Chereads / BUKAN CINTA LELAKI BIASA / Chapter 18 - Kamu Aman Bersamaku

Chapter 18 - Kamu Aman Bersamaku

Setelah terjadi kasus di hotel milik Ken, Karan tidak lagi bekerja di sana. Sebab saat itu masih ada Jeki yang bisa saja membocorkan jati dirinya.

Namun, Larios mengkaji kasus baru yang kemudian membuat rencana lain. Karan mulai aktif menjadi sopir taksi oline.

Hingga itu, dia mendapatkan orderan dari seorang gadis. Karan mengantarkannya sampai ke tujuan dekat taman kota.

"Lho, bukannya itu Depnhe dengan Ken?" tanya Karan pada dirinya sendiri.

Ingin melihat keduanya lebih dekat, Karan melajukan mobilnya ke area parkir. Tepat di mana Ken dan Depnhe bertikai.

Awalnya, Karan tidak turun dari mobil. Akan tetapi, melihat Ken melayangkan tangan di hadapan Depnhe, Aaryan langsung turun.

"Berhenti, Ken!" ujarnya menghentikan Ken menampar Depnhe.

"Kamu lagi, bukankah kamu OB hotel saya?"

"Itu benar, lalu mengapa jika saya seorang OB? Itu bukan hal yang memalukan. Justru, orang yang paling memalukan itu lelaki sepertimu. Lelaki yang mencoba memukul wanita di depan umum. Bajingan!"

Karan menepiskan tangan Ken setelah tadi berhasil menangkapnya. Dia bertujuan melindungi Depnhe. Tetapi, sepertinya Ken tidak terima dikalahkan oleh orang rendahan.

"Jangan sok jagoan! Dia itu kekasihku, kamu tidak perlu ikut campur denganku."

"Saya tidak mau mencampuri urusanmu, tetapi tidakamu menyakiti itu salah. Seharusnya kamu bisa berbuat baik dan bersikap lemah lembut padanya."

"Itu bukan urusanmu,"

Ken melayangkan pukulan kepada Karan, tetapi kali ini Karan melawannya. Dia tidak terima jika harus ditindas olehnya.

Untuk yang kesekian kalinya, pertikaian Karan dengan Ken terjadi. Sementara Depnhe hanya diam saja tidak bertindak apapun.

Karan yang sebenarnya tidak tahu apapun mengenai pertikaian mereka sebelumnya hanya berusaha membantu Depnhe.

"Karan, aku mohon kali ini kamu tidak perlu ikut campur urusanku dengan Ken."

"Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu, Depnhe. Siapapun yang berusaha untuk menyakit wanita harus dihajar."

Pertikaian itu benar-benar tidak bisa dihindarkan lagi, Karan dan Ken bertikai sangat hebat, sementara Depnhe hanya panik melihat kedunya bertengkar hebat.

Bukan main, mereka saling pukul, memberikan tinjuan bergantian ke wajah maupun ke perutnya. Ternyata tenaga Ken sangat kuat, hingga Karan tidak bisa melawanya.

Bukan Karan tidak mau melawan, sebab dia tidak bisa menunjukkan kekuatannya di hadapan Ken. Dia bisa mengenali Karan saat berusaha menyelamatkan Depnhe di gedung kala itu.

"Sopir taksi saja belagu, dasar manusia miskin. Berani-beraninya melawanku."

"Kalau saja bukan karena urusan penting. Hotelmu saja sudah bisa kubeli, dasar sombong. Harta milik bapaknya aja bangga," batin Karan kesal.

"Heh! Orang miskin macam kamu tuh pantasnya sama orang miskin juga. Tidak kamu mendapatkan wanita kaya. Huh! Punya mobil pinjaman aja sudah bergaya orang kaya."

Ken mendorong Karan hingga terjatuh, tetapi Karan tidak melawannya. Dia ingin tahu, seberapa kuatnya lelaki ini.

Sebelum Ken melancarkan aksi yang lainnya, dia mendapat panggilan dari seseorang. Awalnya Ken menolak, tetapi sepertinya urusan dia lebih penting.

"Awas ya, urusan kita belum selesai!" ancannya sambil meninggalkan Karan.

Sebelum pergi, dia masih sempat menendang mobil Karan. Hal itu berhasil membuat lampu mobil Karan penyot.

Wajar saja, memang itu mobil lama. Bagaskara menyulap rongsokan tua itu menjadi kincong, mobil berlogo kepala unta bertanduk.

Ken melupakan Depnhe, mungkin karena urusan itu benar-benar penting. Dia juga khawatir, Depnhe mengetahui rahasianya. Melihat Depnhe seorang diri, Karan menghampirinya.

