POV 1 (Aileen)
Pagi ini, setelah sekian lama dia kembali mengisap darahku. Jujur saja, rasa sakitnya terasa begitu nyata. Tapi kini, aku mau memastikan sebuah kebenaran lagi, mengenai bekas luka gigitan itu. Aku bercermin lagi di kaca kamar mandi. Yang benar saja! Luka bekas gigitan itu hilang begitu saja. Semua ini memang terlihat tidak normal karena aku merasa kalau diriku hanya seorang manusia biasa yang pasti mati kaliu darahnya dihisap oleh vampir.
Tapi kenyataannya tak begitu. Aku pun kembali ke dapur dan melanjutkan kegiatan memasakku. Aku tidak mau memikirkan dia berada di mana karena fokusku adalah pada prutku yang sedemikian lapar. Aku butuh makanan sebagai manusia. Saat selesai memasak, aku sarapan untuk mengumpulkan energiku. Membosankan! Satu kata itu terlintas di dalam pikiranku karena di akhir pekan ini aku sama sekali tidak melakukan apa –apa. Biasanya di apartemen, aku akan bersih –bersih dan melakukan itu saja sudah menghabiskan tenagaku.Tapi di sini sangat kosong dan sudah bersih dengan sempurna. Tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan.
'Ada! Aku harus mencari kebenaran mengenai vampir! Mungkin di mansion ini ada sebuah petunjuk! Aku yakin itu!' Aku baru terpikir.
Setelah sekian lama bertanya –tanya, aku memang mesti mencari kebenarannya. Dengan cepat aku mencari sebuah ruangan di mansion yang luas ini, tapi sayangnya aku sama sekali tak menemukan apa pun. Banyak pertanyaan di kepalaku, kenapa makhluk seperti mereka ada? Kenapa ada makhluk sepertiku yang tidak bisa mati setelah dihisap darahnya oleh vampir dan kenapa masih ada vampir sedangkan ada pemburunya? Dan satu lagi, kenapa aku baru percaya setelah aku melihat Dave? Padahal, kedua orang tuaku diisukan mati karena dibunuh makshluk seperti mereka. Tak lama, aku melihat sebuah ruangan besar dan saat aku buka, ternyata itu adalah sebuah perpustakaan. Aku pun melangkah masuk. Tapi, tak lama aku merasakan sebuah tangan dingin menahan pergerakanku.
"Apa yang kamu lakukan, Aileen?" tanya suara itu. Dave, dia kembali setelah menghisap darahku. Aku memicing ke arahnya dan buang muka. Aku tak mengerti dengan pria ini. Apa dia hanya memanfaatkan aku untuk dihisap darahnya? Kenapa mesti aku? Dia benar –benar mengacaukan pikiranku!
"Bu –bukan apa –apa! Hanya mencari kegiatan karena tidak ada yang dilakukan di akhir pekan," jawabku jujur saja. Walau aku tidak mengatakan mau mencari kebenaran soal kalian, para vampir aneh.
"Mau jalan –jalan denganku?" tawarnya membuatku terdiam. Apa itu? Bukannya tadi dia menganggapku sebagai makanan? Karena aku menolak seks di pagi hari dengannya, dia menggigitku. Dan sekarang, dia malah bersikap manis kepadaku. Apa maumu sebenarnya? Ingin sekali aku berteriak demikian kepadanya.
"Ke –ke mana?" tanyanya malah begitu. Gilanya, selalu saja aku tidak bisa menolak ajakannya yang begitu manis dengan wajah tampan itu.
"Ke mana saja yang kamu mau. Apa lukamu sudah baikkan?" tanyanya sambil menyibakkan rambutku ke belakang dan mengelus leherku yang tadi dia gigit. Dia menyeringai mungkin karena senang tak ada lagi bekas luka di sana.
"Kali ini, milikku memang yang terbaik!" ujarnya dengan senyuman yang sangat tampan dan mampu meluluhkan hati wanita mana pun.
"Dave… apa aku ini bagimu? Aku ini kekasihmu atau bukan?" Aku memberanikan diri bertanya mengenai hubungan kami. Sungguh, aku sama sekali tidak mau terlalu jauh kalau hanya untuk tersakiti. Hatiku begitu lemah kepada pria ini dan tak berharap disakiti.
"Kau bisa anggap aku begitu. Yang penting kau milikku. Kenapa bertanya lagi?" Dave menjelaskan dengan singkat. Kenapa? Kenapa hanya aku yang menganggap demikian. Perasaan yang tak berbalas sungguh menyakitkan.
