Aku memerhatikan sekali lagi makanan yang dipesankan untukku. Ini terlalu mewah buatku yang hanya suka dengan sesuatu yang instan. Bukan berarti tak suka, tapi hanya saja tak terbiasa. Perlahan, aku mencoba mengambil garpu dan pisau. Ini adalah kali pertama aku makan dengan kedua benda yang tidak pernah aku gunakan saat makan. Biasanya juga makan pakai sendok atau garpu saja. Kalau di collab dengan pisau entah apa jadinya.
"Kenapa kamu terlihat bingung? Biasanya makan pakai tangan saja ya?" tanya pria yang terus saja memerhatikanku sedari tadi. Aku menatap kesal si vampir tua sialan ini!
"Aku tidak seperti manusia dari hutan! Semua ini terlalu mewah! Ya, aku makan pakai garpu saja lah!" Dia mengejekku! Dasar pak tua itu! Tidak salah kan? Walau dia sangat tampan bak dewa Adonis, tapi fakta kalau usianya sudah ratusan tahun membuatku merinding sendiri. Pernah menghabiskan malam dengan pria yang jauh lebih tua ratusan tahun rasanya jadi aneh. Walau memang, staminanya melebihi manusia biasa.
Aku pun melanjutkan kegiatan makanku yang sempat tertunda. Aku sudah lapar dan harus mengisi tenaga untuk melanjutkan pekerjaan nanti siang. Tapi kalau boleh jujur aku sedikit ngeri sendiri dengan cara pria ini – Pak Dave terus memerhatikanku. Dia tidak makan dan hanya melihat orang lain makan saja, aku jadi tidak enak.
"Anda tidak makan?" tanyaku sungkan.
"Makan? Kau bercanda?" tanyanya balik membuatku bingung? Ada yang salah dengan pertanyaanku? Oh, sial! Iya, dia bukan makhluk yang perlu mengisi perutnya dengan kandungan karbohidrat! Dia itu hanya butuh menghisap darah manusia sepuasnya dan bertahan hidup dengan cara demikian.
'Bodoh!' makiku dalam hati karena kebodohanku.
"Aku lebih suka memakanmu!" ujarnya lagi membuatku terbelalak. Aku menatap ke arah wajahnya yang begitu datar saat menyatakan kalimat yang berhasil seluruh wajahku memerah. Aku bukan gadis bodoh! Memakan yang dia maksud pasti bukan sekedar menghisap darahku saja!
"Setelah puas dengan saya, anda pasti mencari perempuan lain!" balasku kemudian melanjutkan menyantap makan siangku.
"Tidak juga! Karena pada faktanya, kau spesial! Harus berapa kali aku menyatakannya kepadamu, Aileen?" jawabnya membuatku masih bingung.
Perbedaanku dengan para gadis lain? Ya, aku memang sudah tahu satu perbedaan mengenai tubuhku yang sebegitu cepatnya beregenerasi. Itu tidak normal! Ingin rasanya bertanya, tapi lidahku kelu. Tapi aku butuh jawaban kan?
"Pak Dave, apa anda tahu kenapa saya bisa sembuh dari luka gigitan anda? Anda pasti tahu sesuatu kan?" tanyaku sambil terus memerhatikan wajahnya yang sedikit menyipit saat mendengar pertanyaanku. Ia menarik senyuman yang semakin menambah kadar ketampanan di wajahnya.
"Karena kamu spesial! Tapi jangan beri tahu kemampuan itu kepada dunia luar! Itu bisa berbahaya buatmu! Ini peringatan dari saya!" Dia menjawab. Itu peringatan, bukan jawaban yang aku mau! Aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, mungkin dari internet nantinya.
"Saya tahu kamu penasaran, tapi lebih baik kamu tidak tahu. Karena semakin banyak yang kamu tahu, itu akan membuat kehidupanmu dalam bahaya! Rasa penasaran juga ada batasnya kan," sambungnya lagi membuatku memiringkan kepala menatp pria vampir sialan ini. Aku tak boleh tahu soal apa yang terjadi kepada diriku sendiri? Bahaya? Kenapa memangnya? Sial, aku semakin ingin tahu!
"Ah, terima kasih untuk makanannya! Lezat sekali, Pak!" ujarku mengalihkan pembicaraan di antara kami. Lebih baik aku tidak membahas ini dengannya dan mencari tahu segalanya dengan sendirinya. Aku berdiri sambil melangkahkan kaki untuk meninggalkan restoran ini dan kembali ke kantor. Tapi tak lama, pria itu menahan tanganku dan menggenggamnya erat.
"Kita pulang saja! Bukannya saya tadi sudah bilang, kalau saya ingin memakan kamu?" bisiknya membuat bulu kudukku merinding.
'Pria ini?!' kesalku dalam hati dan pada akhirnya aku hanya mengikuti langkah besarnya untuk masuk ke dalam mobil dan ikut dengannya. Ternyata, dia hanya memberiku makan supaya bisa punya stamina untuk mengikuti kemauan busuknya? Semua pria itu sama saja! Dan demi apa aku menurut padanya?!
