Sabila lalu mematikan panggilan Jordi. Dia malas meladeni Jordi yang sudah membuatnya sakit hati.
" Berani sekali dia, apa dia sudah tidak punya rasa malu?" tanya Fahmi.
"Udahlah, Kak. Biarin saja," kata Sabila. Di beranjak masuk ke kamar untuk ganti baju.
Sabila enggan sekali berhubungan dengan Jordi. Terlebih setelah apa yang menimpa Amara. Semua itu membuat Sabila sadar Jordi bukan cowok baik-baik.
"Ayo makan!" ajak Rani pada Sabila yang berada di kamar.
Sabila berjalan keluar kamar dan menuju meja makan. Tidak ada Fahmi, hanya Rani dan Sabila saja.
"Kakakmu tidur, jadi kita makan saja," kata Rani.
Mereka sedang makan, terdengar ada yang memencet bel. Bik Imah langsung ke depan untuk membukakan pintu.
Bik Imah kembali, "Ada teman Den Fahmi, Bu," kata Bik Imah.
"Fahmi sedang istirahat. Namanya Siapa Bik?" tanya Rani.
"Sindi, Bu," jawab Bik Imah.
Rani dan Sabila saling pandang, untuk apa Sindi datang ke rumah Fahmi.
"Suruh tunggu saja sampai kami selesai makan!" pinta Rani.
Bik Imah langsung ke ruang tamu sambil membawa minum dan menyuruh Sindi menunggu.
5 menit kemudian, Sabila dan Rani keluar. Sindi tampak membawa plastik berwarna hitam.
"Tante Rani, Sabila, ini aku bawakan jajan untuk kalian," kata Sindi memberikan plastik pada Rani. Rani menerimanya.
Rani sadar bahwa Sindi sedang berusaha mendapati Fahmi lewat dirinya.
"Sindi, apa kabar? Kenapa lama tidak kelihatan?" tanya Rani.
"Iya, Tante. Lagi Sibuk," jawab Sindi.
"Sibuk pacaran?" tanya Sabila.
Sindi tampak tidak suka dengan apa yang ditanyakan Sabila. Namun, dia memilih diam saja.
"Ada perlu apa kemari?" tanya Rani.
"Hanya mau silaturahmi, Tante," jawab Sindi.
Sindi bercerita panjang lebar mengenai keluarganya dan kuliahnya sesekali Rani hanya mengangguk.
"Aku ngantuk mau tidur siang," ucap Sabila lalu beranjak ke kamar.
"Saya pulang, Te. Tante pasti mau istirahat," kata Sindi berpamitan.
Setelah Sindi pergi, Fahmi bangun. Dia sengaja tidak langsung keluar saat mendengar suara Sindi.
"Nyogok pakai jajan? Dikira Mama anak kecil apa," ucap Fahmi sambil mengambil makan.
Rani meletakkan makanan dari Sindi di meja makan. Di bukanya sebuah kue dari toko kue ternama.
"Jangan dimakan, Ma!" larang Fahmi. "Kasihkan aja sama orang," kata Fahmi.
Rani hanya menurut saja, kue itu diberikan kepada pengemis yang biasa lewat di depan rumah Rani.
**
Sindi berharap, dia akan mendapatkan hati Rani. Dia ingin dekat dengan Fahmi lagi. Dia akan mendekati Rani dan Sabila terus demi mendapatkan dukungan dari mereka.
Sindi yakin usahanya akan berhasil. Dia juga akan membawakan makanan untuk mereka sebagai sogokan.
"Ingat pulang juga kamu," kata Mama Sindi. "Apa udah disakiti cowok itu hingga kamu sadar dan pulang?" tanya Mama Sindi.
"Mama benar, aku baru sadar. Jordi bukan cowok baik-baik, dia hanya menjadikan aku bonekanya. Aku dan dia sudah putus, aku akan kembali dekat dengan Fahmi lagi," jawab Sindi.
Keluarga Sindi tidak pernah setuju dengan Jordi namun Sindi sudah dibutakan cinta. Mereka lebih setuju dengan Fahmi dia cowok baik-baik.
**
Sore ini Fahmi dan Sabila pergi ke mall. Mereka akan membeli baju, Sabila sedang memilih baju di toko. Sementara Fahmi sedang izin ke toilet.
"Sabila," panggil seseorang.
Sabila menoleh, Jordi mendekati Sabila. Sabila malas harus bertemu Jordi. Dia berusaha menghindar, tetapi dicegah Jordi.
"Sabila, apa kamu tidak merindukan aku?" tanya Jordi.
