Chereads / Dear J | Jung Jaehyun / Chapter 8 - Bodyguard

Chapter 8 - Bodyguard

"Papa!"

"Mulai berani ya kamu dengan papa? seperti ini caranya kamu berbakti kepada orang tua? papa melakukan ini juga untuk kebaikanmu Alleta. Papa dan mama tidak selalu ada di dekatmu, jadi apa salahnya papa mempekerjakan seseorang untuk menjaga kamu."

Aku tidak bermaksud untuk melakukan itu, berteriak di depan papa pun aku tak pernah. Hanya kali ini, menurutku papa sungguh keterlaluan.

Untuk apa mempekerjakan seseorang sebagai bodyguardku jika kekasihku sendiri masih bisa menjagaku?

"Bukan seperti itu pah." kataku menjelaskan, "Bukannya itu terlalu berlebihan kalau papa mempekerjakan seseorang untuk menjagaku? lagi pula aku tidak sendiri di rumah. Ada bu Lili dan pak Hendra yang siap sedia menemaniku, ada mas Abima yang selalu ada untukku."

"Kamu masih berhubungan dengan dia?!" nada bicara papa mulai meninggi, ini bukan hal yang baru untukku.

Sejak aku berhubungan dengan mas Abima, papa tidak pernah merestui hubungan kami dengan alasan yang tidak jelas.

"Apa aku harus mengikuti kemauan papa? sedangkan aku sendiri tidak tahu alasannya mengapa papa tidak menyukai mas Abim. Pah, Ale sudah dewasa dan tahu mana yang terbaik untukku. Selama papa dan mama tidak ada didekatku, mas Abim yang selalu menjagaku."

"Alleta, jaga bicaramu." atensiku teralih ke arah mama yang sedang menatapku dengan teduhnya. Aku tahu mah, tapi kali ini aku tidak bisa menuruti kemauan papa.

Apa kata teman-temanku nanti jika sebesar ini aku masih membutuhkan seseorang yang menjagaku 24 jam. Aku bukan anak kecil lagi.

"Ale tidak meminta apapun dari mama dan papa, bahkan aku tidak pernah mengeluh jika aku kesepian dan merindukan kalian. Alleta terima kalian sibuk bekerja, mencari uang untuk membahagiakan keluarga kita yang aku sendiri pun tidak meminta itu. Aku lebih menyukai keluarga kita melakukan hal yang biasa seperti keluarga lain pada umumnya. Berkumpul di akhir pekan misalnya, tapi apa yang aku terima? Mama dan papa sibuk dengan dunia kalian sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaanku, aku butuh sosok seorang ayah, aku butuh sosok seorang ibu yang justru aku dapatkan dari orang lain sejak kecil. Bisakah kalian mengerti posisiku?"

Dengan luka yang aku dapatkan, aku berjalan gontai ke arah kamar. Maaf jika aku keterlalun, tapi aku sudah tidak bisa menahannya lagi.

Aku benci ketika orang tuaku sibuk dengan kegiatannya, bahkan sejak aku menginjak sekolah dasar.

Mereka memang memenuhi kebutuhan finansialku tapi kebutuhanku yang lain? mereka tidak mempedulikannya.

Jadwal untuk pulang ke rumah dan mengunjungiku pun tidak teratur, aku tidak mengharapkan mereka pulang ke rumah karena aku tahu, mereka akan memaksaku untuk melakukan ini dan itu, contohnya untuk menjauhi mas Abima.

Sama sekali tidak mengerti mengapa papa memintaku untuk selalu menjauhinya, ditambah hari ini papa yang mempekerjakan orang baru sebagai bodyguard ku, ini sangat berlebihan. Tidak mungkin papa memiliki musuh kan?

•••••

Berniat untuk sarapan karena aku merasakan lapar yang luar biasa, ingat kejadian semalam saat di meja makan? ya, aku lebih memilih untuk tidak makan malam.

Suasana rumah kembali sepi seperti biasanya, sepertinya mama dan papa sudah kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Bu, bu Lili?" aku memanggil bu Lili yang tak kunjung mengindahkan panggilan dariku, berjalan pelan ke arah dapur untuk mengambil air mineral tapi kehadiran seseorang disana membuatku terkejut. Dia laki-laki bertubuh tinggi mengenakan topi hitam, masker hitam dan kemeja hitam. Siapa dia?

"Siapa kamu?"

"Mengapa kamu bisa masuk rumahku?"

"Apa yang kau lakukan di rumahku?" tanyaku beruntun, laki-laki itu berjalan santai menghampiriku, secara otomatis aku beringsut mundur, mataku menatap ke sembarang arah mencari keberadaan bu Lili dan juga supir pribadiku.

Kemana mereka sampai orang tak dikenal bisa masuk ke rumahku?

"Saya Jaehyun." katanya memperkenalkan diri, alisku tertaut. Bahkan aku tak mengenalnya sama sekali.

"Saya yang diutus Tuan untuk menjaga nona Alleta."

Jadi dia orang yang ayah kirim untuk menjadi bodyguard ku?

"Kau bisa pulang dan beritahu Tuanmu bahwa aku menolaknya." ujarku santai.

