"Alleta, lo masih jalan sama si Terong-terong itu?" aku menatap malas ke arah Jaehyun yang selalu ribut tentang kekasihku.
"Namanya Taeyong, Jaehyun." koreksiku, sudah berapa kali aku katakan jika nama kekasihku adalah Taeyong bukan sejenis sayuran.
Akupun tak mengerti mengapa Jaehyun tidak menyukai kekasihku.
"Kali ini apa lagi? lo mau kasih info tentang cowok gue apalagi?" tanyaku santai padahal dalam hati aku dibuat kesal karena ulahnya.
Jaehyun terkekeh, kemudian meminum green tea milikku, sifatnya itu tidak bisa dihilangkan.
"Beli sendiri sana."
"Nggak deh gue minta aja, lagi pula gue lagi flu sama batuk." ujarnya membuatku melebarkan mataku, lalu mengapa seenaknya meminum minumanku?
"Jaehyun, nanti kalau gue ketularan sakit bagaimana?"
"Ya nggak apa, lo kan sahabat gue jadi kalau gue sakit lo juga sakit, itu baru namanya setia kawan." balasnya tak tahu diri.
Aku memukul lengannya bar-bar dan dihadiahi ringisan dari Jaehyun.
"Galak banget si nyai."
"Ya elo yang mengada-ngada, tujuan lo kemari untuk apa kalau bukan menyesatkan gue? lo belum jawab pertanyaan gue Jae, hasutan apalagi yang lo punya untuk memporak-porandakan hubungan gue dengan mas Taeyong?"
"Galak banget heran, lagi peroid ya? gue nggak ada bahan lain kok. Cuma rindu aja dengan sahabat cantik gue ini. Tapi serius ya Le lo harus benar-benar buka mata, jangan jadi korban budak cintanya Taeyong itu."
"Jae, bisa berhenti nggak? berhenti untuk mengganggu hubungan gue sama mas Taeyong. Gue mohon. Bukannya gue nggak percaya sama lo Jaehyun, tapi gue sendiri yang merasakan kalau mas Taeyong itu tulus mencintai gue bahkan dia mengajak gue untuk menikah. Apa itu belum serius menurut lo? apa dia terkesan main-main di mata lo?" ucapku memberi pengertian padanya.
Tak ada emosi atau suara yang meninggi apapun itu karena aku takut melukai hati sahabatku ini. Biar bagaimanapun aku tahu jika dirinya sangat menyayangiku karena dari kecil kami selalu bersama.
"Okay kalau lo yang minta. Gue harap lo nggak akan menyesal sama pilihan lo karena sudah seringkali gue kasih tahu lo tentang dia. Gue pamit ya. Take care!"
Semenjak hari itu aku sama sekali tak bertemu dengan Jaehyun bahkan dia sama sekali tak mengabariku hingga aku lelah sendiri mencari keberadaannya. Jaehyun benar-benar menghilang dari kehidupanku. Apa aku keterlaluan padanya?
.
.
"Dek, sudah sampai berapa persen persiapan pernikahan kamu?" tanya kak Doyoung menghampiriku dan mendudukan dirinya di sampingku.
Kak Doyoung ini kakak tiriku, bunda menikah lagi dengan Ayah kak Doyoung saat kami di bangku kuliah. Kak Doyoung sudah menikah dan memiliki seorang putri berusia 4 tahun bernama Elena.
"Hampir rampung sih kak, tunggu konfirmasi ulang dari pihak cathering aja karena mas Taeyong mau menambah menu lain."
"Mbak Gia sama Elena kemana? nggak jadi mampir?"
"Di rumah, Elena sedang tidur, kehamilan ke dua mbakmu juga semakin payah." aku merasa kasihan dengan kakakku ini kurasa dia sedang banyak pikiran.
"Lalu untuk apa kakak kemari? bukannya menjaga kakak ipar dan keponakanku."
"Kakak ke sini hanya memastikan hubunganmu dengan Taeyong, baik-baik saja kan?" tanyanya. Aku menoleh secara kilat ke arah kak Doyoung, meminta penjelasan alasan ia bertanya seperti itu.
"Mengapa kakak bertanya kepadaku seperti itu? hubunganku dengan mas Taeyong baik-baik aja kak bahkan kami akan menikah seminggu lagi."
"Syukurlah kalau begitu mungkin kakak salah melihat, seseorang yang kakak lihat kemarin bukan Taeyong."
"Memang apa yang kakak lihat?"
"Kakak melihat orang yang mirip dengan Taeyong keluar dari kamar hotel bersama seorang wanita yang menggendong bayi saat kemarin kakak menjemput Gia dari acara kantornya."
Sesaat aku terdiam meyakini diri jika yang dilihat kak Doyoung memang bukan mas Taeyong.
••••
Aku bergerak gusar saat tidak mendapati kabar dari mas Taeyong padahal dua jam lagi pernikahanku dengannya digelar. Namun, sejak 5 jam yang lalu aku belum mendapat kabar apapun darinya.
"Coba dihubungi lagi sayang" pinta bunda, kulihat ada raut khawatir di wajahnya, bunda sama cemasnya denganku.
"Bun, sama sekali nggak bisa dihubungi. Aku harus bagaimana bunda?"
Kak Doyoung datang dengan tergesa menghampiriku dan berbisik kepada bunda. "Kamu tunggu di sini jangan keluar sampai kakak atau bunda yang meminta, mengerti Alleta?" aku hanya mengangguk patuh meskipun hati ini sudah tak karuan dan tak mengerti situasi yang sedang aku hadapi saat ini.
Kekuatan hati dan kepercayaan adalah hal yang dapat membantu menguatkan sebuah hubungan saat detik-detik melangsungkan pernikahan dan aku masih mempercayai mas Taeyong. Tidak mungkin jika Ia berniat jahat padaku, mempermalukan aku dan keluargaku.
Aku mendapati bunda yang datang memelukku dengan tangisan pilu. "Bunda? mengapa bunda menangis?" tanyaku dengan suara tercekat.
Melihat bunda yang begitu pilu membuatku ikut tersedu, aku yakin make up ku sudah tak karuan saat ini.
"Kamu yang sabar ya sayang, jangan menunggu laki-laki pengecut itu karena dia tidak akan datang." ucapan bunda membuat tangisanku semakin pecah.
Aku tidak tahu lagi bagaimana aku harus melanjutkan hidup untuk ke depannya, bagaimana aku melihat kekecewaan dari keluargaku? sungguh aku teramat menyesal tidak mengikuti saran dari Jaehyun.
"Doyoung segera batalkan acara pernikahan ini? lebih baik ayah malu dibanding membiarkan putri ayah menikah dengan lelaki tidak bertanggung jawab itu." pinta ayah kemudian merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya.
Belum sempat kak Doyoung keluar dari ruanganku, aku mendengar suara langkah kaki yang memasuki ruangan ini, mataku menangkap sesosok laki-laki yang sangat aku harapkan kehadirannya sejak tadi.
"Jae...hyun?"
"Sorry Alleta, harusnya gue nggak ninggalin lo." ujarnya pelan kemudian menarik tubuhku ke dalam rengkuhannya. Jaehyun sahabatku kamu kemana saja selama ini?
"Jangan takut gue selalu ada buat lo."
"Ijinin gue menjadi teman dan sahabat di hidup lo selamanya." Jaehyun merenggangkan pelukannya dan menatap kedua manik mataku.
"Alleta Anjani, bisakah gue naik pangkat? gue ingin selalu ada di samping lo yang siap sedia 24 jam." ucapnya tulus.