Sepanjang jalan, aku tidak bisa tenang bahkan terus saja bergerak gelisah. Aku berulang kali meremas rokku sebagai pelampiasan rasa gelisah di dalam hatiku. Setelah libur satu hari, dia malah menuntut untuk melakukan itu lagi. Tapi apa hubungan kami? Melakukan hubungan yang seperti ini tanpa hubungan apa pun rasanya seperti pelacur saja.
"Jangan takut! Lagipula, ini bukan yang pertama bagimu kan?" ujarnya karena ternyata kami sudah berada di depan mansion miliknya. Aku hanya membuang muka dan dibalas dengan kekehannya lalu membuka pintu mobil. Tak lama, dia membukakan pintu mobil untukku dan mengulurkan tangan selayaknya seorang pangeran yang ingin menyambut tuan putri dari kereta kuda. Dan ya, aku menyambut uluran tangannya karena selalu saja aku tenggelam dalam ketampanan luar biasa itu.
Setiap kali tatapan kami bertemu, rasanya sesak karena mengaguminya saja! Rasanya tak percaya, kalau aku pernah menghabiskan malam dengannya dan juga dirinya yang terlihat begitu menginginiku setiap saat. Haruskah aku bangga? Apa aku bisa mengikatnya untuk diriku sendiri? Ah, apa yang aku pikirkan ini? Dengan penampilan seperti ini? Pasti di luar sana banyak makhluk immortal yang lebih cantik dan sepantaran dengannya. Bangsawan vampir!
"Kenapa melamun? Aku sudah menunggu kesempatan ini sejak lama!" katanya langsung mengalihkan lamunanku.
"Apa hubungan kita?" tanyaku tanpa sadar. Aku bisa melihat sorot matanya yang begitu terkejut saat aku bertanya hal seperti ini.
"Kau milikku," jawabnya setelah lebih tenang menurutku.
"Apa anda juga milikku?" tanyaku balik semakin menuntut sebuah hubungan. Aku manusia yang punya perasaan. Aku tak suka dipermainkan!
"Bukan masalah kalau kamu menganggapnya begitu!" balasnya lalu berbalik sembari menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya. Aku masih belum paham apa maksudnya hanya menganggap begitu? Hubungan macam apa yang ingin dia bina? Aku paling benci dengan pria yang sama sekali tidak punya konsistensi dalam-
"Eummphh!!!"
Dia menyerangku tiba –tiba! Tatapannya yang tajam yang bagaikan elang itu menghipnotisku. Pikiranku kosong dan mengikuti saja pergerakannya. Sudah sedari tadi ia menahan birahinya dan mungkin ini adalah waktu yang cocok buatnya untuk melakukan semua ini. Ciuman di antara kami terlepas dan ia mengecup kedua sisi pipiku lalu aku merasakan kecupan yang dia daratkan di leherku. Aku sedikit terkejut, karena ternyata kemeja kerjaku sudah dia buka. Tak lama, kurasakan kalau tubuhku melayang dan ia membawaku ke kamar. Perlahan, dia meletakkan tubuhku ke ranjang dengan penuh perasaan seakan aku adalah sebuah benda yang sangat raput. Tak lupa dengan tatapannya yang tak pernah teralihkan dariku.
"Hah… hah… hah…"
Napasku tersenggal, apalagi saat memerhatikan pria itu membuka pakaiannya di hadapanku. Ini adalah kali pertama aku melihat tubuh bagus yang bagaikan ukiran sempurna patung –patung dewa Yunani yang sedemikian mempesona. Tubuhku jadi semakin tak berdaya karena pesonanya yang kejam. Dan kemudian, dia menoleh ke arahku dan memberikan sebuah seringaian yang sangat sexy.
Perlahan, ia menaiki ranjang dan mengukungku. Entah dirasuki apa, aku langsung mengalungkan tanganku di lehernya dan ciuman panas terjalin lagi. Aku merasakan segalanya! Pergerakan yang begitu teratur dan berusaha membagikan kenikmatan itu. Tak lama, aku merasa kalau dia sedikit kasar karena semakin lama semakin tak terkendali.
"Pe –pelan hah!" pekikku sambil meremas sprei sebagai pelampiasan kenikmatan yang kurasakan.
"Nikmati saja!" balasnya berbisik kepadaku. Aku tidak bilang kalau aku tidak menikmati walau dia bergerak semakin tak terkendali, hanya saja tubuhku terkejut. Seakan, aku lah yang harus berusaha beradaptasi dengannya yang punya tenaga tak ada habisnya. Dan setelah itu, kami pun mendapat apa yang sama –sama diinginkan. Kepuasan.
