Chereads / BUKAN CINTA LELAKI BIASA / Chapter 7 - Mampus!

Chapter 7 - Mampus!

Karan tertawa puas, jelas dia sangat puas telah membuat wajah si cantik Eliza rusak. Gadis itu nampak sangat kesal kepadanya. Tetapi Karan tidak peduli.

"Mampus!! Siapa suruh membuat gara-gara denganku. Jelas saja aku bisa membayar makanan, kasir di restoran itu adalah ajudan setiaku yang sengaja di kirim Papa kepadaku."

Pekerjaan hari pertama Karan sudah selesai, dia segera meninggalkan hotel tanpa pamit kepada Jeki. Setelah petugas kasir tadi memberikan petunjuk kepadanya untuk menemui Larios di salah satu tempat misterius.

Karan segera masuk ke toilet laki-laki untuk mengganti pakaiannya. Sebelum itu, dia memperhatikan keadaan sekitar agar tidak ada yang melihatnya. Tidak lupa, Karan sudah mematikan CCTV sebelum aksinya dilakukan.

"Ya, aku sudah menyelamatkan hidup Eliza dengan mematikan CCTV itu dan tentunya aku juga harus menyelamatkan samaranku."

Karan menggunakan pakaian serba hitam dengan kacamata hitamnya. Dia juga membawa tas hitam menaruh beberapa perlengkapan.

Setelah usai mengganti kostum, Karan segera meninggalkan tempat. Tidak peduli dengan Eliza. Paling tidak, besok gadis itu tidak ada di hotel dengan alasan sakit.

"Hanya percikan cairan alkohol dan juga bubuk cabe. Paling tidak, dia hanya bisa melakukan operasi wajah untuk mengembalikan kecantikannya."

Karan menertawakan kemenangannya, tetapi dia tidak menyadari bahwa semua itu justru jebakan baru untuk Karan.

Sebuah mobil mewah berhenti di depan hotel, mereka melihat kode rahasia yang digunakan Karan di lengan kanannya. Lencana rahasia yang hanya prajut yang bisa mengenali itu.

"Silahkan masuk tuan!"

Karan tidak menjawab, hanya anggukan kecil saat petugas hotel membukakan pintu untuknya. Suara Karan tentu tidak bisa dikendalikan jika dia bersuara. Sebelum ada yang mengenali, ia memilih bungkam saja.

"Tuan Muda, Tuan Besar sedang menunggu di tempat rahasia, saya akan mengantar Tuan ke sana," ujar sopirnya.

"Baiklah, antarkan saya ke sana."

Sopir tadi menganggukan kepala sambil tetap mengendarai mobilnya. Tidak ada yang mencurigakan mamang jika terlihat dari luar. Karan hanya terlihat pebisnis biasa.

Namun, dibalik kacamata hitam yang digunakannya ada api yang berkobar. Tidak ada yang lain selain mata pisau dan sanjata tajam dalam pandangannya.

Aura haus darah Karan akan terlihat, saat dia membuka kacamata hitamnya.

"Tuan, kita sudah sampai."

Karan mengernyitkan dahi, tempat rahasia itu bukan tempat tersembunyi seperti bayangan Sean. Hanya sebuah restoran sea food termahal di Jakarta. Karan melepas kacamata hitam serta tasnya, lalu masuk resto begitu saja.

"Kenapa tidak mengatakan harus bertemu sekarang? Ponselku juga sengaja ditinggalkan di rumah, Papa keterlaluan."

"Duduklah! Kita baru bertemu, kamu sudah menuduh Papa sembarangan."

"Bukan menuduh, kenyataanya memang begitu."

Larios memberikan amplop coklat kepada Karan, bergegas Karan membuka isinya. Beberapa lembar foto gadis cantik dengan berbagai gaya dan penampilan.

Setiap gaya yang digunakan sebagai karakter identitasnya. Gadis itu tentu saja sangat dikenal Karan.

"Eliza Zaafira, gadis cantik yang berbahaya. Dia salah seorang mafia pembunuhan tersadis di kancah internasional. Saat ini dia sedang dalam pengejaran polisi dan satuan militer, sayang sekali kelicikannya memmbuat dia sulit dikenali."

"Kenapa Papa baru memberitahu sekarang?"

"Papa hanya berusaha menyembunyikan identitas kamu di hotel."

"Hari ini, dia sudah membuat ulah. Karena aku kesal, kubuat saja wajahnya rusak."

Larios terperanjat. Ini bukan kabar baik baginya, justru ini akan menjadi kabar baik. Gadis ini bisa melakukan tindakan yang jauh lebih membahayakan lagi.

