.
Maya lalu gantian pergi berkeliling sekolah. Saat akan turun ke lantai bawah, ia melihat sosok bayangan hitam mengarah ke UKS, lalu ia pun mengikutinya. Saat masuk ke UKS, Maya terheran-heran karena di UKS tersebut tidak ada siapapun dan ruangan dalam kondisi yang gelap. Saat akan membuka pintu untuk keluar, Maya kaget karena pintu yang tadi ia gunakan untuk masuk sekarang terkunci. Berbagai cara ia coba untuk membuka pintu, namun tak ada satu pun yang membuahkan hasil. Ia pun menyerah dan mencoba menghubungi yang lain.
Setelah mengambil ponsel dari kantong roknya, Maya menelepon Laura dan berkata,"Tolong ke UKS lantai bawah dong, Aku terkunci nih."
Semua orang yang berada di lab terkejut saat menerima telepon dari Maya. Frank dan Laura segera menuju UKS untuk menolong Maya. Di sisi lain, Rei mengajak Elvie keluar sebentar untuk membicarakan sesuatu dan meninggalkan Lilia sendiri di lab.
"Ada apa?" tanya Elvie.
"Aku mau cerita lanjutan yang kemarin," jawab Rei.
"Tentang Camellia?" tanya Elvie lagi.
"Ya," balas Rei.
"Begini. Aku tidak tahu detail waktunya. Aku hanya sempat melihat sesaat saja kejadian ini. Jadi saat waktu itu kamu sedang kencan dengan Camellia, kamu pernah meninggalkannya di depan bioskop dan malah jalan dengan Maya kan?" ujar Elvie.
"Oh saat itu. Ya, benar. Waktu itu Maya tiba-tiba meneleponku dan mengajakku makan bersama. Aku tidak enak hati untuk menolak ajakannya," balas Rei.
"Setelah aku berbicara dengan Camellia. Katanya kau sangat tertutup padanya dan lebih memprioritaskan Maya. Awalnya Camellia tidak masalah soal itu karena mengira itu hanya hubungan sebatas teman biasa. Namun, ia mulai menyadarinya setalah kamu bertemu dengan Maya di depan toko buku dekat stasiun. Kurasa kau sudah tau sendiri detail ceritanya kalau dari situ," ujar Elvie.
Mendengar perkataan Elvie, Rei hanya bisa merasakan rasa sakit di tubuhnya, rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.
"Kamu sudah menyukai Maya sejak dulu sekali kan?" tanya Elvie.
"Ya, benar. Aku sudah menyukainya sejak sebelum masuk ke akademi ini," jawab Rei.
"Coba ceritakan alasan kamu menyukainya dan latar belakangnya," balas Elvie.
"Kurasa itu sejak SMP. Aku dan Maya memang sudah kenal dan tinggal berdekatan sejak lama. Namun, aku tidak pernah menganggap Maya sebagai perempuan. Pada suatu hari, aku melihat Maya menangis di kelas saat sore hari. Setelah aku caritahu, ternyata ia menangis karena ditolak cintanya oleh Frank. Aku sudah mencoba untuk menghiburnya dengan berbagai cara, namun tidak berhasil," ujar Rei
"Sejak saat itu, aku mulai tertarik padanya. Setiap kali dia bermain denganku, aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Lama kelamaan aku jatuh cinta padanya. Akan tetapi saat aku menyatakan cinta padanya, dia hanya menyampaikan bahwa ia perlu waktu. Itulah dimana aku mulai mati-matian mengejar cintanya. Dari situ, aku membuat kesalahan. Aku terjebak hubungan cinta sepihak dengan Camellia dan Cecilia. Aku sekarang sudah tidak tahu harus berbuat apa. Aku juga sudah pasrah dengan apa yang dia pikirkan tentangku," ujar Rei lagi
Boleh aku beritahu pendapatku?" tanya Elvie.
"Tentu," jawab Rei.
"Cinta itu bukan hanya sebatas perasaan suka semata, namun ada dorongan dari hati untuk memberikan yang terbaik untuknya tanpa paksaan," ujar Elvie.
Rei terdiam sejenak memikirkan apa yang telah ia perbuat selama ini. Ia sadar bahwa tindakannya salah, namun ia sudah terlanjur menikmati suasana, membuatnya sulit untuk menentukan pilihan dan fokus ke satu orang saja.
"Ingat, kesempatan tak datang berkali-kali loh, sewaktu-waktu bisa hilang," ucap Elvie.
"Ya, aku tahu. Terima kasih," balas Rei mengiyakan perkataan Elvie.
"Nah itu Maya sudah kembali. Kalau begitu, aku kembali ya," ucap Elvie sambil berjalan kembali ke lab.
Dari ujung lorong yang gelap, Maya terlihat berjalan dengan membawa sesuatu.
"Bagaimana? Apa pelakunya tertangkap?" tanya Rei.
Maya menggelengkan kepalanya sambil berkata,"Tidak. Dia menghilang terlalu cepat."
"Kalau begitu, aku mau berkeliling dulu ya," ujar Rei.
Sebelum sempat pergi, Maya menarik tangan Rei. Wajahnya tampak sedih dan tubuhnya tampak lelah, namun Maya berusaha menyembunyikannya.
"Maya, ada apa? Sepertinya kamu kelelahan sekali hari ini," ucap Rei.
"Aku tidak apa-apa kok," balas Maya.
"Apanya yang tidak apa-apa, kamu terlihat lemas begitu kok," ucap Rei.
"Aku tidak apa-apa!" bentak Maya.
"Maya, kamu kenapa sih? Kamu belakangan ini berubah," ujar Rei.
"Kamu yang berubah! Kamu meninggalkanku," balas Maya.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," ucap Rei.
"Tidak mengerti? Yang benar saja! Mengapa kamu mempermainkan perasaan Cecilia dan Camellia? Mengapa kamu tidak bilang sama sekali kalau kamu pernah pacaran dengan mereka berdua? Kamu sudah kehilangan akal sehatmu?" ujar Maya.
"Kamu ... mengetahuinya?" balas Rei dengan dengan nada kaget.
"Pergi, jangan dekat-dekat denganku!" balas Maya.
"Maaf," ucap Rei yang kemudian berlari ke arah luar gedung sekolah.
Maya yang tadinya terbawa emosi mendadak khawatir dengan Rei karena mendapat firasat buruk.