Chereads / Dear J | Jung Jaehyun / Chapter 3 - Mas Suami

Chapter 3 - Mas Suami

Aku merotasikan mata malas, menggulingkan tubuhku ke kanan dan ke kiri merasa bosan ketika sendirian di rumah. Jam menunjukkan pukul 2 siang, suamiku tidak akan pulang di jam segini.

Entah mengapa aku sedang merindukan nasi goreng buatannya, mungkin saat ini aku sedang mengidam.

Aku menghela nafas lelah dan mengelus perutku yang sedikit membuncit, usia kandunganku memang masih muda. Aku dan mas Jaehyun memeriksakannya dua bulan yang lalu dan dokter menyatakan jika usia kandunganku genap 12 minggu saat itu berarti usia kandunganku sekarang memasuki usia 20 minggu. Rasanya tak sabar menunggunya lahir ke dunia.

"Sabar ya sayang, bunda hubungi Ayah semoga ayahmu mau pulang lebih awal."

Aku meraih ponselku yang ada di nakas sebelahku dan mencari nomor mas Jaehyun. Sambungan telepon terhubung setelah dirinya me reject panggilanku sebanyak 2 kali.

Memang sudah menjadi hal yang biasa untukku ketika dia sedang berselingkuh dengan mahasiswanya, maksudku berselingkuh karena dia sedang mengajar saat ini.

"Suami?" ucapku menyapanya.

"Ada apa? mas sedang mengajar. Kamu butuh sesuatu?" yep, biar bagaimanapun dia akan selalu siaga.

"Kalau istri meminta suami untuk pulang saat ini, apa suami mengabulkan permintaannya?"

"Tergantung." balasnya.

Mengapa tergantung? bukan itu jawaban yang aku inginkan, memang susah jika jiwa dosennya masih melekat pada dirinya.

"Yasudah kembali bekerja sana cari uang untuk istri dan anak, jangan mencoba berselingkuh dari istri ya?"

"Sayang, apa kamu sedang kesulitan? apa ada yang sakit?" ucapnya dengan suara terengah. Apa suamiku ini berlari dan menjauh dari kerumunan? hatiku kembali melunak dan ingin cepat dia berada di sisiku saat ini, rasanya aku ingin cuddling bersamanya seharian.

"Tidak. Anakmu sedang berulah. Mau kah kamu bertanggung jawab? aku sudah tidak bisa menahannya tapi jika suami sedang sibuk kami tidak apa.."

"... Tunggu di rumah, mas ijin dulu." gotcha! nak kau harus selalu pandai bersyukur karena memiliki ayah seperti ayah Jaehyun.

"Hati-hati di jalan, jangan lupa untuk mampir membeli ayam ya suami? anakmu ingin dibuatkan nasi goreng ayam suwir."

"Anak kita." koreksinya.

"Dekatkan ponselmu dengan perutmu, beri sedikit jarak jangan terlalu dekat." ucapnya memintaku. Aku meloudspeaker nya karena penasaran dengan apa yang akan dia katakan nanti.

"Tunggu sebentar ya sayang, ayah akan kembali ke rumah dan memasakkan nasi goreng untukmu, jangan bertingkah di perut bunda." katanya membuatku gemas. Ya Tuhan suami siapa sih ini.

"Yasudah suami bersiap untuk pulang ya? istri menunggu di rumah jangan terlalu aktif."

Rasanya aku ingin berteriak di depan wajah Ajun, tidak menyesali keputusanku untuk menikah muda dan menjadi mama muda. Semenyenangkan itu memiliki suami perhatian, tampan, pintar, dan ber-uang. Terima kasih- Tuhan is the best planner.

••••

"Suami?" teriakku saat melihatnya berdiri diambang pintu dengan membawa sekantung plastik yang aku yakini adalah ayam mentah. Aku menghampiri suamiku berniat untuk memeluknya.

