Chereads / BUKAN CINTA LELAKI BIASA / Chapter 11 - Malam Panas di Hotel

Chapter 11 - Malam Panas di Hotel

Amanah. Kata itu terlampau senderhana untuk dituliskan bahkan hanya diucapkan dengan kata-kata. Akan tetapi, sulit untuk menjalankan prosesnya.

Menjadi seseorang yang amanah, bukan hanya tugas yang diemban sebagai karyawan terhadap atasan pun juga seorang hamba terhadap Tuhan-Nya.

Sebagian orang mudah melaksanakan tugas itu, tapi tidak sedikit yang merasakan kesulitan menyelesaikan tugas berat tersebut.

Begitulah perasaan Hritik selama beberapa waktu terakhir ini. Itu pula yang menjadi alasan Jeki membawa Hritik ke hadapan Tuan Edward. Demi anak dan istrinya Hritik menjadi bagian mafia pembunuhan.

"Halo bos!" sapa Jeki saat memasuki sebuah rumah besar seorang bos mafia pembunuh bayaran.

"Halo, Jek, mana agen baru yang akan kamu kenalkan kepada saya?" tanya Bos mafia tersebut.

Edward, seorang bos besar mafia pembunuh bayaran high level. Ia termasuk buronan polisi yang sering berganti nama dan costum untuk menyembunyikan identitas dirinya.

Dia adalah mafia kelas dunia, riwayat pembunuhannya bukan hanya di Indonesia, dia juga seorang pembunuh bayaran di negara lain.

"Oh, tentu saja aku datang ke mari tidak sendiri, Bos. Ini Hritik, dia agen mafia baru yang akan gabung bersama kita." Jeki memperkenalkan Hritik padanya.

Hritik memberikan salam dengan menjabat tangan bos, dia benar-benar berubah 100% menjadi seorang mafia. Wajah Hritik terlihat ganas.

"Bagus sekali, beruntunglah kamu datang di waktu yang tepat. Ada misi baru, ini akan menjadi misi pertamamu, Hritik.

"Baik, Bos. Apa yang akan saya lakukan di misi ini?"

"Saya suka dengan semangatmu, tapi tentu saja kamu harus hati-hati dan tidak bersikap gegabah. Karena ini sangat berbahaya.

"Baik bos!"

Edwar melemparkan foto seorang gadis dengan pakain sensional, cantik dan menggoda.

"Namanya Jhen Wang, gadis keturunan china ini bekerja sebagai wanita penghibur di sebuah bar ternama. Dia sangat sensasional dan menjadi incaran lelaki, tapi di balik itu dia sedang menjaga sebuah barang berharga. Tugasmu sudah pasti membunuhnya, sedangkan Jeki mengambil berlian yang dia sembunyikan."

Setelah kepergian Karan tadi, Jeki mendapatkan panggilan dari Edward, sehingga dia bergegas menemuinya.

Karan yang baru saja akan menyelesaikan misi itu besok, ternyata sudah kecolongan. Jeki sudah beraksi malam ini bersama agen barunya.

"Jeki hanya akan menjaga, temui Jhen di sebuah hotel yang tertera di balik foto. Ingat, jangan bersikap gegabah dan terburu-buru, kalian harus hati-hati dan tidak menyisakan jejak."

"Baiklah, Bos. Saya akan segera melaksanakan misi pertama ini."

"Bagus, ambil ini!"

Edward memberikan ampop coklat berisi uang, "Itu hanya 1/4 % dari keseluruhnya uangnya, kamu akan mendapatkan sisa pembayarannya setelah berhasil membunuh gadis ini."

Hritik mengambil uang tersebut, ia menghitung gepokan warna merah menyala. Sudah cukup lama dia tidak melihat uang sebanyak ini di tangannya.

"Ingat Hritik, kalau kamu tidak berhasil tangan saya sendiri yang akan menancapkan samurai ini ke dadamu."

"Baiklah, Bos! Saya akan pulang bersama Jeki dengan membawa berlian itu."

"Pergilah!!" Edward memerintahkan keduanya agar berangkat menyelesaikan misi ini.

Sesuai intruksi yang diperintahkan oleh Edward, Hritik dan Jeki mulai pergi ke sebuah hotel yang dikirimkan alamatnya oleh Edward.

Tentu saja, itulah hotel bintang lima milik Ken.

"Ayo masuk! Aku akan menunggu di mobil, segera hubungi aku saat terjadi sesuatu."

Hritik menjelaskan ke ruang resepsionis akan menemui seorang gadis di kamar nomor 30, mereka sudah paham yang dimaksud oleh Hritik. Lalu, mempersilakan Hritik untuk masuk menuju kamar tersebut.

Hritik mengetuk kamar hotel, seorang gadis cantik membukanya. Untuk pertama kali Hritik melihat gadis cantik dengan pakaia setengah telanjang di hadapannya.

