Chereads / BUKAN CINTA LELAKI BIASA / Chapter 4 - Lihat Saja Nanti!!

Chapter 4 - Lihat Saja Nanti!!

Harapan Karan sirna, bahkan jabatan resepsionis saja tidak dia dapatkan. Haris menempatnya dibagian office boy, perkerjaan paling rendah. Sekalipun kesal, dia tetap menggunakan pakain itu. Peduli amat, yang penting saat ini dia sudah berada di hotel yang ditunjuk sang ayah untuk menyelesaikan misi.

"Uh, aroma apa ini? Menyengat sekali? Masa iya di hotel bintang lima ada yang membawa ikan mentah," ujar seorang wanita yang berpakaian rapi itu.

Dia baru saja keluar dari kamarnya sambil menutup hidung. Aroma baju yang dikenakan Karan rupanya belum sepenuhnya hilang, sebelum ada masalah baru dia segera ke pantry untuk mengganti pakaiannya.

"Dari mana saja? Dari tadi baru datang, aku menunggumu di sini," seru Jeki kemudian setelah Karan masuk ruangan.

"Ada drama dulu tadi."

"Ya sudah, dengar! Ini daftar pekerjaan yang harus kamu selesaikan."

Jeki meninggalkan Karan setelah memberikan daftar pekerjaan kepadanya. Setelah mengganti pakaian, Sean membaca tugas yang harus diselesaikan.

"Sudahlah, terpaksa aku harus mengerjakan pekerjaan kotor ini. Kalau bukan karena perintah, ingin sekali kubunuh orang-orang yang sejak pagi tadi meremahkan kemampuanku."

Setelah memahami pekerjaannya, Karan meninggalkan pantry dengan beberapa perlengkapan di tangan kirinya. Namun, saat membuka pintu, dari arah berlawanan seorang gadis tiba-tiba masuk dan ujung sapu Karan menimpanya.

"Aw!" jeritnya kesakita.

"Eh, maaf. Saya pikir tidak ada orang masuk sini."

"Oh, hai. Maaf kalau mengejutkanmu juga."

"Ya, tidak masalah. Tapi saya terburu-buru untuk bekerja sebelum nanti kepala HRD memaki saya."

Tidak menghiraukan sang gadis, Karan tetap melajut meninggalkannya. Ia mulai bekerja dari satu kamar ke kemar hotel lainnya, dari suatu ruangan menuju ruangan lainnya. Memang tidak secapat pekerjaan Jeki. Maklum, Karan belum terbiasa dengan pekerjaan ini.

"Hei, OB baru!" pekik seorang respsionis lelaki yang baru tiba di salah kamar tamu dengan membawa beberapa barang milik tamu.

"Iya, Pak. Ada apa, ya?"

"Kamu bisa bekerja atau tidak? Pekerjaan begini saja tidak becus. Cepat sini!"

Karan menghampirinya, dia menghadap lelaki tadi dan memasuki rungan. Aroma amis ikan menyeruak seisi ruangan, entah apa yang terjadi setelah Karan membersihkan tempat itu.

"Dasar gak becus!" ujarnya sambil menoyor kepala Karan hingga tubuhnya terjatuh.

"Baru hari pertama kerja saja sudah membuat kekacauan. Ini hotel bintang lima, bukan kadang sapi, goblok."

Lelaki itu melanjutkan dengan makin yang lebih kasar kepada Karan, tetapi Karan tidak bisa berbuat apapun saat itu. Jika dia balik melawan, tentu saja dia akan kehilang pekerjaan ini.

"Maaf Pak, sungguh saya kurang teliti memeriksanya. Izinkan saya membersihkan ulang kamarnya."

"Tidak perlu, biarkan Jeki yang menyelesaikan pekerjaan ini."

"E-tapi, Pak. Ini tugas saya, sementara Jeki masih ada pekerjaan lain."

"Kamu budek ya? Saya tidak mau kamu mengerjakan pekerjaan ini," ujarnya lagi sambil mendorong tubuh Karan.

BRUK!!!

Karan terjatuh, tak sengaja dia bersujud ke kaki lelaki besar tinggi dengan sepatu yang disemir mengkilat. Tubuhnya terlihat sangat kekar menggukan jas hitam. Tampan dan berwibawa. Melihat Karan terjatuh di kakinya, dia membantu Karan bangun.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya.

"Ti-tidak, Pak!" Karan semakin gugup melihat lelaki di sebelahnya.

"Rendra, kamu jangan keterlaluan! Dia hanya bekerja, wajar saja melakukan kesalahan. Lakukan pekerjaamu yang lain, biarkan saya yang mengurus ini."

"Ba-baik, Pak."