Namun, suamiku ini menahannnya dan memintaku untuk diam di tempat. Memang selalu seperti itu tidak perlu merasa heran lagi, suamiku takut jika dirinya akan membawa virus dari luar ke rumah. Oleh sebab itu, dia akan selalu mandi terlebih dahulu baru kami bisa lovey dovey.

"Diam di sana sayang, aku akan mandi dulu." aku hanya menatap punggungnya menjauh berjalan ke arah dapur kemudian ke arah kamar kami.

"Sabar ya sayang." ucapku mengelus perutku. Dari pada aku di buat bosan menunggunya mandi lebih baik aku mencuci ayam yang suamiku beli.

Aku terkejut kala suamiku memeluk tubuhku dari belakang, bau sabun menguar di indera penciumanku. "Mengapa tidak bisa diam? kamu terlalu aktif sayang, dimana letak bateraimu hum?" Apa dia pikir aku ini boneka?

"Mas, menjauh sana jangan menggangguku." suamiku terlihat heran pasalnya bukannya tadi aku yang ingin bermanja-manja dengannya.

"Kamu duduk biar aku yang teruskan." katanya memintaku untuk duduk.

"No."

Aku beringsut mundur dan berjalan di belakangnya, memeluknya dari belakang berniat untuk mengganggu dirinya. Suamiku sama sekali tak menolaknya bahkan aku mengikutinya yang berjalan kesana kemari.

"Sayang nanti kamu lelah lagi pula kasihan dengan bayi kita, takut terhimpit." ucapnya takut-takut. Aku tahu dia takut jika aku marah padanya karena dirinya sudah paham mood ibu hamil seperti apa.

Tanpa menjawab aku berjalan ke arah meja makan yang tak jauh dari tempat mas Jaehyun berdiri, aku tidak marah padanya hanya benar apa yang dia katakan aku merasa lelah sekarang.

"Sayang, nasi gorengnya sudah jadi."

Mas Jaehyun menghampiriku yang sedang melamun, hampir saja aku menjatuhkan gelas jika tidak di jauhkan oleh suamiku.

"Ada apa?"

"Tidak."

"Kamu marah?"

"Tidak, aku hanya lelah dan sedikit pusing." jujurku.

"Aktivitas apa yang kamu lakukan hari ini?" tanyanya dengan wajah serius, dia akan selalu mengontrol kegiatanku setiap harinya takut-takut jika aku kelelahan.

"Tidak banyak, aku hanya mengepel, mencuci baju, menjemur pakaian, menyapu dan menonton tv."

"Besok jangan melakukan itu lagi."

"Lalu bagaimana jika aku bosan mas? Kamu kan tahu aku anak yang aktif kalau tanganku tidak melakukan sesuatu pasti rasanya gatal."

"Besok mas belikan bahan untuk merajut, hanya melakukan itu tidak lebih, pekerjaan rumah tangga biar mas yang kerjakan sehabis pulang mengajar."

"Tapi mas..."

"Istri harus menuruti apa kata suami. Kamu tidak ingin masuk neraka kan sayang?" selalu seperti itu jika aku melakukan protes.

"Iya. Iya."

"Sekarang makan nasi gorengnya, kasihan anak ayah kelaparan nanti." aku tersenyum lalu melahap nasi goreng buatan suamiku tanpa tersisa. "Pelan-pelan, kunyah yang benar nanti perutmu sakit."

"Mas apa setelah ini kamu sibuk?" tanyaku saat menghabiskan suapan terakhir.

"Tidak, kamu mau sesuatu lagi?"

"Aku ingin cuddle seharian." ucapku mantap membuat wajah mas Jaehyun berseri seperti mendapatkan jackpot.

"Permintaan istri diterima." balasnya.

"Usia kandunganmu sudah menginjak 20 minggu bukan? jadi tidak masalah jika kita lebih dari itu, bagaimana dengan menjenguk dedek bayi?"

Aku menahan malu dibuatnya, sudah dapat dipastikan jika wajahku bersemu merah. Ku beritahu mas Jaehyun itu agak sedikit mesum jangan percaya dengan wajah polosnya karena semua laki-laki itu sama saja jika berurusan dengan ranjang.