Bukan menjawab pertanyaan Jeki, Karan memilih untuk meninggalkan di halaman kontrakan. Belum terlalu malam sebenarnya, tetapi Jeki kesal dibangunkan pada saat dia benar-benar sedang tertidur pulas.
Karan masuk ke dalam sebentar, mengambil sesuatu yang seharusnya dia ambil. Lalu pergi lagi tanpa pamit. Lantas, perilakunya itu membuat Jeki merasa sangat marah dan juga kesal kepadanya.
"Bangsat! Seenaknya saja dia keluar masuk rumah ini, kalau bukan karena uang sudah kubunuh dia," ujar Jeki kemudian setelah menutup kembali pintu kontrakan tanpa menguncinya.
Tidak peduli Jeki akan marah padanya, Karan tetap melangkah pergi. Dia mencari warung internet untuk mengakses internet. Sementara waktu, sebelum dia bertemu dengan Larios.
Karan mencari tahu lebih dulu siapa gadis cantik yang menjadi kekasihnya Ken. Tetapi, apa yang dilakukan Ken tadi itu membuat Karan berpikir alasan dibalik hubungan keduanya.
"Untuk apa mereka menjalin hubungan, jika Ken hanya akan melukanya? Kenapa aku melihat gadis itu terlihat lemah, pasti ada sesuatu yang membuat keduanya bertahan."
Persetan. Kepala Karan dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang menyebabkan dirinya semakin dibuat penasaran.
"Aku harus mencari tahu, siapa Depnhe sebenarnya. Sepertinya di ujung jalan sana ada warnet yang masih buka dua puluh empat jam."
Karan berjalan ke arah warnet tersebut, tidak peduli sebarapa jauh langkahnya dari kontrakan. Sesampainya di sana, Karana tidak menunggu lama lagi. Dia langsung mengakses internet dan mencari tahu siapa Depnhe.
"Depnhe Nasution Verhaag."
Karan mengeja nama lengkah Depnhe. Ternyata tidak mudah bagi Karan mencari tahu asal usul sang gadis. Dia membuka situs rahasia yang hanya bisa diakses oleh orang tertentu.
Depnhe ini ternyata gadis keturunan Medan-Belanda. Dia anak seorang kolonial Belanda. Ibunya keturunan Jawa-Medan, warga pribumi yang pernah menjadi pelayan pribumi kolonial Belanda.
Lebih jauh lagi. Sang ibu yang wanita bebas, hanya diperbudak dan kemudian dinikahi oleh sang koloni yang akhirnya menjadi Nyai.
Hubungan yang terjadi akibat pergundikan di Hindia-Belanda itu memaksa sang ibu untuk meninggalkan Indonesia dan menetap di Belanda hingga memilki seorang anak.
"Jadi, dia anak bungsu mereka. Gadis manis yang tidak lain adalah musuh bangsaku sendiri. Lalu, apa hubungannya dengan Ken? Mengapa Ken mau menjalani hubungan dengannya?"
Banyak pertanyaan gila di kepala Karan yang ingin dia keluarkan. Informasi Depnha hanya sebatas status dan juga asal usul keluarganya, tidak lebih daripada itu.
Karan menyudahi akses internetnya, lalu membayar sejumlah uang di kasir warnet.
"Sepertinya, ada rahasia yang belum aku ketahui? Tapi apa? Mengapa Papa tidak memberikan details informasinya kepadaku?"
Karan mendang keleng minuman di hadapannya dengan kesal. Dia berpikir, ayahnya sendiri sedang menjebak dirinya.
"Sial! Persetan apa ini? Sebenarnya apa tujuan semua ini? Papa benar-benar gila, dia memasukanku ke kandang singa," ujarnya lagi.
"Tapi tidak ada yang lebih buas daripada Tuan Larios."
Suara berat seorang lelaki asing mengagetkannya. Entah sejak kapan lelaki itu berdiri di sana dengan pakaian serba hitam, jaket kulit dengan topi hitam yang sengaja menutupi wajahnya.
"Siapa kamu?" tanya Karan kemudian.
"Detektif Ze."
Karan mengerutkan dahinya, dia semakin tidak mengerti. Entah berapa orang yang saat in sedang bermain dalam perannya masing-masing.
Karan di keliligi oleh orang berbahaya dan sang ayah sengaja membuatnya masuk dalam kerusuhan ini.
"Apa yang akan kamu lakukan di sini?"
Lelaki yang menamainya detektif Ze itu memberikan gulungan kertas kepada Karan. Keduan melihat sekeliling. Khawatir ada sesuatu yang menjebak.
"Peta?"
"Itu peta hotel tempatmu berkerja. Besok akan terjadi kerusuhan di sana. Baku tempak dan juga keributan."
"Besok? Kenapa harus besok? Dan apa yang terjadi di sana?"
