Chereads / Penghianat Itu Sahabatku / Chapter 27 - Kesempatan Dari Surya

Chapter 27 - Kesempatan Dari Surya

Lusi terpaksa segera pamit, dia tidak mampu menjawab semua pertanyaan Fahmi. Dia tidak mau Fahmi benar-benar tahu kebenarannya.

"Ma, apa Fahmi tahu alamat cowok itu?" tanya Surya ketika Lusi datang.

"Dia tidak tahu, Pa. Ternyata Jordi adalah pacar Sabila yang direbut Amara. Hubungan Fahmi dan Jordi juga tidak dekat, jadi Fahmi tidak tahu alamatnya. Dia menyarankan tanya ke pihak kampus saja," jawab Lusi.

"Nggak, pihak kampus pasti akan menyelidiki semua. Apa tidak ada cara lain?" tanya Surya.

Lusi menggeleng, dia tidak tahu akan seperti ini. Bahkan Amara sendiri tidak tahu keluarga atau alamat rumah Jordi.

"Dasar Amara bodoh!" umpat Surya. "Kenapa dia pacaran tapi tidak mengenal keluarganya," kata Surya.

"Pa, biarkan Amara tetap sekolah untuk sementara waktu. Biar tidak terlalu mencolok," ucap Lusi. "Fahmi mengetahui kehamilan Amara, Pa," lanjut Lusi sehingga membuat Surya melotot.

"Apa? Dari mana dia tahu?" tanya Surya. "Apa kamu memberitahunya?" tanya Surya.

"Tidak, Pa. Mama tidak mengatakan hal itu padanya. Dia pernah bertemu Amara di aprteman Jordi." Lusi takut Surya marah.

Surya geram, dia mendatangi Amara di kamarnya. Dia tidak segan menampar dan memukul Amara.

"Pa, maafkan Amara! Bantu Amara agar bisa cari Jordi. Amara akan minta Jordi untuk tanggung jawab semua," kata Amara.

"Baiklah, aku kasih kesempatan untuk keluar rumah seperti biasa. Dan kamu harus bawa Jordi ke depan Papa, suruh dia tanggung jawab," kata Surya. "Kalau kamu tidak berhasil, aku akan usir kamu dari rumah ini," ancam Surya.

"Baik, Pa. Aku akan bawa Jordi," kata Amara.

Amara senang ada kesempatan dari Surya. Dia harus menemui Jordi dan meminta pertanggung jawaban. Amara tidak mau jika harus diusir dari rumah.

Amara terus memikirkan cara agar bisa bertemu Jordi. Dia akan melakukan apapun agar Jordi kembali padanya dan bertanggung jawab atas kehamilannya.

"Amara, Mama akan bantu kamu. Kamu jangan sedih," kata Lusi.

Di saat Amara terpuruk hanya Lusi yang mendukungnya. Sementara Surya yang biasa memanjakannya masih kecewa padanya.

Rasa sesal karena telah mengabaikan sang Mama. Apalagi Lusi lah yang selalu ada buat Amara. Amara sadar Lusi selalu keras padannya semua demi kebaikannya. Tapi dulu Amara mengabaikan itu, bahkan dia tidak suka dengan Mamanya sendiri.

Lusi memeluk Amara, dia tahu saat ini Amara perlu dukungan darinya. Hanya dia yang bisa membantu Amara.

"Ma, kalau Fahmi tidak mau membantu. Kita harus menemui Sindi, dia adalah orang yang telah merebut Jordi dariku," kata Amara. "Kita harus temui dia," kata Amara.

"Iya, sayang. Mama akan bantu kamu. Kamu jangan takut, kita harus bawa Jordi kehadapan Papa," kata Lusi.

Lusi yang selalu menenangkan Amara, dia berharap bisa membantu masalah putrinya.

**

Fahmi sudah ditunggu Rani dan Sabila. Mereka ingin tahu apa yang Rani bicarakan dengan Fahmi.

"Kak, Tante Lusi ngomongin apa?" tanya Sabila penasaran.

"Iya, Fahmi. Mama juga kepilo," sahut Rani.

"Tante Lusi minta alamat Jordi, sepertinya ada masalah antara Jordi dan Amara. Tapi Fahmi nggak tahu alamat Jordi, kan selama ini hubungan Fahmi dan Jordi kurang baik," kata Fahmi.

"Masalah? Masalah apa Fahmi?" tanya Rani.

"Waktu aku pancing masalah Amara hamil, Tante Lusi diam saja. Dia malah pamit pulang," kata Fahmi. "Aku kira Amara beneran hamil," kata Fahmi.