"Kamu masih saja berurusan dengannya, dia itu lelaki bajingan."

"Jangan mengomentari Ken seperti itu, Karan. Meskipun nampak bengis, Ken sudah menyelamatkan hidupku, dia yang menolongku dengan ibuku."

"Apa maksudmu? Mengapa lelaki itu menjadi pelindungmu?"

Depnhe nampak tidak ingin menceritakan apapun pada Karan, sebab itu merupakan ranah pribadinya. Dia memiliki masalah pribadi yang tidak diketahui orang lain, termasuk Karan.

Melihat Karan yang berusaha meyakinkan, Depnhe ingin mencaritakan segalanya. Namun, dia takut Ken mengetahui dan membuat dirinya tersiksa lagi.

"Depnhe, aku berjanji akan membantumu. Jika kamu percaya padaku. Kamu bisa bicara mengenai Ken, aku pastikan kamu akan aman bersamaku."

"Tidak, Karan. Aku takut, aku sangat takut terhadapnya dan juga ancaman ayahku. Aku tidak mau memperburuk keadaan. Biarkan ini menjadi masalah pribadiku dengan ibuku."

"Jangan takut, Depnhe. Kamu sedang bersama orang paling tepat, aku pastikan bahwa kamu akan aman. Jangan takut untuk bicara, kamu terlalu dibungkam oleh ancaman dan juga keadaan."

Depnhe tertunduk diam, dia menangis tiba-tiba. Melihat itu, Karan semakin bingung terhadap apa yang terjadi padanya.

Semakin Depnhe menunjukkan kesedihannya, Karan semakin penasaran dan ingin mengetahui apa yang terjadi pada sang gadis.

Dia menatap Karan, sekali lagi. Tatapan itu terlihat pedih dan penuh penderitaan. Karan melihatnya sedang menutupi sebuah penderitaan yang tersimpan bertahun-tahun lamanya.

"Ibu seorang nyai dari militer Belanda, Karan. Dia korban pelecehan pada saat negera Indonesia dikuasai oleh Belanda. Awalnya hanya pelayan biasa, lalu dinikahi oleh militer Belanda yang kini menjadi ayahku," tutur Depnhe akhirnya.

Karan menelan ludahnya perlahan, padahal sebenarnya dia sudah mengetahui perihal ini. Hanya saja, dia ingin tahu lebih lanjut apa yang membuat Depnhe ketakutan.

"Lalu, apa yang membuatmu takut? Maksudku, apa hubungan keluargamu dengan Ken?"

"Keluarga adalah seorang Chines yang kaya raya, semua perlengkapan militer ayah dibiayai oleh ayahnya Ken. Aku dan Ken sebenarnya dijodohkan, kami harus nikah. Jika tidak...'

Depnhe memotong penjelasannya, hal itu cukup membuat Karan penasara. Dia menunggu sampai Depnhe melanjutkan penjelasannya.

Bukan melanjutkan penjelasa, Depnhe justru menangis di hadapan Karan.

"Menangislah, jika itu membuatmu lebih baik."

"Ibuku sekarang sedang sakit parah, sejak puluhan tahun dijadikan budak oleh ayahku. Dia berjanji akan membantu pengobatan ibuku, dengan syarat aku harus menikah dengan Ken. Jika tidak, ayah akan membunuh ibu dan melepaskan pengobatan ibu."

"Mengapa kamu takut? Maksudku, kamu wanita yang memilki kebebasan. Aku berjanji akan membantumu dan menyelamatkan ibumu."

"Bagaimana mungkin kamu melakukan itu, dengan kamu hanya seorang sopir taksi online."

Karan membenarkan, bahwa dirinya saat ini hanyalah seorang sopir taksi online. Namun, Depnhe tidak tahu, bahwa Karan memilik aset besar yang diberikan sang ayah untuk masa depannya.

Selain itu, Karan dipercaya memimpin salah satu perusahaan manufaktur milik ayahnya. Akan tetapi, sebentar lagi aset dan perusahaan itu akan beralih namanya. Hanya membutuhkan waktu saja.

"Kamu tenang saja, aku akan membantumu. Jangan takut untuk melawan Ken, aku akan ada membantumu dan pengobatan ibumu. Sekarang, aku hanya akan berusaha mencari cari menyelamatkan ibumu."

"Dengan cara apa kamu kamu akan melakukannya, Karan? Sementara Ken itu sangat berbahaya, dia seorang psikopat. Emosinya sering kali berubah, dia bisa baik dan juga bisa jahat. Kamu tidak bisa melawannya. Dia bisa membunuhmu."

"Sebelum pisaunya menembus tubuhku, aku akan pastikan peluruku lebih dulu menemui ajalnya."

Bersambung...