"Kenapa kamu bertindak gegabah? Ini akan menguntungkan dirinya, dengan wajah baru dia justu akan menjadi ancaman. Kali ini kamu benar-benar bodoh, Karan. Pekerjaan sekecil itu saja tidak becus."

"Dia sudah mempermalukan aku dengan membuat aku harus membayar makan seluruh karyawan. Mana tahu aku bisa membayar, jika bukan karena Robin yang sedang menyamar di kasir restoran."

"Kamu hanya berpura-pura miskin Karan, jangan khawatir perihal keperluanmu. Jika tidak mendesak kamu hanya perlu menggunakan uang yang kamu miliki kecuali dalam keadaan mendesak kamu bisa menghubungi Robin atau Rendra."

Larios memberikan ponsel butut yang bahkan hanya bisa digunakan untuk menelpon dan sms saja sambil menyebutkan nama HRD hotel tempatnya bekerja.

Karan semakin bingung, banyak nama-nama yang dirahasiakan oleh Larios sebelum dia masuk ke hotel. Namun, setiap orang yang berpera ada kaitannya.

"Robin dan Rendra akan membantu kamu dalam misi yang sudah Papa jelaskan. Akan tetapi, kamu perlu mengetahui beberapa nama lain yang tidak kalah berbahaya dengan Eliza."

"Siapa itu?"

"Ken dan juga Jeki. Ken salah satu mafia perampokan yang juga bekerja sama dengan Eliza, sedangkan Jeki itu paling berbahaya. Dia ikut menjadi mata-mata Ken dan Eliza. Sayangnya, baik Ken maupun Eliza tidak tahu bahwa Jeki hanyalah mata-mata keduanya," tutur Larios menjelaskan.

"Dia juga menjadi mata-mata Papa, sayangnya hanya sekadar untuk melindungi kamu saja. Itu sebabnya Papa mengatakan kepadanya keadaan kita sangat buruk saaat ini agar dia tidak mencurigaimu," lanjutnya,

Karan tidak habis pikir, bahwa sebenarnya dia serang masuk ke sarang singa paling berbahaya. Hotel itu hanya sebuah nama, tetapi dibalik itu ada tindakan yanng ingin mereka capai di sana.

Saling membunuh dan saling melaporkan, begitulah tugas mereka. Mau tidak mau, Karan harus tetap menjalankan misi ini.

"Karan, Papa tidak perlu mendikte apa yang terjadi padamu dan apa yang terjadi di balik hotel bintang lama itu. Kamu hanya perlu menyelesaikan misi ini agar berhasil. Jika kamu berhasil, tentu saja ini sangat menguntungkan. Tapi ingat, kamu jangan membunuh siapapun."

"Baiklah, Pa. Aku mengerti sekarang."

"Satu lagi, Papa sengaja mengantrkanmu kepada Jeki. Dia adalah sasaran pertama kita, kamu harus melakukan strategi untuk bisa meringkusnya."

Larios meninggalkan Karan begitu saja, sengaja tidak membuat basa-basi agar tidak ada yang mencurigainya.

Setelah memberikan beberapa data orang penting yang harus diurusan oleh Karan, Larios kembali ke rumah dengan hati-hati. Keduanya memang harus berhati-hati, sebab sewaktu-waktu mereka akan mengambil tindakan.

Karan ikut meninggalkan restoran setelah kepergian Larios cukup jauh. Sepertinya sudah aman untuk pertemuan ini. Karan sudah memegang sandi rahasia yang akan dia gunakan jika diharuskan bertemu lagi.

"Jika Ken sangat berbahaya, lalu gadis itu apakah dia..." batinnya.

BRUK!!!!

Karan bertabrakan dengan sepasang kekasih yang cukup dikenalnya. Siapa lagi jika bukan Ken dan gadis cantik yang ia temui di pantry waktu itu.

"Hei, jalannya hati-hati!" ujar Ken.

Karan berusaha menghindari Kena, dia hanya menunduk tanpa berusaha menatap Ken.

"Sorry, tidak sengaja!" ucap Karan berusa membesarkan suara.

Akan tetapi, Ken tiadak mudah dikelabuhi. Dia mencurigai Karan, lalu mengejarkan memastikan dugaan.

"Hei tunggu!! Jangan lari!."

Karan tidak peduli, dia mempecepat langkah agar menjaduh dari Ken. Beruntung, gadis bernama Depnhe ini mencegah Ken mengejarnya.

"Sudahlah, Ken. Kita tidak ada urusan dengan dia, jangan mencari keributan."

"Tidak, aku hanya merasa tidak asing dengannya, dia sepertti..."

Bersambung...