"Ya ampun! Apa separah itu?" Rani terkejut. "Surya pasti marah sekali kalau tahu putrinya hamil," kata Rani.

"Biarin aja sih, Ma. Itu karma karena dia udah nyakitin Sabila," sahut Sabila.

Rani faham apa yang dirasakan Sabila. Dia masih belum bisa melupakan rasa sakit hatinya pada Amara.

**

Amara terus mencoba menghubungi nomor Jordi namun tidak aktif. Dia mencoba mencari melalui istagramnya. Amara menemukan teman kuliah Jordi.

[Kak, Kakak teman Jordi di kampus?]

Amara mengirim pesan melalui instagram ke teman Jordi.

[Iya, kamu Amara kan mantan Jordi?]

[Iya, Kak. Kakak masih berhubungan dengan Jordi? Jika masih aku mau bertemu Jordi.]

[Dia biasa nongkrong di cafe Pelita tiap malam minggu.]

[Dia dan Sindi aku dengar akan bertunangan.]

[Terimakasih infonya, Kak. Kalau ada sesuatu aku boleh hubungi Kakak?]

[Silahkan ini nomorku 085267xxxxxx]

Amara senang setidaknya ada yang memberi dia petunjuk untuk bertemu Jordi. Amara tidak akan langsung menemui Jordi, tapi dia akan membuntuti Jordi sampai dia pulang. Biar dia tahu alamat orang tua Jordi.

"Jordi, kamu harus tanggung jawab," kata Amara.

Amara yakin, dia bisa menemukan Jordi dan membawanya untuk bertanggung jawab dengan kehamilannya.

**

Jordi senang foto itu telah menyebar ke seluruh media sosial. Dengan begitu orang akan mengecap tidak baik pada Amara.

"Sayang, Amara ternyata jual diri sebagai Iklan produk dewasa ya," kata Sindi.

"Iya, aku juga baru tahu. Pasti dia melakukannya tidak hanya denganku. Dia pasti sudah menjajakan diri pada lelaki hidung belang," ucap Jordi.

Sindi memeluk Jordi, entah mengapa dia teringat Fahmi. Cowok yang selalu menjaga dia, kini dia tinggalkan. Meskipun mereka tidak pacaran, tapi Sindi tahu Fahmi mencintai dia.

"Apa dia sekarang membenciku," batin Sindi. Ternyata dia merindukan sosok Fahmi.

Sindi harus menyembunyikannya dari Jordi. Dia akan menemui Fahmi secara diam-diam. Saat ini mereka sudah berbeda kampus, karena sejak Jordi ingin bertunangan dengannya, dia meminta Sindi pindah kampus bersama dia.

"Sayang apa kamu memikirkan sesuatu?" tanya Jordi.

"Tidak sayang," jawab Sindi berbohong.

Jordi mencium kening Sindi lalu pamit pulang. Mereka terbiasa menyewa kamar untuk berdua.

**

Amara kembali sekolah, dia pura-pura tuli dengan cemoohan orang tentang foto yang beredar.

"Amara, masih berani sekolah? Kenapa nggak sekalian jadi pemain film dewasa saja," celetuk seorang cowok.

"Amara, aku nggak nyangka semua akan menyebar." Sofyan mendekati Amara.

"Jangan dekati aku, nanti Sofi marah. Aku tidak mau bertengkar lagi," ucap Amara lalu menghindari Sofyan.

Dari kejauhan Sofi memperhatikan, ada rasa kesal pada Sofyan. Apa benar Sofyan masih mencintai Amara? Batin Sofi.

Saat istirahat sekolah Amara hanya berdiam diri di kelas. Dia sengaja membawa bekal yang disiapkan Lusi.

"Kaya anak Mama saja bawa bekal," kata Dewi.

Amara hanya diam saja, dia malas meladeni Dewi. Dewi dan Sabila keluar dari kelas sementara Sofi sudah keluar sejak tadi.

Sofi dan Sofyan duduk dibawah pohon. Sofi ingin menanyakan kebenarannya.

"Kita ke kantin yuk!" ajak Sofyan.

"Tidak, aku mau bertanya padamu,'' kata Sofi.

"Tanya apa?" tanya Sofyan.

Sebenarnya dalam penerawangan Sofi, dia sudah tahu Sofyan masih mencintai Amara. Namun, dia ingin tahu dari mulut Sofyan sendiri.

"Kok diam tanya apa?" tanya Sofyan lagi.

"Apa kamu masih mencintai Amara?" tanya Sofi.

Sofyan menghela nafas, "Tidak, aku hanya kasihan padanya," kata Sofyan.

"Jangan berbohong Sofyan," bentak Sofi.

Sofyan kaget mendengar Sofi membentaknya.