Chereads / Dear J | Jung Jaehyun / Chapter 7 - Tetangga Kok Gitu sih?

Chapter 7 - Tetangga Kok Gitu sih?

Alleta berjalan gontai memasuki rumah setelah menyelesaikan kelas terakhirnya yang membuat kepalanya semakin pening, ia melihat hal yang tak biasa di rumahnya.

"Sendal siapa nih? ada tamu ya?" monolognya pelan, seakan tidak peduli dirinya kembali melangkahkan kaki menuju kamarnya.

"Mama, Ale pulang!" serunya mengucap salam.

"Heh, anak gadis. Masuk rumah tuh salam yang bener." Alleta merotasikan matanya malas saat melihat tetangganya itu berada dirumahnya.

Kali ini mau pinjem apalagi?

Bukannya menjawab kalimat Jaehyun, Ale justru menanyakan hal lain. "Mas Jaehyun rajin banget kemari, nggak ada kerjaan lain ya?"

"Dek, yang sopan sama teman mas, lagi pula Jaehyun tetangga kita." tegur Taeyong.

Alleta tak membalasnya sama sekali, semakin tak peduli dengan kehadiran Jaehyun dirumahnya. Tetangganya itu sangat aneh menurutnya, tiap hari ada saja tingkahnya untuk meminjam inilah itulah. Apa dia tidak memiliki pekerjaan tetap sampai setiap hari selalu ada di rumah?

"Ale ke kamar ya mas. Capek." pamitnya kepada Taeyong.

"Lo apain lagi sih Jae?" tanya Taeyong saat mendengar pintu kamar adiknya tertutup.

"Nggak gue apa-apain."

"Lo kalau mau ngambil hati dia cari cara yang lain dong Jae, nggak akan berhasil kalau cara lo begini terus."

"Gue mesti gimana deh yong? susah banget meluluhkan hati Ale, padahal gue kurang ganteng gimana lagi?"

"Kurang waras doang elo mah. Modal ganteng doang mah nggak cukup Jae, apalagi yang lo kejar modelan Ale begini."

"Sialan lo."

"Gue ini masnya, jadi gue tahu luar dalamnya dia." Jaehyun kalah telak, dalam hati Jaehyun merapalkan sumpah serapah untuk Taeyong, baru jadi kakaknya Alleta saja sudah belagu, untung calon kakak ipar jadi terampuni.

"Terus gue mesti gimana?"

"Nggak usah ketemu Ale beberapa hari dulu, biarin dia merasa kehilangan. Pasti dia bakal nanya ke gue kenapa lo nggak pernah kelihatan. Lo nggak bosan apa Jae alasan lo minjam selang mulu?" cecar Taeyong.

Sebenarnya Jaehyun sudah buntu tidak tahu lagi apa yang mesti dia perbuat, karena meluluhkan sang pujaan hatinya itu terlampau sulit.

"Sia-sia aja gue pindah rumah di sebelah elo kalau begini."

"Santai bro, kalem. Tenang.. restu gue udah ditangan.. yang lain mah nggak akan bisa dapat restu."

"Mantap... ini baru namanya calon kakak ipar. Berangkat lah gratisan baskin setahun."

"Baik, adik ipar."

Murahan sekali Taeyong hanya karena gratisan baskin selama setahun ia merelakan adiknya untuk Jaehyun.

Bukan seperti itu, Taeyong tahu perjuangan Jaehyun untuk meluluhkan hati adiknya. Makanya ia memberikan restu kepada Jaehyun untuk mendekatkan diri kepada adiknya. Bukan karena baskin, Taeyong merasa kalau Jaehyun tulus mencintai adiknya dan tidak akan main-main.

"Mas?"

"Humm." balas Taeyong tanpa menoleh ke arah sang adik.

"Teman mas yang aneh itu udah pulang?" tanya Alleta memastikan, bukan dirinya membenci Jaehyun atau tidak suka terhadap Jaehyun, dirinya hanya merasa heran dengan sikap Jaehyun. Tetangga tapi kok gitu?

"Udah, kenapa kangen?"

"Sembarangan banget Lee Taeyong kalau ngomong. Nggak di filter dulu." kesal sang adik. Loh apa salah Taeyong?

••••

"Ale... Alleta.."

"Ale dipanggil mama itu loh, mau durhaka kamu?" tegur Taeyong, Alleta yang sedang asik dengan dunianya sendiri akhirnya merelakan ketampanan Hwang Minhyun untuk memanjakan matanya sedari tadi.

"Itu mata mau keluar dari sarangnya, suka banget sih liat begituan. Mas sama Jaehyun juga punya roti sobek ngapain jauh-jauh ngeliatin si manyun manyun itu."

"Idih... ngapain ngeliatin punya kalian? nggak akan bikin Y/N dugun-dugun." sahut Alleta tak mau kalah. Menghiraukan omelan sang kakak, Alleta berjalan cepat ke arah dapur.

"Ada apa bundahara?" tanyanya dengan wajah sumringah.

