Aku tidak pernah menyangka jika pada akhirnya aku menjadi kekasih dari seorang Jung Jaehyun yang merupakan sahabat kakakku sendiri.
Awalnya mas Taeyong terlihat ragu jika kami memiliki hubungan kekasih dan menganggap jika kekasihku itu bukan sahabat yang baik karena tidak meminta ijin kepadanya terlebih dahulu saat ingin memacariku.
Oleh sebab itu, kami yang harus membujuk mas Taeyong dengan segudang ubi starbuck dan dengan mudahnya mas Taeyong merestui hubungan kami.
"Setelah ini kamu ada jadwal lagi?" tanyanya masih dengan menyenderkan kepalanya di bahuku.
Tolong ingatkan dia jika ini masih di area kampus. Banyak pasang mata yang memperhatikan kami entah itu merasa iri ataupun benci terhadapku. Aku tidak mempermasalahkannya selama ini karena yang terpenting untukku adalah cukup kak Jaehyun yang mencintaiku.
"Ada, kelas pak Lay. Kalau kamu mau pulang nggak apa pulang aja, aku tahu kamu masih lelah karena baru sampai Jakarta subuh tadi." ucapku memainkan jari-jari tangannya.
"Nggak, siapa bilang." sanggahnya cepat, aku hanya tertawa merapihkan rambutnya yang mulai panjang.
"Pulang sana, tidur. Mata kamu udah kayak panda tahu. Aku bisa pulang sama Ajun nanti."
"Kak, rambutmu ini udah mulai panjang, kamu nggak risih ya hampir menutupi mata kamu?"
"Aku belum sempat ke salon sayang." aku tahu betul bukan belum sempat, tapi memang dirinya yang tidak mau jika aku tak temani.
"Yaudah hari Sabtu aku temani." mendengar ucapanku dia tersenyum cerah menampilkan ke dua pipi bolongnya. Kekasih siapa sih menggemaskan sekali?
"Yang?"
"Hmmm." balasku yang hanya bergumam, saat ini aku sedang sibuk dengan novel yang ku baca 5 menit yang lalu.
"Selingkuh lagi?" tanyanya.
Aku menutup novelku, tak lupa untuk memberikan bookmark di dalamnya agar aku tidak lupa sampai di mana tadi aku membacanya.
"Ada apa?" tanyaku menatap matanya.
Ya Tuhan susah sekali memintanya untuk pulang padahal dari wajahnya sudah tercetak jelas jika dirinya ini sangat lelah.
"Kamu nggak ada niatan mengganti panggilan kamu untuk aku?" tanyanya tiba-tiba, aku mengerutkan kening merasa heran tumben sekali dia menanyakan hal ini?
"Aku berasa menjadi kakak kamu loh bukan pacar kamu bahkan kebanyakan orang menganggap aku ini kakak kamu." ah aku paham sekarang.
Dirinya yang sedang melakukan aksi protes karena masalah ini tapi aku selalu melakukan klarifikasi jika ada yang menganggapku sebagai adiknya contohnya : beberapa hari yang lalu, aku dan kak Jaehyun berbelanja di salah satu swalayan dan mbak kasir tersebut menganggapku sebagai adik kak Jaehyun, maka dari itu aku berinsiatif untuk memberi pelajaran kepada kasir itu. "Mas, aku lupa susu hamilku sudah habis, bisa tolong kamu ambilkan? maaf ya mbak apa bisa menunggu suami saya untuk membayar totalannya sekalian atau saya bayar dulu totalan yang sekarang?"
Dan berakhir dengan kak Jaehyun yang tertawa renyah di mobil, menjahiliku dengan memanggilku menggunakan sebutan istri. "Istri, bagaimana jika kita membeli susu hamil di tempat lain? suami rasa mbak kasir tadi tidak mau melayani kita lagi." ucapnya terkekeh.
"Alleta, apa kita menikah muda saja ya?" tanyanya random setelah itu, kak Jaehyun memang tidak akan malu-malu untuk mengatakan sesuatu yang ada di kepalanya.