***
POV 1 (David)
Aileen. Wanita yang takdirnya sangat tak beruntung. Aku terus memandang perempuan yang baru saja berbagi kenikmatan denganku tadi. Sebagai manusia biasa, aku tahu kalau dia pasti lelah apalagi aku memiliki stamina yang jauh lebih besar darinya. Perlahan, aku turun dari ranjang lalu mengenakan pakaianku kembali. Hari sudah semakin sore. Ini akan menjelang malam. Kupandang sekali lagi wanita ini dan kuelus kepalanya perlahan lalu keluar.
"Aileen, kamu adalah milikku! Kau akan dalam bahaya kalau sampai vampir lain menemukan dirimu. Biarlah kau hanya jadi milikku saja! Tenggelamlah dalam pesonaku dan teruslah jatuh cinta padaku. Dengan begitu, darahmu akan terus menjadi milikku lalu membuatku jadi vampir terkuat yang pernah ada dibanding sebelumnya!" gumamku sambil memerhatikan bulan purnama yang sangat tenang malam ini.
Aku memang hanya memanfaatkan wanita itu untuk kekuatan sekaligus kesenanganku. Para wanita sangat mudah terpedaya oleh penampilan. Jadi, aku sering memanfaatkan pesona yang kumiliki untuk mendapatkan darah mereka. Tapi Aileen sedikit lebih istimewa. Sudah cukup lama aku terus memerhatikan gadis itu dan memang benar, dia lah pemilik kekuatan itu. Maka,aku tidak akan melepaskannya mungkin sampai dia mati. Dia bahkan hanya boleh mati di tanganku!
Aku adalah makhluk yang hidup selama ratusan tahun. Sudah empat ratus tahun lebih aku hidup di dunia ini. Tapi usia segini masih terbilang cukup muda untuk ukuran vampir. Tapi bukan berarti, populasi kami bertahan karena umur kami yang panjang. Setiap tahun, para vampir banyak mengalami kematian karena terus diburu. Wajar memang, karena kami juga membahayakan manusia.
Bahkan, kami pernah dibantai secara missal empat ratus tahun yang lalu. Hampir semua mati dengan kekuatan luar biasa oleh seorang manusia yang sangat kami takuti pada masa itu. Tapi kodratnya sebagai manusia membuat dia meninggal tak lama kemudian dan kami yang terisisa sedikit bebas dari rasa takut itu. Sayangnya, kekuatan itu bisa diwariskan dan perburuan vampir terus terjadi hingga kami harus berpencar.
'Dan pemilik berikutnya adalah dirimu Aileen! Harusnya aku membunuhmu saja, tapi itu mustahil. Jadi, aku mencari keuntungan darimu. Darahmu yang luar biasa,' batinku lagi. Aku punya sebuah harta karun yang adalah milikku sendiri. Tapi ini bukan sesuatu yang semudah itu. Dia pasti akan mencari kebenarannya dan vampir lain akan mencari dirinya. Sementara ini, aku bisa menghilangkan jejak kekuatannya dengan tanda yang aku tinggalkan di tubuhnya. Tapi kalau dia sadar dengan segala kekuatannya, dia bahkan bisa menghabisiku dengan sekejap mata.
***
POV 3
David pun berjalan ke ruangan pribadinya. Ruangan yang sangat gelap di mansion ini. Tempat yang tak pernah ia berikan kesempatan pada cahaya untuk menunjukkan sinarnya. Bukan berarti dia sedang penghematan, hanya saja dia tak butuh cahaya. Ia adalah makhluk dalam kegelapan. Hidup selama ratusan tahun jelas membuatnya bosan.
Meniduri mangsanya sendiri adalah sesuatu hal yang bisa disebutnya sebagai hiburan bagirasa bosan yang ia rasakan. Bukan berarti, hanya dia vampir di kota ini. Ada beberapa juga, tapi mereka jarang berkumpul sekali pun saling mengenal, Makhluk seperti mereka memilik masalah dalam perkembang biakan. Oleh karena itu, mereka tidak bertambah secara signifikan.
Vampir yang menikah dengan sesamanya hanya bisa punya anak jika mereka saling mencintai. Itu bukan hal yang mudah, karena para vampir terlahir tanpa perasaan. Mereka adalah makhluk kejam dan buas. Hanya cinta yang bisa menjadi kehidupan baru dan David akan tenang saja jika melakukan semua ini tanpaperasaan sekali pun. Dia tak pernah mencintai siapa pun, termasuk dengan Aileen. Baginya wanita hanya untuk dimanfaatkan untuk kesenangan.
Khawatir untuk penyakit menular? Mereka tidak punya sel seperti manusia walau terlihat sama! Vampir bagaikan patung hidup yang perasaannya sulit digapai dan sangat dingin. Tapi kalau sudah sekalinya jatuh cinta, seorang vampir tidak akan mengkhianati pasangannya dan akan mengorbankan segalanya. Sekali lagi, hanya satu persen kemungkinan mereka bisa mencintai walau memang banyak vampir yang berpasangan.