"Ngapain aja sih kamu? mama panggilin dari tadi nggak nyaut-nyaut. Lagi ngeliatin si manyun-manyun itu ya?"

"Namanya Minhyun mah, kenapa sih? nggak mas Taeyong, nggak bunda selalu salah manggil nama masa depan aku."

Sang bunda hanya merotasikan matanya malas, kebiasaan anak bungsunya itu ya pasti kalau sedang tidak sibuk kuliah bakal sibuk dengan oppa-oppanya itu.

"Tolong antar ini ke tetangga sebelah." Alleta menatap tupperware yang diletakkan sang bunda di hadapannya. Kenapa harus dirinya yang mengantar? ada kakaknya loh yang dari tadi hanya sibuk menonton televisi, tidak ada faedahnya.

"Kenapa harus aku? kenapa nggak mas Taeyong? aku tuh sibuk mah."

"Sibuk ngeliatin roti sobek? bintitan kamu lama-lama." sarkas sang bunda.

Alleta terlihat pasrah. "Yaudah, imbalannya album Nuest ya ma?" pintanya sebagai imbalan.

"Minta sana sama Jaehyun." ujar sang mama, kemudian mengusir anaknya agar menjauh dari dapur. Berdebat dengan si bungsu tidak akan ada habisnya.

.

.

"Permisi, mas Jaehyun main kuy!" seru Alleta tanpa mengetuk pintu rumah Jaehyun, dirinya mengatakan kalimat itu berkali-kali hingga tetangga sebelah yang ada di samping rumah Jaehyun keluar dari rumahnya.

"Nggak ada di rumah kali ya?"

"Ngapain kamu?" tanya si pemilik rumah.

"Astaga, ngagetin aja. Kalau mau ngagetin tuh kasih aba-aba dulu dong mas."

"Aneh kamu. Masa iya saya bilang. 'Ale, saya mau ngagetin kamu', gitu? mau ngapain kamu kesini?" kok galak? batin Alleta berkecamuk, sepertinya Jaehyun sedang balas dendam pada dirinya.

"Mas lagi PMS ya? tapi kan mas cowok. Lagi putus cinta? iya?" tanya Alleta bertubi-tubi. Jaehyun menatap Alleta jengah, sedang malas berdebat. Dirinya lelah setelah bertengkar dengan papanya, bertengkar dengan sang papa membutuhkan energi yang luar biasa. Semua energinya terkuras habis.

"Saya lagi capek, nggak ada tenaga buat ngeladenin kamu." aku Jaehyun. "Terus tujuan kamu kemari mau apa?"

Alleta melirik ke arah bingkisan di tangan kanannya lalu mengulurkannya ke hadapan Jaehyun. "Ini, dari mama."

"Masuk." titah Jaehyun.

Alleta hanya terdiam merasa kebingungan. Kenapa harus masuk ke dalam rumah Jaehyun? apa susahnya Jaehyun menerima bingkisan yang dia ulurkan.

"Gantiin tupperware nya sendiri di dapur."

"Ya Tuhan, paringi Ale kesabaran." gerutunya pelan. Di dalam hati Alleta sudah memberikan sumpah serapahnya untuk seorang Jaehyun.

"Kenapa nggak mas sendiri aja? mas kan di rumah tinggal sendiri, nggak enak sama tetangga yang lain tahu." elaknya.

"Memangnya saya mau ngapain kamu? sampai nggak enak yang lain tahu? pikiran kamu tuh kejauhan. Makanya jangan sering nonton roti sobek oppa." Jaehyun menyindir Alleta, sedangkan yang disindir semakin kepanasan.

"Yaudah, mana piringnya?" sungut Alleta kesal.

Sekesal-kesalnya Alleta terhadap Jaehyun, dirinya pasti tetap melaksanakan apa yang Jaehyun perintahkan.

"Ada di dapur, kalau kamu cari disini ya nggak ada."

"Mas Jaehyun, ternyata nyebelin tingkat kuadrat ya?" ungkapnya jujur. dari belakang Jaehyun tersenyum menatap punggung Alleta.

"Aku pindahin ke piring mana deh mas? bantuin, jangan cuma ngeliatin aja. Dapur seluas ini mana tahu aku mas Jaehyun letakin piringnya dimana." omel Alleta.

Jaehyun hanya terkekeh kemudian berjalan pelan menghampiri pujaan hatinya, menghimpit tubuh sang gadis yang sedang membelakanginya.

"Nanti juga kamu terbiasa sama dapur ini."

Alleta menatap Jaehyun, mendongakkan wajahnya ke atas guna meminta penjelasan. Maksudnya apa dengan kalimat Jaehyun barusan?

"Huh?"

"Nanti kamu juga terbiasa dengan dapur ini kalau kita sudah menikah." Jelas Jaehyun lagi agar sang pujaan hatinya paham maksud dari ucapannya itu.

"Nggak mau kalau sebelahan sama mama." sahut Alleta tak sadar. Jaehyun terkekeh kemudian mengusak surainya lembut.

"Jadi udah siap nih, kalau saya lamar?"