Lelaki pemarah yang dipanggil Rendra itu menggalkan tempat kejadian. Sementara, lelaki yang membela Karan tadi tetap di sana memberikan arahan.

"Mohon maaf atas ketidaknyamanannya Nona, kamu berharap Anda memakluminya. Jeki, tolong ajak OB baru ini bersamamu, biarkan dia melihat cara kerja yang benar. Kamu bisa ajarkan kepada dia apa yang harus dan tidak perlu dilakukan."

"Baik, Pak."

"Saya permisi dulu, mari Nona. Biarkan barang Anda dijaga oleh OB kami sambil membersihkan kamarnya. Kita bisa bicara di kafetaria sebentar sebagai ganti ketidaknyamananya."

Tamu hotel tadi merasa terhormat saat diajaknya ngopi bersama di kafe hotel. Dia memang sangat berwiba dan terlihat sangat ramah.

"Siapa lelaki tadi?"

"Itu Pak Ken, genral manager hotel bintang lima ini. Dia orangnya cukup baik, sih. Sejauh yang aku ketahui. Tetapi, dia bisa sangat ganas dan bahkan memberikan sanksi kepada karyawan yang melampaui batas seperti Pak Rendra tadi."

Karan mengangguk, dia berpikir akan mencari perlindungan kepada Ken agar tetap bisa menjalankan misinya. Bukan hal yang aneh, ada istilah jilat menjilat atasan di sebuah perusahaan. Semua itu diperlukan untuk mengamanankan posisi masing-masing.

"Hanya Genral Manager," guman Karan.

Jelas saja, jabatan itu bukan apa-apa bagi Karan. Bahkan jabatan yang dia miliki jauh lebih besar daripada itu. Bukan Karan yang akan tunduk, tetapi sebaliknya jika itu terjadi. Namun, untuk saa ini tidak ada untungnya membanggakan diri, toh dia tidak bisa memberikan bukti kekayaannya itu.

"Sudah, ayo bekerjar! Jangan bermimpi kamu akan berteman baik denganmu, di sini semua orang tahu kamu hanya OB baru yang tidak becus bekerja. Mana bisa dekat dengan Genral Manager macam Pak Ken."

"Ya, siapa tahu. Pak Ken mau dekat denganku, lagi pula tidak ada salahnya bawahan dekat dengan atasan."

"Ah ya, benar. Tetapi, itu tindakan penjilat."

Tidak salah perkataan Jeki, Ken memang orang yang sulit ditaklukan. Lelaki itu memang cukup misterius, bahkan sekelas kekasihnya saja tidak pernah dia bawa ke rumah besarnya. Ada rahasia besar yang tidak diketahui banyak orang. Sayang, tidak ada seorang pun berani mengusiknya.

"Berhenti melamun, kamu di sini bekerja bukan untuk melamun terus. Lagi pula, aku heran. Masa pekerjaan semudah ini tidak bisa dilakukan."

"Mana kutahu, selama ini aku tidak pernah mengerjakan perkerjaan ini."

"Artinya, sekarang kamu harus belajar Karan. Tidak ada untung berpura-pura menjadi orang kaya, sementara kamu harus melakukan pekeraan lain."

Perkataan Jeki ada benarnya, tidak ada gunanya Karan berpura-pura menjadi kaya di hadapan banyak orang. Sementara itu, dirinya sangat memlukan banyak waktu bertahan di sini. Untuk sementar waktu, dia belum menemukan kejanggalan. Untuk itu ada sedikit ketenangan.

"Eh, Jek. Gadis cantik itu siapa?"

Perhatian Karan teralihan oleh seorang gadis yang melintas di koridor hotel. Gadis cantik yang ia temu di pantry tad. Sayang sekali, keduanya belum sempat berkenalan sebelum berpisah.

"Mana?" tanya Jeki mencoba melihat gadis yang dituju oleh Ken.

"Oh, gadis berambut panjang itu? Dia ini Eksekutif Asisten Manager hotal, calon istrinya Pak Ken."

"Widih, Pak Ken seleranya bagus juga. Kecantikan gadis itu menyilaukan mata, membuta jantungku tidak berhenti berdetak."

"Jangan mimpi kamu."

Jake menempelkan kanebo basa bekas mengelap kaca ke wajah Karan. Dia sangat keterlaluan, tetapi Karan tidak peduli dengan hal itu.

"Jangan mimpi? Lha memangnya aku bermimpi? Bahkan apa yang kumiliki bisa mengalahkan kekayaan Ken."

"Yakin, kamu akan mengalahkan Ken? Aku rasa itu mimpi saja."

"Bangsat! Dia merendahkanku, lihat saja nanti. Aku atau Ken yang berhasil mendapatkan hati gadis itu."

Bersambung...