Bukan hanya hati Bram yang hancur, melainkan Karan pula sangat hancur. Bagaimana dia tidak bisa hancur, di hari pernikahan mereka dia harus kehilangan Mozza untuk selamanya. Pupus sudah harapan Karan untuk menikahi gadis impiannya.
"Kamu tidak dengar Dokter bicara apa. Karan? Mozza sudah meninggal, kamu sudah puas? Sekarang juga, pergi dari hadapanku! Tidak sudi aku melihat wajahmu lagi."
Terpaksa Karan harus meninggalkan rumah sakit dan tidak sempat melihat Mozza sama sekali. Bukan hanya hubungan cintanya yang kandas, tetapi hubungan antara dirinya dengan Bram juga harus berakhir begitu saja.
Sikap Bram tidak seperti sebelumnya, dia lupa pada sosok Karan yang dulu selalu dipujanya dan dbanggakan akan menjadi menantu terbaik.
"Mengapa aku merasa ada sesuatu yang aneh dari kejadian ini? Apa yang sebenarnya terjadi?" Karan bertanya pada dirinya sendiri.
Dia berusaha menguatkan langkahnya, meninggalkan rumah sakit dan meninggalkan Mozza. Meskipun ada rasa kecewa dan juga kekesalan dalam hatinya. Karan merasa tidak bersalah dan bahkan dia tidak melakukan apapun. Aneh sekali, Bram menuduhnya menjadi alasan kematian Mozza.
"Sudahlah, kenapa aku harus memikirka itu? Aku bukan seorang pembunuh, Mozza mengalami kecalakaan dan itu bukan aku yang menjadi penyebabnya."
Persetan dengan hal itu, Karan tidak mau tahu apa yang terjadi sebenarnya. Kebenaran Mozza meninggal atau hanya sandiwara saja itu bukan urusannya. Hubungan mereka yang selama ini baik-baik saja dan bahkan sudah di gerbang pernikahan, seolah itu tidak ada artinya lagi.
"Apakah mungkin Mozza dan Om Bram melakukan ini untuk tujuan licik? Tapi untuk apa? Lagi pula, aku sendiri yang telah mengantarkan Mozza ke rumah sakit. Tidak mungkin ada Mozza palsu."
Karan terjebak dengan pernyataanya sendiri. Mozza palsu? Apakah mungkin saja ada Mozza lain yang tidak diketahui oleh Karan. Selama ini, Mozza dan Bram sangat terbuka. Hanya mereka tidak pernah menjelaskan mengenai ibu kandungnya Mozza. Entah meninggal atau... entalah.
"Sudahlah lupakan saja, apapun yang terjadi hubunganku dengan Mozza sudah berakhir di hari pernikahan kami."
Karan menyusuri jalan kota Jakarta dengan mobil sport kesayangannya. Mobil yang sengaja dia rias untuk dijadikan mobil pengantin. Sayang sekali, pernikahan itu tidak pernah terjadi antara Karan dengan Mozza. Ada beberapa kejanggalan yang tidak diketahui Karan.
Tidak mau mengambil pusing dengan hal itu, Karan tetap melajukan mobilnya menuju kediaman Larios. Pengusaha manufaktur yang sang sukses di Jakarta, hanya saja mereka tidak pernah muncul mengenalkan diri ke publik. Hanya nama saja yang dikenal.
Sama seperti Larios yang tidak dikenal oleh publik, Karan juga tidak begitu dikenal banyak orang. Mereka hanya tahu bahwa Tuan Larios memiki seorang anak tunggal yang terbiasa dikenal dengan nama Tuan Muda Larios.
"Karan pulang!" ujarnya setelah sampai di rumah.
Keduanya orang tuanya, Charlotte Larios dan Lois Larios sudah berada di ruang tengah menunggu kepulangan Karan William Larios anak tunggal mereka yang hari ini gagal menikah.
"Bagaiamana keadaan Mozza?" tanya Charlotte, ibunya.
"Dokter menyatakan Mozza meninggal dunia, tapi entah mengapa aku merasa itu hanya kebohongan Om Bram saja."
"Mengapa kamu begitu yakin itu hanyalah kebohongan Bram?"
"Entahlah, ini sangat aneh. Tapi sudahlah, apapun yang terjadi lebih baik aku tidak mengurusinya lagi."
Karan beranjak meninggalkan kedua orang tuanya, tetapi sebelum itu terjadi Larios sudah mencegahnya pergi. Tidak biasanya, tapi seperti dugaan Karan ini sangat serius.