Laki-laki yang bernama Jaehyun itu menatapku tajam seakan dia sedang menantangku saat ini. Sialan! berani sekali dia.

"Sayangnya nona tidak bisa menolak, saya sudah berjanji kepada Tuan untuk menjaga nona."

Aku mengacak rambutku frustasi, persetan dengan laki-laki yang ada dihadapanku ini. "Terserah padamu, aku tak menyukaimu berada di dekatku. Kau boleh mengikutiku tapi dengan jarak 3 meter, aku tak ingin yang lain tahu terlebih kekasihku."

"Baik nona, silahkan habiskan sarapanmu. Bu Lili sedang pergi berbelanja." katanya memberitahu, pantas saja jika rumah dalam keadaan sepi.

"Kau tidak berada di dekatku dalam 24 jam kan?"

"Tentu saja nona, saya akan mengawasi nona 24 jam."

"Gila! apa kau tidak punya pekerjaan lain?" protesku tak terima.

"Itu sudah menjadi pekerjaan saya sebagai bodyguard nona."

Aku tak menyukai Jaehyun, dia pintar sekali bicara. "Jangan mengajakku bicara." desisku.

.

.

"Hai sayang.." aku tersenyum ke arah mas Abim setelah dia mengecup bibirku singkat, kekasihku mendudukan dirinya tepat di kursi yang ada di hadapanku.

"Siapa dia?" tanyanya tiba-tiba, sepertinya dia tahu gerak-gerik Jaehyun yang sedang mengawasiku sejak tadi jadi kuputuskan untuk berkata jujur padanya.

"Tidak penting, hanya seseorang yang diutus papa untuk menjagaku."

Ia menatap Jaehyun dengan tatapan tak suka, sangat terlihat jelas dari matanya. "Jangan terlalu dipikirkan mas."

"Kali ini kita mau kemana?" tanyaku antusias.

"Apartku aja ya? aku sangat merindukanmu." aku tahu apa yang dia maksud.

Tapi bagaimana dengan Jaehyun? dia pasti akan mengikutiku dan memberikan laporan pada papa. Mengapa semuanya jadi terasa sulit?

"Ok." balasku singkat.

Saat keluar dari toilet seseorang menarik lenganku dan membawaku menjauh dari mall tersebut. "Apa yang kamu lakukan?" tanyaku tak terima. Aku tak bisa mengartikan tatapan matanya saat ini,

"Jauhi Abima, dia bukan laki-laki baik untukmu nona."

"Kau ini siapa? bukan menjadi urusanmu."

Jaehyun kembali menahan lenganku saat aku menepis tangannya itu. "Saya hanya menjalankan tugas, papa nona meminta saya untuk menjauhkan Abima dari nona."

"Jaehyun, kamu sudah melewati batas." ucapku gemas, "Apa pedulimu? dia kekasihku."

"Jangan menjadi wanita bodoh nona."

"Kau mengataiku? kau ini baru bekerja sehari, wah, sungguh luar biasa. Bagaimana bisa papa mempekerjakanmu?"

"Di mana kuncinya? aku ingin pulang sendiri."  ujarku pada akhirnya karena aku malas berdebat dengan Jaehyun. Aku segera menghubungi mas Abima bahwa aku diminta papa untuk pulang.

.

.

"Papa?!"

"Aku tahu papa tak menyukainya tapi bukan dengan cara seperti ini, papa pikir aku bisa membencinya hanya karena foto-foto editan ini?" Jaehyun mengambil foto yang berserakan di lantai setelah aku membuangnya.

"Kamu masih mempercayainya setelah melihat foto-foto itu? buka matamu, dia itu tidak baik untukmu. Bagaimana bisa dia keluar hotel bersama dengan wanita lain? hum? coba jelaskan pada papa?" aku menelan salivaku kasar, kami memang sering bermain di hotel tapi foto-foto yang diberikan papa tadi bukan diriku. Apa benar mas Abima melakukan sesuatu di belakangku?

"Terserah jika kamu tidak percaya dengan papa, yang jelas setelah kamu menyadari itu papa akan menjodohkanmu dengan pria lain, dia pria baik-baik. Papa yakin dia bisa membahagiakanmu."

Papa berjalan pelan meninggalkanku bersama dengan Jaehyun, aku mendudukan diri di sofa masih berpikir dengan apa yang papa katakan. Perjodohan? kali ini apa lagi? apa aku tidak pantas hidup bahagia bersama dengan pria pilihanku? pria yang aku cintai.

"Nona?"

"Jangan menyentuhku Jaehyun. Pergi dari hadapanku."

Alih-alih meninggalkanku, Jaehyun lebih memilih tetap berada di sampingku. Seakan dia tahu bahwa aku benci sendirian.

"Saya rasa nona harus mengikuti kemauan tuan untuk saat ini. Saya akan mencoba membantu nona...."

"Jaehyun? kamu yakin ingin membantuku? bisakah kamu membawaku pergi dari neraka ini? aku muak dengan semua ini, aku ingin meninggalkan semuanya." kataku tanpa keraguan, aku menyerah, aku ingin menjauh meskipun aku tak memiliki apapun nantinya.