"Apa suatu hari kau akan membuangku? Aku ini manusia biasa yang bisa tua, jelek dan mati. Kenapa kau tidak mencari wanita vampir yang sama sepertimu?" tanyaku lagi. Aku memang pernah memikirkan ke mana akhir dari hubungan yang seperti ini. Manusia yang lemah dan rapuh itu sangat tidak wajar memiliki hubungan dengan makhluk immortal seperti vampir.
Dave, dia terdiam sambil menatapku. Aku tahu, pasti dia hanya ingin bersenang –senang lalu mencampakkan diriku. Semuanya terlalu mudah untuk dilakukan, bahkan mungkin saja dia bisa membunuhku kalau sudah merasa aku sudah tak berguna lagi dan tak bisa meladeni keinginan biologisnya. Menyedihkan! Tapi tiba –tiba, aku merasakan kalau aku di tarik ke dalam pelukannya. Tubuhnya dingin karena memang dia bukan makhluk yang sejenis denganku yang punya suhu tubuh. Tapi kini rasanya hangat.
"Kau takut itu akan terjadi?" tanyanya kubalas dengan anggukan.
"Aileen, aku sarankan kamu tidak perlu memikirkan apa pun," katanya lagi membuatku tertegun.
"Aku manusia, aku punya pikiran," balasku dan kemudian dia melepas pelukannya dan kembali menatapku. Tatapannya saat tidak dalam mode vampir sangat menghanyutkan. Iris terang yang begitu tampan dan selalu membuatku berdebar.
"Apa kamu menganggap aku sebagai makanan?" Aku bertanya lagi membuat pria itu terkejut. Dave, dia langsung menarik aku ke dalam pelukannya lagi.
"Maaf! Aku minta maaf karena membuat kamu sampai berpikir begitu! Pasti kamu merasa sakit hati karena aku menggigitmu tadi pagi ya? Jujur, aku memang lapar… selalu saja begitu saat melihatmu," jawabnya membuatku terheran.
"Lapar akan darahku?" tanyaku lagi.
"Semuanya! Wajah cantik yang menggoda ini…," jawabnya setelah melepas pelukannya sambil mengelus wajahku hingga membatku memejamkan mata. Kemudian aku merasakan jempolnya berada di bibirku.
"Bibir tipis menggoda ini lalu… tubuhmu yang sangat sensual!" katanya sambil membelai pinggangku! Selalu saja seperti ini! Dia berhasil membuat aku gila!
"Semua itu juga dilengkapi dengan darahmu yang sempurna! Itu lah yang membuatku tak bisa melepasmu, Aileen!" tegasnya lalu mendekatkan wajahnya ke arahku. Kupejamkan lagi mataku dan kurasakan deru napasnya semakin mendekat. Ia mencium lalu melumatku dengan gairahnya yang begitu nyata. Lagi –lagi, aku terlihat seperti wanita bodoh yang terbuai dalam cinta dan rayuannya. Dia memang pria tampan sekaligus perayu ulung dengan mulutnya yang sangat manis.
"Maafkan aku ya?" bisiknya setelah percumbuan kami selesai. Aku mengangguk! Aku dengan mudah memaafkan segala kesalahannya karena aku jatiuh hati kepadanya.
"Ayo, kita pergi jalan berdua," ajaknya lagi sambil menarik tanganku untuk pergi bersamanya. Pada akhirnya selalu begini, aku memilih menikmati segala yang bisa aku lewati selama masih bersamanya. Dan ya, aku juga tidak berhasil masuk ke perpustakaan untuk mencari tahu lebih banyak kebenaran tentang kalian, bangsa vampir.
'Tidak, aku harus tahu segalanya! Aku tidak boleh terus diam. Dia tak bisa membaca pikiranku, bukan? Aku juga harus sedikit pintar dan janga terus –terusan terlihat seperti wanita yang mudah sekali dirayu olehnya!' batinku lagi.
Hari ini aku akui, dia begitu menunjukkan perhatian yang selalu didamba oleh semua wanita. Ia mengajakku ke sebuah ladang bunga yang begitu indah. Untuk pertama kali, aku melihat ladang bunga yang seindah ini! Aku memang jarang keluar, karena sibuk dengan keseharianku.
"Kamu suka?" tanyanya sambil memeluk pinggangku dari belakang. Aku mengangguk cepat.
"Ya, aku sangat suka!" jawabku. Saat ini, aku harus menikmati setiap waktu yang ada sebelum aku mencari tahu kebenarannya. Terkadang aku ragu, apa aku bisa menerima kenyataan kalau sudah tahu semuanya.