"Papa mendapatkan laporan penting mengenai Bram dan Mozza, yang kamu duga itu benar. Dia belum meninggal, selama ini Bram menyembunyikan ibu dan saudara kembar Mozza."
"Hah!!"
Karan terperanjat, selama dua tahun dia sudah dibohongi oleh Mozza dan juga Bram. Bukan hanya itu, ada rahasia lain yang tidak diketahui oleh Karan, rahasia besar keluarga Bram dan ini tersembunyi di dunia bisnis.
"Kamu perlu tahu hal yang lebih mengejutkan lagi, Karan."
"Apa itu?"
"Bram ini seorang mafia perampokan nomor satu di dunia, dia tidak bergerak seorang diri. Banyak pengawalnya, di dunia bisnis dia hanya menyambar saja untuk mengambil sesuatu paling berharga. Apalagi jika bukan saham perusahaan. Mereka sengaja memasukan kamu ke dalam bagian keluarga inti dengan tujuan untuk menghancurkan Larios Group."
Karan masih berusaha menelaah pernyataan Larios. Tidak pernah dia bayangkan bahwa selama ini berhubungan dengan orang paling kejam di negeri ini.
"Dengar, sebagai kesatuan militer, kamu punya tugas penting agar dapat menangkap Bram. Tetapi, dia ini orang paling licik, kamu harus lebih berhati-hati."
"Kembali ke medan pertempuran? Papa sudah gila, ogah."
"Ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Larios Group dan menyelamatkan perusahaan yang terlibat dengan Bram. Jika tidak, kita semua akan hancur."
Larios memberikan alamat sebuah hotel bintang lima yang cukup terkenal. Dia menjelaskan, tempat itu yang nanti akan menjadi tempat persembunyian Karan selama menjalankan tugas militer.
Tidak ada yang tahu memang, Larios ini Kepala Militer yang cukup misterius. Tidak mudah bisa bertemu dengannya. Karan sudah diberikan ilmu kemilteran sejak masih kecil, sehingga tubuhnya sudah cukup tahan banting melawan banyak orang.
Hanya saja, identitas militer itu disembunyikan, sebab banyak yang mengincar keluarga militer untuk dibunuh. Persiteruan dengan negera Belanda belum berakhir, sehingga mereka membunuh secara sadis keturuannya.
"Kamu ikutin permintaan Papa, itu jalan satu-satunya untuk menyelamatkan hidup kita. Pasukan dari Belanda sudah bersiap, beberapa anggota militer sudah mati. Itulah sebabnya kita harus tetap menyelamatkan identitas penting ini."
"Untuk keluarga kita, aku akan melakukan ini. Tapi, apa yang harus aku lakukan?"
"Mulai besok pagi, kehidupanmu akan berubah Karan. Kamu hanya perlu tahu, bahwa nanti kamu akan menyamar sebagai orang rendahan. Hotel yang nanti akan kamu tempati adalah lokasi utama trasnsaksi mafia ini dilakukan. Untuk itu, kamu jangan berleha-leha. Kamu harus cepat tanggap dan segera hubungai Marion."
"Bagaimana aku bisa bekerja semberangan, siapa yang harus aku temui di sana?"
"Besok kamu akan tahu, sekarang kamu istirahan saja. Hari ini, sudah banyak waktu terbuang untuk acara bodoh ini."
Bukan hanya Karan yang kesal, Larios tentu saja lebih kesal dengan adanya pernikahan ini. Rupanya, Bram sudah sudah membuat rencana dan membuat kegaduhan dalam acara pernikahan palsu.
Karan menyadari, dia sudah salah jatuh cinta. Tetapi, misi yang akan dia bawa dan tugas besar dari sang ayah akan menjadi misi untuk mencari gadis yang benar-benar tulus padanya. Bukan seperti Mozza, hanya memanfaatkan dirinya.
Setelah membersihkan diri, Karan berusaha memejamkan mata. Sulit memang, begitu saja memejamkan mata setelah apa yang terjadi hari ini. Baginya Mozza adalah cinta pertama yang tidak pernah mengkhianati. Meskipun kenyataan justru sebaliknya.
"Gadis licik, tidak kusangka dia akan melakukan drama palsu dan berpura-pura mencintaiku. Dia sangat keterlaluan! Bangsat, iblis berwajah bidadari."
Bersambung...