Eliza memeriksa keadaan Jeki, dia memeriksa detak jantungnya. Setelah memastikan detak jantungnya berhenti, ia segera mengambil semua perlengkapan Jeki dan meninggalkannya di sana.
"Semua aman?" tanya Hritik yang tiba-tiba muncul.
"Aman, ayo kita pergi!!
Lelaki yang dilihat oleh Jeki adalah Karan, sengaja ia muncul untuk mengintai Jeki dan Eliza. Namun ternyata, Jeki dibunuh oleh Eliza.
Eliza dan Hritik sudah membuat rencana ini. Dia dengan Hritik ingin menyingkirkan Jeki dalam misi ini, sebab Jeki gerbong rahasia semua penjahat.
Karan tidak langsung bergerak, dia bersembunyi mendengarkan percakapan keduanya. Dia ingin mengetahui misi Hritik dan Eliza selanjutnya.
"Jadi, yang bodoh siapa?" Hritik berguyon.
Keduanya saling menatap dan tertawa sepuasnya. Jeki sangat berbahaya untuk Hritik maupun Eliza, sebab kedekatannya dengan seorang Edward.
Sementara itu, Hritik bukan hanya detektif mafia, tapi dia adalah kaki tangan seorang jendral besar pemberantas kejahatan. Dia membantu Karan dan juga Larios untuk membongkar otak dibalik mafia pembunuhan itu.
Eliza membunuh Jeki untuk membalaskan dendamnya kepada Jeki atas kematian adiknya. Itu sebabnya, dia menyamar menjadi mafia agar mengetahui dalang dibalik kematiannya.
Ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, tapi keduanya hanyalah mencari keuntungan. Selanjutnya, Eliza mencari cara untuk membunuh Hritik pula.
"Apa yang akan kita jelaskan kepada bos mengenai Jeki?"
"Tenang saja, tidak akan ada yang tahu, kalau satu di antara kita tidak memberi tahu."
"Kenapa kamu ingin Jeki mati, Eliza?" tanya Hritik saat keduanya memasuki mobil.
Eliza terdiam sejenak, dia tidak ingin memberikan jawaban yang kelak akan menyulitkannya. Dia tidak langsung menjawab.
Eliza masuk mobil, "karena dia akan membocorkan rahasiku kepada bos."
"Apa yang tidak aku ketahui mengenai dirimu?"
"Tidak banyak, tapi itu tidak penting."
Tidak penting bagi Eliza, tetapi sebenarnya itu sangat penting bagi Eliza. Catatam rahasia Eliza yang sulilt di pahami oleh Hritik.
"Baiklah, aku tidak akan pernah melakukan kesalahan itu lagi. Bertanya tentang sesuatu kepadamu,"
Keduanya melanjutkan perjalanan, ia bermaksud akan menemui Edrward. Tapi, sebelum keduanya sampai, Edward sudah telebih dulu menguhubunginya.
"Halo bos, ada apa?"
"Segera datang ke markas. Aku mendapat kabar Jeki mati terbunuh."
Hritik dan Eliza saling menantap, belum terlalu jauh perjalanan mereka. Tapi, dengan mudahnya Edward mengetahui tentang kematian Jeki.
"Berengsek, kita dalam bahaya Eliza!" pekik Hritik.
Keduanya segera menuju camp menemui Edward. Tidak ingin membuat Edward semakin marah padanya.
Aroma darah sudah tercium dengan jelas, bahkan sebelum keduanya sampai di sana.
"Braak!!!"
Setumpukan foto kejadian pembunuhan Jeki mendarat di meja. Hritik terdiam, bingung dengan sikap Edward yang tidak biasanya saat Hritik dan Eliza sampai dia base camp.
"Apa ini, Bos?" tanya Hritik.
"Ini pekerjaanmu, Hritik?" Edward balik bertanya.
"Iya, tapi ada apa?" Hritik bingung.
PLAK!!!
Tangan Edward mendarat di pipinya, tanpa memberikan ampun kepada Hritik. Sedangkan Eliza hanya diam saja melihat semuanya.
Dia seolah merasa sangat bahagia melihat Hritik disalahkan atas kematian Jeki. Padahal jelas, kematian Jeki adalah ulahnya.
"Saya sangat memercayaaimu, Hritik. Untuk itu saya tidak percaya kamu akan melakukan ini."
"Bos, saya benar-benar tidak mengerti dengan semua ini. Ada apa?"
"Kamu adalah dalang dibalik kematian Jeki, ini jejak yang didapatkan oleh ank buahku. Kalian berangkat bersama dan pergi bersama hari ini, tidak mungkin Jeki menghilang secara mendadak."
Hritik berdiri dengan santai, seolah dia tidak tahu apapun mengenai kematian Jeki. Dia dengan Eliza diam saja, keduanya berusaha merahasian hal tersebut.
"Siapa yang berani melakukan itu, Bos?"
"Jangan berpura-pura tidak tahu, Hritik. Bukti-bukti sudah jelas menunjukkan kesalahanmu. Kamu yang telah membunuh Jeki, temanmu sendiri."
"Bos, saya tidak mungkin melakukan itu. Saya bekerja keras untuk pekerjaan ini, lalu bagaimana dapat saya membunuh Jeki begitu saja."