"Maaf, aku tidak pernah merindukan siapapun. Apalagi cowok playboy seperti jamu," jawab Sabila. "Lepaskan tanganku!" bentak Sabila yang merasa kesakitan karena tangannya dipegang Jordi.
"Sabila kamu jangan munafik, semua cewek suka denganku. Hanya kamu yang jual mahal," kata Jordi.
"Aku tidak ada waktu untuk pacar-pacaran seperti yang lain. Bahkan aku tidak percaya lagi dengan cinta cowok seperti kamu," bantah Sabila. "Oh ya kamu sudah kehilangan Amara dan Sindi jadi kamu ingin aku? Jangan mimpi!" bentak Sabila.
Fahmi datang, dia menarik tanga Jordi. Dia menjauhkan Jordi dari Sabila.
"Pergi! Jangan ganggu Sabila!" bentak Fahmi.
"Oh jadi sekarang kamu melindungi adikmu," ucap Jordi.
"Pergi!" bentak Fahmi. Jordi pergi, dia keluar dari toko itu.
Seseorang membuntuti Jordi, dia tidak ingin kehilangan jejak Jordi. Siapa lagi kalau bukan Amara.
Amara berhasil mengikuti Jordi hingga sampai di rumah. Amara yakin Jordi akan bisa dia bawa untuk mempertanggung jawabkan kehamilan Amara.
**
Sabila kesal, Jordi mengganggunya lagi. Padahal dia sudah membenci cowok playboy itu.
"Dek, kalau sudah. Ayo kita pulang!" ajak Fahmi.
"Pulang saja, Kak. Aku sudah malas belanja," kata Sabila.
Mereka pulang lebih cepat, Sabila merasa moodnya hilang setelah bertemu Jordi. Dia merasa kesal dengan sikap Jordi yang berani mengganggunya lagi.
Sampai di rumah Sabila langsung ke kamar. Rani merasa aneh, Fahmi bercerita kejadian tadi di toko. Rani tahu Sabila pasti sedang tidak enak hati. Mereka memilih membiarkan Sabila dulu di dalam kamar.
Sementara Sabila di dalam kamar merasa dongkol. Berkali-kali nomor Jordi menghubungi dia. Dia memilih memblokir nomor Jordi.
**
Amara telah mendapat alamat Jordi, dia segera pulang. Sampai di rumah dia memberitahu alamat Jordi pada Lusi dan Surya.
Mereka akan berencana mendatangi rumah Jordi untuk meminta pertanggung jawaban.
"Sekarang kamu istirahat," kata Lusi.
Amara masuk ke kamar, dia lalu bermain ponsel dan mencari tahu tentang Jordi. Amara baru tahu Jordi dan Sindi sudah putus.
"Jadi kamu mendekati Sabila lagi karena Sindi sudah memutuskan kamu?" tanya Amara pada dirinya sendiri.
Amara tersenyum sinis, dia yakin sebentar lagi Jordi akan menjadi miliknya. Dia tidak akan membiarkan Sabila kembali pada Jordi.
**
Di sekolahan, Sabila datang lebih awal. Dia duduk seorang diri di kelas karena baru dia yang datang.
"Sabila, jangan dekat dengan Jordi lagi. Aku akan mendapatkan Jordi lagi," ucap Amara.
"Oh ya, aku juga nggak butuh cowok playboy itu," ucap Sabila. "Ambil saja!" kata Sabila.
"Sombong sekali kamu, sekali lagi aku tahu kamu bertemu dia, maka aku akan mnghabisi kamu," ancaman Amara.
"Eh, kamu kira aku takut," bentak Sabila.
Amara tidak menyangka Sabila akan membentaknya. Bahkan kali ini dia berani melawan Amara.
"Lakukan apa yang kamu mau. Aku tidak akan peduli lagi dengan kamu," ucap Sabila.
Amara marah, dia menjambak Sabila. Mereka bertengkar, Sofyan datang setelah mereka. Sofyan melerai mereka.
"Amara, jangan jambak rambut Sabila," bentak Sofyan.
Amara melotot ke arah Sofyan, dengan kasarnya dia mendorong Sabila. Sabila hampir saja jatuh, beruntung Sofyan menolongnya.
"Ada apa ini?" tanya Sofi yang baru saja datang. Sofi melihat Sofyan masih menggandeng Sabila.
Sofi menatap Sofyan dan Sabila bergantian. Setelah itu menatap Amara.
"Apa yang terjadi?" tanya Sofi.
"Sabila menggoda Sofyan," jawab Amara.
Sofyan dan Sabila terkejut dengan apa yang diucapkan Amara.