"Lyla dan Doni, bisa ikut aku sebentar?" tanya Elvina
"Bisa, tapi mau ke mana?" jawab Lyla dengan membalikkan pertanyaan kepada Elvina
"Ikut saja dulu, aku ada hadiah spesial untukmu." ucap Elvina
"Baiklah." balas Lyla
"Kalian tunggu di luar sebentar ya." ucap Elvina pada Doni dan Lyla
Lyla dan Doni kemudian ke luar ruangan
"Arnette, mulai sekarang seluruh laboratorium beserta isinya kuserahkan padamu, Ellya, dan Zoe. Jaga baik-baik ya. Kamu bisa ambil seluruh berkas-berkas yang ada di ruangan kerjaku." ujar Elvina
"Memangnya ada apa? Kok tiba-tiba begini." tanya Arnette
"Aku sebenarnya sudah berencana untuk berhenti jadi peneliti dan pensiun, hanya saja aku baru bilang sekarang. Kalian tenang saja." jawab Elvina
"Kalian bertiga mau ke mana?" tanya Arnette
"Entah, aku juga belum tahu. Kalau kalian mencariku, aku akan berada fi sekitar sini." jawab Elvina
"Baiklah, saya akan urus semuanya." tutur Arnette
"Kalau begitu, aku keluar dulu ya. Sampai jumpa." ucap Elvina mengakhiri pembicaraan dan menuju ke luar ruangan
Lyla, Elvina, dan Doni lalu pergi ke sebuah ruangan di lantai paling bawah Blok Riset Semesta. Sesampainya di ruangan tersebut...
"Ruangan apa ini?" tanya Lyla
Elvina menjawab," Ini adalah hadiah dariku untuk kita bertiga."
"Apa maksudmu?" tanya Lyla lagi
"Lihatlah mesin yang ada di sini. Ini adalah Universe Blend. Mesin ini akan membawa kita ke masa lalu." jawab Elvina
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apapun dari perkataanmu." balas Lyla
"Aku ingin membawa kita ke masa lalu." ucap Elvina
"Tapi mengapa sekarang? Kurasa kehidupan kita sekarang sudah cukup pas. Jadi tidak ada alasan untuk kita kembali ke masa lalu, kan?" tanya Lyla
"Pas? Kau yakin? Kurasa apa yang kau katakan salah total." jawab Elvina
"Apa ini masalah rencana terbaru kita?" tanya Lyla
"Bukan. Ini masalah pribadi." jawab Elvina
"Masalah pribadi apa? Kita tak mempunyai masalah apa-apa kan?" tanya Lyla
"Kau mencintai Doni kan?" ucap Elvina membalikkan pertanyaan
"Tidak. Lagipula mengapa tiba-tiba mengungkit ini sih." balas Lyla
"Jangan bohong! Aku tahu semuanya sejak dahulu saat masih SMA. Mungkin kalian bisa berbohong, tetapi aku bukan orang yang tepat untuk kalian bohongi. Aku tahu sebenarnya kalian sudah saling suka sejak SMA, tetapi karena teman kalian mengganggu, semuanya jadi berantakan. Aku akui aku juga menyukai Doni, tetapi aku tak bisa. Aku ingin kamu bahagia, Lyla. Kau adalah teman terbaikku sejak kecil." ujar Elvina
"..." Lyla terdiam
"Kamu sudah mengerti, kan?" tanya Elvina kepada Lyla
"Pokoknya aku tidak setuju. Batalkan semua ini!" protes Lyla
"Kalau begitu, maafkan aku." ucap Elvina
Saat Elvina mengucapkan permintaan maaf, Yuna datang menghampiri Lyla dari belakang dan menyetrum Lyla dengan stun gun sampai pingsan.
"Aku jadi kasihan padanya." ucap Doni kepada Elvina
"Ya mau bagaimana lagi, ini semua sudah menjadi rencana kita sejak awal." balas Elvina
Lyla kemudian dibawa Yuna masuk ke dalam alat ciptaan Elvina. Doni dan Elvina juga ikut masuk ke dalamnya.