"Wanita yang datang berkunjung pagi tadi membawa sebuah berlian berharga ke hotel. Ia menyimpannya dalam brangkas besi, tetapi bentuknya kecil hingga tidak ada yang mencurigainya. Tetapi, Mozza dan teman-temannya sudah siap mencuri berlian tersebut. Eliza Zaafira, dia siap membunuh siapapun yang menghalangi pencurian tersebut."
Karan mengernyitkan dahi saat mendengar nama Mozza disebutkan. Larios benar, gadis itu tidak benar-benar mati. Dia hanya mencari celah untuk menggagalkan pernikahan yang hampir saja digelar.
Ini seperti sebuah permainan yang telah direncakan dengan matang, sedangkan Karan dan Larios kecolongan informasi. Jika bukan detektif Ze mengambarkan ini.
Tetapi, siapakah detektif Ze sebenarnya?
"Bagaimana kamu bisa mengetahui semua? Maksudnya, kepada siapa kamu berpihak?"
"Saya berkerja kepada Tuan Larios sudah sangat lama, hanya saja pekerjaan ini tidak diketahui banyak orang. Tuan Larios sengaja merahasiakan saya untuk melindungi keluarganya."
"Baiklah, tetapi saya tidak bisa percaya padamu begitus saja. Beberapa orang disekeliling saya ternyata musuh. Apakah saya bisa yakin kamu bukan musuh saya?"
Detektif Ze menunjukkan sebuah kode rahasia yang hanya dimiliki oleh anggota militer rahasia sama seperti yang dia miliki. Tidak ada yang tahu kecuali anggotanya sendiri.
Kode rahasia ini digunakan untuk mengetahui identitas sesama anggota dan sangat rahasia.
"Tuan muda jangan khawatir, saya akan ada menjaga Tuan Muda. Jeki tidak akan bisa melakukan hal yang akan mencelakakan Tuan Muda."
"Saya tidak takut dengan Jeki, yang takutkan justru Mozza dan Depnhe. Dua gadis itu juga sangat berbahaya."
"Depnhe tidak jahat Tuan, dia hanya hidup dalam kekangan keluarga kolonial Belanda. Jika membantah, nyawa ibunya sebagai taruhan. Justru Tuan harus menyelamatkan dirinya."
Apa lagi ini? Mengapa semakin bejalan hari, semua rahasia itu seolah terbuka lebar di hadapannya. Hanya saja, Karan harus berjaga-jaga agar tidak ada yang bisa melukainya.
Karan tidak mengerti, apa yang terjadi kepada Depnhe. Hingga Karan harus menjadi pahlawan untuk menyelamatkan hidupnya.
"Urusan Depnhe nanti kita bahas lagi, yang terpenting besok Tuan harus sudah membuat strategi untuk menyelamatkan berlian itu. Jika berlian itu sampai dikuasai oleh Bram, maka kita harus siap menerima kehancuran lainnya."
"Berlian apa yang sedang mereka incar?"
"Berlian langka yang hanya dimiliki oleh negara India, mereka sengaja membawa berlian itu dari satu tempat ke tempat lain untuk menyembunyikannya. Negara kita bekerja sama dengan India, sehingga mereka meminta bantuan kita untuk menyelematkan berlian tersebut."
Karan mengangguk, sekarang dia paham apa yang sebenarnya terjadi. Namun, dia tidak bisa berhenti berpikir mengenai Depnhe. Gadis itu penuh rahasia yang tidak Karan pahami.
"Perhatikan peta itu, ini beberapa lorong dan pintu rahasia. Haris, Rendra dan juga Robin sudah siap di posisi masing-masing."
"Tunggu, Haris? Dia?"
"Iya, dia menjadi bagaian dari rencana pula. Itu sebabnya, jalan masuk ke hotel sangat mudah melalui jalur Haris."
Bangsat. Ini hotel atau markas rahasia? Mengapa semua orang di dalamnya terlibat banyak hal dalam pertunjukan gila ini.
Karan tidak habis pikir, bagaimana Ken mau menyetujui kegilaan ini. Padahal, jika gagal tentu saja hotel ini akan hancur. Lalu, dia harus membangunnya kembali.
"Tuan tidak perlu berpikir yang tidak perlu dipikirkan, semua yang terlibat dalam akrobat gila ini memiliki tujuan masing-masing. Mereka tidak akan berpikir sangat jauh bahkan kerugian yang akan disebabkan oleh kasus ini bila terjadi kegagalan."
Detektif Ze seolah bisa membaca isi pikiran Karan. Dia berbicara seolah ingin menjawab semua pertanyaan Karan. Terutama perihal Depnhe.
"Ini belum saatnya Tuan mengetahui sosok Depnhe, pikiran Tuan tidak boleh terpecah. Fokus dulu pada misi besok. Kita akan bertemua lagi jika ada kesempatan untuk bertemu."
Detektif Ze meninggalkan Karan.
"Eh, tapi, tunggu!"
"Ah, sial! Apa lagi ini? Ide gila apa yang harus aku lakukan besok?"
Bersambung...