"Terserah kamu ingin memanggilku apa asal tidak kak lagi. Sayang juga boleh, atau suami? tapi kita harus menikah dulu. Ah bagaimana dengan mas pacar?" aku tersedak menelan salivaku sendiri karena menyadari jika kak Jaehyun seperti anak remaja kebanyakan.
••••
"Mas?" aku memanggil kekasihku yang sedang sibuk berkutat dengan ponselnya, nyatanya aku sangat bosan di rumah sakit karena dirinya yang terlalu berlebihan.
Aku ini hanya tidak sadarkan diri karena tensiku yang rendah tapi dia meminta dokter kenalannya untuk merujukku agar di rawat inap.
Ya, aku mengganti panggilanku untuknya dengan sebutan mas, jika dia sedang merajuk dia akan kembali luluh ketika aku memanggilnya dengan sebutan mas pacar. Terlihat alay memang tapi dia seorang Jung Jaehyun jadi aku memakluminya.
"Apa sayang?" tanyanya tanpa menoleh ke arahku, dirinya masih sibuk bermain games di ponselnya.
"Kamu meminta aku untuk di rawat inap tapi kamu sendiri sibuk dengan selingkuhanmu, aku itu bosan mas."
"Kamu mau apa?" tanyanya setelah memasukkan ponselnya di kantung celananya.
"Pulang."
"Nggak ya, dokter nggak kasih kamu ijin untuk pulang hari ini."
"Kamu ya mas yang memaksa kak Mingyu untuk merekomendasikan aku di rawat disini, lagi pula aku nggak ada keluhan lain."
"Aku cuma takut kamu kenapa-kenapa sayang."
"Aku sehat-sehat aja, nih kamu lihat? aku cuma butuh istirahat mas, itu aja jadi boleh ya? justru kelamaan disini membuatku semakin sakit nanti." pintaku memohon.
"Yaudah tapi kamu harus tinggal di apartemen aku ya sampai kamu sembuh?"
"Jangan gila kamu ya mas? yang ada kita langsung di nikahin sama mas Taeyong."
"Ya bagus dong."
"Maunya kamu itu mah."
Kekasihku itu memang seperti itu dia akan khawatir jika aku sedang sakit bahkan jika mood ku sedang down pun dia akan merasa khawatir, padahal itu sudah biasa di alami banyak wanita terlebih saat sedang dalam masa period.
"Kamu nggak ada niatan buat dedek bayi dalam waktu dekat apa yang?"
"Mas Jaehyun! sembarangan banget ya ngomongnya." ucapku memukul lengannya pelan.
"Aku kan ngajak kamu menikah, memangnya salah ya? kita juga udah pacaran selama 2 tahun, aku rasa udah cukup untuk kita ke arah yang lebih serius."
"Iya, kamu mengajak aku untuk menikah memang nggak ada salahnya, tapi kalimat kamu yang sebelumnya itu loh mas." ucapku gemas.
"Aku serius, Alleta Anjani."
"Aku rasa memang sudah cukup untuk kita melanjutkan ke jenjang yang lebih serius mas, tapi kamu tahu kan aku nggak mungkin melangkahi mas Taeyong?"
"Aku paham, nanti biar aku desak Taeyong untuk segera menikahi kekasihnya." balasnya mantap. Sepertinya dia memang sudah tidak sabar lagi.
"Kamu udah nggak sabar ya mas?"
"Yaiyalah, aku udah nggak sabar jadiin kamu milik aku... bukan begitu maksudnya. Aku terkadang iri saat melihat papa muda yang sedang menggendong anaknya dan mengajak istri dan anaknya jalan-jalan, melihatnya aja udah membuat aku bahagia apalagi jika aku yang menjadi papa muda." ucapnya tersenyum seperti sedang membayangkan. Menggemaskan sekali kekasihku ini. Haruskah aku ikut mendesak mas Taeyong untuk segera menikah?
.
"Kalian berdua itu apa-apaan? tiba-tiba mendesakku untuk segera menikah? kalian tidak melakukan hal gila kan?" kelakar mas Taeyong saat menjengukku di rumah sakit malam harinya.
"Kamu lagi nggak hamil kan dek?" mengapa bisa mas Taeyong berpikiran seperti itu padahal aku dan mas Jaehyun tidak melakukan apapun?