"Untuk memastikan. Waktu yang kalian inginkan adalah ketika kalian masih SMA, kan?" tanya Yuna
"Tepat." balas Elvina
"Kalau begitu, aku akan mulai prosesnya." ucap Yuna
Yuna lalu mengatur waktu pada alat ciptaan Elvina, lalu menarik tuas untuk mengaktifkannya.
"Selamat jalan." ucap Yuna
Ruangan di sekitar Elvina, Doni, dan Lyla menjadi putih seiring dengan kembalinya mereka ke masa lalu. Di sisi lain...
"Kemenangan adalah milik kita!" seru Arnette kepada semua staf yang ada di ruangan
"Semua penduduk lokal telah berhasil mendapatkan tanah mereka kembali." ucap Celine
"Kerja bagus semuanya. Misi kita sudah selesai." balas Arnette
Semua staf kemudian satu per satu mulai meninggalkan Blok Riset Semesta untuk kembali ke Laboratorium Xephir. Mereka kemudian bekerja kembali seperti biasa.
Sementara itu...
Cahaya putih yang menyelimuti penglihatan Elvina perlahan-lahan meredup.
"Dimana ini?" pikir Elvina
Semuanya tampak gelap gulita, di sebuah ruang tanpa ujung. Sangat hening tanpa adanya suara apapun. Elvina hanya bisa melihat dirinya sendiri yang sedang berdiri di tempat tersebut.
"Apakah aku gagal...?" pikir Elvina lagi
"Aku tidak mau terperangkap disini. Aku harus mencari jalan keluar." ucap Elvina
Elvina kemudian berteriak,"Doni! Lyla! Dimana kalian?"
...
...
...
Tetap hening, tanpa adanya jawaban yang jelas. Setelah berteriak beberapa kali, Elvina kemudian mulai pasrah. Ia berbaring di tempat tersebut dan menutup matanya lalu membayangkan pemandangan alam yang indah. Tak lama kemudian, ia membuka matanya.
...
...
...
"Apa yang sebenarnya terjadi?" pikir Elvina
Seketika, tempat yang tadinya sangat hampa berubah menjadi hamparan padi menguning yang indah, persis seperti yang dibayangkan Elvina.
"Oh, sekarang aku mengerti. Dunia ini adalah tempat imajiner yang tidak logis." pikir Elvina
Elvina kemudian membayangkan tempat ia tinggal dahulu. Suasana jalan raya, sebuah kota yang modern pada masanya, juga penduduk-penduduknya. Ia kemudian membayangkan rumahnya, sekolahnya, dan beberapa tempat yang pernah ia tempati.
Suasana sekolah mulai terbentuk. Terlihat beberapa teman-teman Elvina sedang mengobrol di kelas sebelum bel berbunyi.
"Hei Elvina, bel masuk sudah berbunyi." ucap Lyla
"Oh ya, terima kasih sudah mengingatkan." balas Elvina
Tak lama kemudian guru yang mengajar masuk ke kelas. Suasana sekolah yang lama tak ia rasakan kembali ia rasakan. Setelah pulang sekolah, ia kembali ke rumahnya.
"Halo nak, bagaimana sekolahmu hari ini." ucap bunda
"Baik. Seperti biasa saja. Aku istirahat dulu ya." balas Elvina
"Ya." balas bunda
Elvina kemudian menuju ke kamarnya
"Wah kamarku masih saja seperti dulu." ucap Elvina sambil berbaring di kasurnya
"Kehidupan seperti ini...boleh juga ya. Aku bisa menyetel semua aspek dunia ini hanya dengan pemikiranku. Yah walaupun begitu, hidupku tak sepenuhnya lengkap sih." pikir Elvina
"Besok aku akan menemui Doni di rumahnya deh." pikir Elvina lagi
Kehidupan Elvina di dunia yang entah nyata atau tidak, berlanjut terus menerus tiada akhir. Elvina hanya bisa menerima keadaan tersebut karena itu merupakan konsekuensi dari ciptaannya sendiri. Ia mulai hidup dengan tenang dengan motto hidup "Jangan lelah untuk berimajinasi"
Sementara itu...