Edward sudah terbakar amarah, dia tidak bisa melihat Hritik begitu mengetahui kaki tangannya dibunuh. Kematian terencana antara Hritik dan Eliza.
"Awalnya saya berpikir begitu, tapi semua bukti yang menunjukkan kesalahanmu tidak dapat saya pungkiri. Saya begitu percaya padamu, tapi hari ini kepercayaan itu sudah lenyap dalam sekejap."
Hritik memeriksa berkas yang menujukkan bukti kesalahannya, ia pun tidak dapat mengelak akan bukti-bukti yang menunjuk padanya.
Ia tidak percaya, ada orang yang berhasil melacaknya. Bahkan dia berhasil membuat Eliza tidak ikut terlibat dalam kasus ini.
Padahal yang sebenarnya, Eliza yang telah membunuh Jeki.
"Saya tidak dapat memercayaimu lagi, Hritik."
"Tolong, Bos. Biar saya jelaskan yang sebenarnya terjadi."
"Tidak Hritik semua bukti sudah cukup. Saya tidak mau melihatmu ada di sini Pergi!!!"
Edward memalingkan wajahnya dari Hritik, dia tidak terima dengan kasus ini. Tanpa memberikan kesempatan Hritik untuk menjelaskan.
Edward mengusir Hritik tanpa ampun.
"Bos, percayalah saya tidak mungkin melakukan ini."
"Saya tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun lagi darimu. Pergilah dari hadapan saya, dan kamu tidak perlu mengembalikan uang yang sudah saya berikan. Kamu saya keluarkan."
"Bos, ampuni saya! Ampuni saya!!" teriak Hritik.
"Hritik, bangun! Hritik!!!" Eliza menguncang tubuh Hritik.
Sepanjang perjalanan Hritik tertidur, dia justru bermimpi bahwa Edward sudah menuduhnya dan mengeluarkan Hritik dari gerbong mafia.
Melihat Hritik mengigau, Eliza membangunkannya.
"Arrgghhh, hanya mimpi!"
"Kamu kenapa? Apa yang terjadi?"
"Tidak ada, aku hanya mimpi buruk."
"Kamu tertidur tadi, aku biarkan saja. Tadi ada panggilan dari Bos, kita harus segera datang ke sana!"
"Baiklah, kita berangkat sekarang."
Setelah aksi pembunuhan Jeki, Hritik mampir ke apartemen Eliza. Dia tertidur karena cukup lelah bermain baku tembak tadi. Akan tetapi, ia mengalami mimpi buruk.
Tentu saja, hubungan Jeki dengannya cukup baik, tapi untuk mengamankan diri. Hritik membuat rencana dengan melibatkan Eliza.
Seolah, Hritik merasa bersalah karena telah membunuhnya.
Hritik memarkirkan mobil di sebuah rumah mewah dan misteris itu. Terlihat beberapa bodyguard yang sedang berjaga. Memastikan siapa yang datang.
"Bagus kalian sudah ada di sini, aku ingin memberitahu tentang kabar terbaru."
"Apa itu Bos?"
"Jeki telah mati terbunuh, sampai saat ini tidak diketahui alasan kematiannya. Pembunuhnya sangat cerdas, mereka tidak menyimpan jejak sekecil apapun,"
Eliza dan Hritik saling menatap, keduanya terlihat sangat terkejut dan berpura-pura tidak mengetahui hal apapun.
Jelas saja, merekalah dalang dibalik pembunuhan tersebut.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan Bos?"
"Tidak ada, aku hanya memberikan kalian peringatan untuk berhati-hati bahwa musuh akan ada di sekeliling kita dan kita perlu berhati-hati. Terakhir kali, Jeki bersama kalian bukan?"
"Ya, tapi kita sempat terpisah. Aku dan Eliza ada pekerjaan berbeda dengan Jeki. Kami ada urusan yang harus diselesaikan."
Hritik menatap Eliza, meminta sang gadis agar membenarkanya pernyataannya. Sebenarnya, tidak perlu diingatkan Eliza sudah akan berbuat demikian.
Jika dia benar-benar mengatakan kepada Edward, yang terbunuh bukan hanya Hritik. Melainkan Eliza ikut mati sia-sia.
"Baiklah, Jeki adalah kaki tangan terbesarku. Dia mengetahui semua hal tentangku, jika dia terbunuh akan menguntungkan bagiku. Sebab, dia akan mengancam kehidupanku."
"Apa kita perlu menyelediki kematiannya?" tanya Eliza.
"Tidak perlu, karena itu akan sangat membahayaan. Kalian akan tercium oleh inteligen polisi yang sedang mengincarku."
"Baik Bos!"
Hritik dan Eliza meninggalkan tempat Edward, kedua saling menatap. Memberikan isyarat untuk mengambil rencana lain.
"Kasus Jeki ditutup oleh Edward, tapi tidak oleh kepolisian,"
"Artinya, kita yang tidak aman!"
"Benar! Kita harus waspada, karena ini akan sangat berbahaya."
"Tenang saja, Eliza. Kasus ini tidak akan diperpanjang, sebab aku sendiri yang akan meminta pihak kepolisian untuk menutupnya," Hritik membatin.
Bersambung...