Bukan main menggodanya, gadis itu benar-benar menaikan gejolak dalam diri seorang pria.

"Ah, gadis ini bukan hanya memiliki kecantikan yang berbeda, tetapi tubuhnya sangat menggiurkan," batin Hritik.

Dengan memakai lingeria hitam tiga perempat dan dada yang terbuka menonjolkan bagian dua bukit kembarnya. Lingeria transparan memperlihatkan bagian tubuhnya yang menarik dan sensasional.

Tanpa izin darinya, Jhen menarik paksa Hritik masuk kamar, lalu menguncinya. Misi keduanya berbeda, tapi akan sangat disayangkan melewatkan gadis secantik ini sebelum akhirnya dibunuh

"Kamu sangat tampan sekali," Jhen menggoda sambil menaiki tubuh Hritik yang sengaja dijatuhkan di atas ranjang.

Tugas Jhen hanya memberikan pelayanan pada setiap pelanggannya, memberikan kepuasan dan tidak mengecewakan. Akan tetapi, tugas Hritik adalah membunuh sang gadis untuk keperluan pekerjaannya.

Jhen melepaskan lingeria transparan yang dikenakannya, menyisakan pakain dalam berwarna senada. Jhen hanya berpikir bahwa Hritik hanyalah pelayannya.

Akan tetapi, dia melupaka bahwa tugasnya menyelamatkan berlian berharga yang menjadi incaran para mafia.

"Jangan terburu-buru cantik, kita belum menikmatinya."

Hritik menggoda sambil menyentuh bibir sang gadis dan memasukkan telunjuk ke dalam mulutnya.

Jhen menurunkan tangannya menuju bagian bawah Hritik, "Owhh, ssstttt."

Hritik mendesis menahan rasa nikmat saat Jhen memijat lembut bagi sensitif lelakinya.

"Waw, big size."

Mata Jhen terbelalak saat menyentuh si adik Hritik yang mulai terbius oleh sang gadis.

"Aku suka bermain kasar, kamu mau mencoba?" Hritik menawarkan.

Jhen mengengguk sambil menggodanya, ia meremas dua bukit kembar miliknya, lalu membuka kedua kakinya agar memperlihatkan lubang kenikmatannya.

Hritik bangkit, ia membuka jasnya, lalu mengeluarkan alat-alat di dalam tas. Tali rantai yang terbuat dari kulit untuk mengikat lenger dan tangannya, ia juga membawa mainan getar yang akan menggetarkan tubuh Jhen.

Tanpa meminta persetujuan Jhen, ia mengikat sang gadis di kedua tangan dan kakinya, lalu bagian leher di atas ranjang. Hritik melepaskan pakain dalam sang gadis, sehingga tampaklah seluruh tubuhnya tak menggunakan sehelai kain.

"Kamu sudah siap?" Hritik memberikan aba-aba sambil menyalakan main getar di tangannya.

Hritik mulai lakukan aksinya, Jhen Wang menjerit pasrah dan beberapa kali mencapai puncak memuncratkan cairan kenikmatannya.

Mulut Jhen sengaja disumpah agar tidak menjerit keras, permainan itu berlangsung cukup lama. Jhen Wang mulai tak terkendali lagi, dia memaksa Hritik untuk menerobos tubuhnya. Tapi itu bukan bagian dari rencananya, dia melancarkan aksi lain yang lebih berbahaya.

"Sayang, kamu sangat cantik. Tapi, tolong maafkan aku, sepertinya ini akan menjadi awal dan akhir perjumpaan kita."

Hritik mulai melancarkan rencana. Jhen mulat terlihat ketakutan berusaha melepaskan diri dari ikatan Hritik saat pisau kecil itu berada di hadapannya.

Kini hati iblis Hritik mulai keluar. Ia melumat bibir sang gadis, hingga Jhen kewalahan mengatur napasnya, banjir keringat dan cairan membuat kain sprai hotel basah oleh cairan kental bercampur keringat. Perlahan, ia menarik ikatan di leher Jhen bersamaan dengan mencekik bagian nadinya.

"Aaapppa,yaannng akan kaaaammmmu laaaakukan? Leeee... leeepaskan aaaaaaku," ujar Jhen terbata.

Hritik memasukan batang panjang mirip tombak, tapi tidak runcing ke bagian bawah milik Jhen. Sedikit memainkan batang tersebut perlahan, lalu memaksa batang tesebut menerobos rahim Jhen tanpa bisa dikeluarkan lagi. Hritik terus mencekik Jhen yang mulutnya tersumpal.

Hritik membelai lembut rambut sang gadis, "maafkan aku sayang."

"Aaaaaaaa!!!" pekik Jhen.

Bersambung...